Tidak ke Rumah Makan Mewah, Wawan Puji Sajian Kuliner Tradisional Ende
Wawan Gunawan, sangat gembira dan puas menikmati sajian kuliner tradisional khas Kabupaten Ende
Penulis: Laus Markus Goti | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM | ENDE - Direktur Pengembangan Destinasi II Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ( Kemenparekraf), Wawan Gunawan, sangat gembira dan puas menikmati sajian kuliner tradisional khas Kabupaten Ende.
Wawan didampingi Kadis Pariwisata Kabupaten Ende, Martinus Satban, Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Ende, Primus Bhato menikmati kuliner tradisional Ende di Taman Renungan Bung Karno di Ende Jl. Soekarno, Kota Ende, Kamis 11 Juni 2021.
Rangkaian acara makan siang tersebut setelah sosialisasi Cleanliness, Healthy, Safety and Enviromental Sustainability (CHSE) melalui gerakan bersih, indah, sehat dan aman (BISA) di Taman Renungan Bung Karno, yang mana Wawan menjadi narasumber dalam sosialisasi tersebut.
Baca juga: NEWS ANALYSIS Agus Pambagio Pengamat Kebijakan Publik: PPN Sembako Bebani Rakyat
Baca juga: Prediksi Euro 2020 Inggris vs Kroasia, Ada Aroma Balas Dendam The Three Lions
Sosialisasi ini menyasar sedikitnya kepada dua puluh lima (25) pegawai dari berbagai instansi yang di kantornya mengurus kebersihan. Hadir pula sejumlah pelaku usaha Pariwisata.
Wawan memuji Dinas Pariwisata Kabupaten Ende, karena telah hadirkan pelaku usaha Pariwisata yang bisa menyajikan sajian kuliner tradisional Kabupaten Ende. "Pa Kadis Pariwisata cerdas karena bisa memilih mereka," ujar Wawan.
Kuliner tradisional tersebut disajikan oleh asosiasi Mengi Mi. Mengi Mi merupakan asosiasi pelaku UMKM se Kabupaten Ende. Menge dalam bahasa setempat artinya Harum sedangkan Mi artinya manis.
Wawan senang menu - menu tersebut disajikan dan diolah oleh orang Ende sendiri. Menurutnya, justru hal - hal seperti inilah yang dicari wisatawan.
Baca juga: Kasat Lantas Polres Ngada Imbau Orangtua Tidak Mengizinkan Anak Dibawah Umur Berkendara
Baca juga: Pengelola Rumah Makan di Kota Kupang Langgar Prokes
Wawan juga kagum. Sebab, tidak hanya menu makan yang tradisional tetapi peralatan makan, seperti piring, gelas, sendok dan wadah makan lainnya juga tradisional yang terbuat dari berbagai bahan alami, kayu, bambu, tempurung dan sebagainya.
Sementara itu, menu makan yang disajikan antara lain nasi bambu bakar, sorgum, kuah ikan, daging ayam kampung, tahu dan tempe, sambal dan lain sebagainya yang diolah dengan rempah - rempah alami tumbuh di Ende.
"Top Markotop. Rasanya menembus, melebur. Ini luar biasa," komentar Wawan, usai menyicipi kuah Ikan. Top Markotop, merupakan istilah yang dipopulerkan oleh mendiang, Bondan Winarno, ikon kuliner. Top Markotop hendak melukiskan rasa makanan yang sangat enak.
Wawan tegaskan, kuliner tradisional Kabupaten Ende mesti dilestarikan dan direkonstruksikan kembali dalam format kekinian. "Supaya anak muda, anak milenelal, bisa merasakan dan bangga, ada rasa kebanggaan. Dia posting di media sosial, inilah menu kami yang tidak ada di tempat lain, ayolah datang ke Ende," kata Wawan.
Menurutnya, Dinas Pariwisata harus bisa menangkap potensi yang ada untuk bisa memberi 'kejutan - kejutan kepada wisatawan, salah satunya dengan suguhan menu - menu makan tradisional," ungkapnya.
Wawan mendorong agar di Ende bisa ada rumah makan yang menyediakan sajian kuliner tradisional seperti yang mereka nikmati itu, sehingga sajian kuliner tradisional tidak hanya menjadi semacam sekedar penyambutan dan seremoni belaka.
"Nanti saya ke Ende lagi, saya sudah bisa menikmati kuliner tradisional Ende di rumah makan, jadi Dinas Pariwisata tidak perlu sibuk mencari orang untuk menyediakan kuliner tradisional," ungkapnya.
Dia katakan, dari upaya - upaya pengembangan pariwisata termasuk salah satunya kuliner, masyarakat dan pelaku usaha mesti merasakan dampak positifnya.