Pemanfaatan PLTS Dalam Dunia Kelautan Perikanan di NTT

Penerangan dalam sebuah kapal sangat penting. Tanpa adanya penerangan, jalannya operasi pusat listrik akan terganggu

Editor: Gordy Donofan
zoom-inlihat foto Pemanfaatan PLTS Dalam Dunia Kelautan Perikanan di NTT
DOK POS-KUPANG.COM
Logo Pos Kupang

Pemanfaatan PLTS Dalam Dunia Kelautan Perikanan di NTT

Oleh: I Made Aditya Nugraha (Dosen Politeknik Kelautan dan Perikanan Kupang)

POS-KUPANG.COM - Indonesia secara geografis merupakan sebuah negara kepulauan dengan dua pertiga luas lautan lebih besar daripada daratan. Hal ini dapat dilihat dengan adanya garis pantai di hampir setiap pulau di Indonesia (± 81.000 km). Kelebihan ini menjadikan Indonesia menempati urutan kedua setelah Kanada sebagai negara yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia.

Selain merupakan tambahan kekayaan alam, laut juga memberikan fungsi tertentu kepada Indonesia, khususnya mempengaruhi kesejateran/ sosial ekonomi dan tingkat kemajuan di bidang IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi). Kekuatan inilah yang merupakan potensi besar untuk memajukan perekonomian Indonesia.

Indonesia merupakan salah satu negara maritim, sehingga Indonesia sebagian besar adalah lautan yang kaya akan hasil lautnya. Pernyataan ini didukung dari hasil Sidang Paripurna DPR RI 29 September 2014 mengenai UU Kelautan.

Baca juga: OPINI POLITIK - AHY Produk Gagal Partai Demokrat?

Hal ini menjadikan langkah maju bangsa Indonesia dalam mencapai cita-cita sebagai Negara Maritim. Dalam mendukung kegiatan sebagai Negara Maritim, Presiden Joko Widodo memaparkan lima pilar sebagai upaya untuk mewujudkan poros maritim dunia.

Kelima pilar tersebut merupakan bentuk tawaran kerja kerja sama Indonesia kepada dunia. Pertama, membangun kembali budaya maritim. Kedua, menjaga dan mengelola sumber daya laut dengan fokus membangun kedaulatan pangan laut melalui pengembangan industri perikanan, dengan menempatkan nelayan sebagai tiang utama. Ketiga, mengembangkan infrastruktur dan konektivitas maritim dengan membangun tol laut, deep seaport, logistic, industri perkapalan, dan pariwisata maritim. Keempat, mengembangkan diplomasi maritim dengan Bersama-sama menghilangkan sumber konflik laut. Kelima, membangun kekuatan pertahanan maritim.

Secara umum pada sebuah kapal terdapat mesin diesel pembangkit listrik sebanyak dua unit dan satu pembangkit listrik listrik darurat. Mesin ini digunakan sebagai sumber pembangkit energi listrik di atas kapal. Penggunaan alat ini sangat penting dalam penerangan dan pengoperasian alat-alat listrik di atas kapal. Hal ini untuk memastikan suatu lingkungan kerja yang aman, sekaligus kenyamanan saat beban tugas di dalam hunian kapal.

Sejumlah daya listrik dalam proposi yang memadai akan sangat berguna untuk kegiatan di kapal. Penerangan pada tempat di atas dek, di dalam kamar mesin, di dalam ruang hunian atau akomodasi untuk memenuhi tingkat persyaratan khusus untuk penerangan diberikan oleh berbagai jenis penerangan yang dirancang untuk bekerja dengan aman.

Penggunaan energi listrik di atas kapal semula digunakan untuk penerangan saja, tetapi kemudian digunakan juga sebagai lampu navigasi sewaktu kapal berlayar dalam keadaan cuaca buruk dan gelap. Kapasitas daya penggunaan cahaya yang digunakan akan sangat bervariasi dari beberapa Watt sampai dengan berkekuatan kiloWatt yang sangat terang untuk penerangan di atas dek dan lampu untuk melakukan pencarian sesuatu (searching light).

Penerangan dalam sebuah kapal sangat penting. Tanpa adanya penerangan, jalannya operasi pusat listrik akan terganggu. Oleh karena itu perlu adanya pasokan daya untuk penerangan sedapat mungkin tidak padam.

Baca juga: PLTS di Nisar Desa Nangabere Kabupaten Mabar Kembali Beroperasi

Perkembangan light fishing di Indonesia selama 20 tahun terakhir telah banyak dilakukan. Untuk penggunaan PLTS sebagai sumber energi listrik dapat dilihat pada penggunaan di bagan apung dan kapal nelayan. Proses transformasi energi dalam PV dilakukan melalui konversi fotovoltaik oleh sel surya. Hasil energi listrik ini digunakan untuk menghidupkan lampu sebagai pemikat atau penarik perhatian ikan.

Beberapa keuntungan dari pengoperasian PLTS ini adalah energi yang digunakan tersedia melimpah dan gratis, sistem mudah diinstalasi sehingga kapasitasnya dapat diperbesar sesuai dengan kebutuhan, perawatannya mudah, bekerja secara otomatis dan keandalan sistem yang tinggi.Penggunaan PLTS di atas kapal tentunya diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik terhadap para pelaku sektor perikanan.

Manfaat tersebut kurang lebih dapat memberikan meningkatkan sanitasi di dalam ruangan dan lingkungan, serta secara ekonomi dapat mengurangi penggunaan bahan bakar solar sebagai bahan bakar generator sebagai sumber pembangkit listrik.
Beban listrik per hari ini terdiri dari penggunaan lampu 840 W, radio telekomunikasi 960 W, dan alat elektronik lainnya sebesar 360 W.

Sebuah sistem PLTS terdiri dari panel surya, serangkaian pengatur pengisian, penyimpanan energi listrik (baterai), inverter, pengkabelan dan konektor, serta beberapa perlengkapan mekanis lainnya. Perkembangan teknolgi ini telah mampu menghasilkan sistem PLTS yang ekonomis dan handal. Industri nasional sudah mampu memproduksi semua komponen dari sistem PLTS. Secara segi kualitas, sebagian komponen PLTS yang beredar di pasaran sudah memenuhi standar uji BPPT, meskipun masih terdapat beberapa komponen yang belum terstandar. Dari hasil uji yang telah dilakukan disebutkan bahwa 52 persen modul surya yang diuji sudah memiliki kapasitas sebesar nilai nominalnya, bahkan lebih.

Panel surya atau PV adalah komponen dari PLTS yang berfungsi untuk mengubah sinar Matahari menjadi energi listrik. Di Indonesia sudah terdapat beberapa perusahaan yang dapat memproduksi panel surya, antara lain PT. LEN, PT. Adyawinsa Electrical & Power, PT. Surya Utama Putra, PT. Swadaya Prima Utama, PT. Azet Lestari, PT. Wijaya Karya Industri Energi, PT. Jembo Energindo, PT. Sky Energy Indonesia, PT. Sankeindo, PT. Canadian Solar Indonesia, PT. Skytech Indonesia (Putri, 2017).

Beberapa diantaranya, sudah melakukan ekspor ke berbagai negara. Dari sisi bahan baku Indonesia memiliki bahan silica yang melimpah yang merupakan komponen penting dalam pembuatan panel surya. Pemerintah pusat juga telah menyatakan kesiapan untuk mendukung pembangunan pabrik sel dan panel surya untuk dapat memenuhi kebutuhan kebutuhan dalam negeri. Sedangkan untuk kapasitas keluaran dan spesifikasi teknisnya sudah tersedia dari ukuran 5 Wp -280 Wp di pasar nasional Indonesia.

Baca juga: 76 Tahun Tanpa Listrik, Bupati Sikka Hadirkan PLTS di Pulau Palue, Simak Informasinya

Baterai merupakan komponen PLTS yang diperlukan untuk menyimpan energi listrik yang dihasilkan oleh panel surya. Penggunaan baterai sebagai penyimpan energi dapat digunakan untuk menghidupkan peralatan listrik. Ketersediaan baterai secara nasional sudah tersedia dengan baik dari sisi kapasitas dan distribusi. Keberadaan ini didukung oleh aplikasi baterai yang sangat luas di berbagai bidang, namun harus tetap diperhatikan bahwa karakteristik baterai untuk PLTS berbeda.

Beberapa produk baterai yang tersedia di dalam negeri dan sering dipergunakan dalam PLTS antara lain Delkor, Fiamm, GS, Haze, Hitachi, Incoe, Leoch, Massiv, Mastervolt, Panasonic, PowerKingdom, Rita, Trojan, dan Yuasa. Dalam pengujian yang dilakukan sejak tahun 2006 sampai dengan 2008 oleh B2TE, ditemukan bahwa hampir 75 persen baterai yang diuji telah memenuhi persyaratan uji dan berhak untuk memperoleh uji standar.

Inverter adalah merupakan peralatan yang berfungsi untuk merubah tegangan arus searah (DC) menjadi arus bolak-balik (AC). Pada PLTS, inverter dihubungkan ke baterai yang memiliki sistem kerja DC, yang selanjutnya akan diubah menjadi tegangan AC 220V, 50 Hz. Tegangan keluaran ini disesuaikan dengan tegangan yang diharapkan, sehingga memudahkan dalam pengaplikasiannya di lapangan.

Penghantar atau kabel dan material mekanis lainnya yang diperlukan dalam PLTS sudah tersedia secara luas di Indonesia. Hal ini disebabkan Karena industri tersebut sudah baik dan mapan. Komponen pendukung lainnya seperti lampu LED, Lampu Hemat Energi, TV, dan peralatan elektronik lainnya baik yang menggunakan listrik AC atau DC sudah tersedia di pasaran Indonesia.

Laboratorium Komponen Sistem Fotovoltaik (LPKSF) merupakan salah satu laboratorium uji di lingkungan Balai Besar Teknologi Energi (B2TKE-BPPT), yang telah terakreditasi ISO/IEC 17025 melalui KAN sejak tahun 2004. Hingga saat ini LPKSF merupakan laboratorium yang berfungsi dalam menunjang kontrol kualitas produk komponen sistem fotovoltaik di Indonesia. Pelayanan uji ini meliputi: pengujian modul fotovoltaik, pengujian baterai, pengujian kontroler (BCR), pengujian lampu TL DC, pengujian inverter dan pengujian sistem PLTS. Berbagai komponen sistem Fotovoltaik yang biasa digunakan pada sistem pembangkit Fotovoltaik dapat diuji di B2TKE Serpong, Tangerang Selatan.

Baca juga: Kejati NTT Tangkap DPO Terpidana Korupsi PLTS Rote Ndao

Sesuai dengan Perpres no 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, dialokasikan untuk energi terbarukan di tahun 2025 penggunaan energi baru dan energi terbarukan lainnya khususnya biomassa, nuklir, tenaga air, tenaga surya dan tenaga angin menjadi lebih dari 5 persen. Dengan alokasi tersebut, maka akan diperlukan banyak sekali komponen sistem PLTS. Diperkirakan akan diperlukan sekitar 1500 MWp panel surya di tahun 2025.

Untuk antisipasinya mulai saat ini diperlukan persiapan untuk menyambut program tersebut. Perkembangan ini tidak lepas dari peranan distributor sebagai perantara antara produsen dan konsumen yang ingin memanfaatkan teknologi PLTS. Untuk pembelian komponen sistem PLTS saat ini sudah sangat mudah ditemui dan diperoleh, karena sudah banyak online shop (Tokopedia, Bukalapak, dll) yang memudahkan para konsumen untuk mencari keperluan tersebut.

Sel surya adalah sebuah alat konversi energi yang mengubah bentuk energi surya menjadi energi listrik. Energi yang dihasilkan oleh sel surya adalah yang paling ramah lingkungan, namun lahan instalasi yang diperlukan sangat luas. Selain itu, energi surya sangat tergantung pada besarnya intensitas sinar matahari sehingga kontinuitasnya menjadi masalah tersendiri. Dalam upaya untuk menjadikan energi surya sebagai pembangkit tenaga listrik, maka beberapa kelemahan tersebut harus diperbaiki, agar menghasilkan arus listrik yang kontinu dan ukuran yang seringkas mungkin.

Penggunaan listrik dengan menggunakan PLTS sebagai sumber penerangan memberikan beberapa dampak yang baik, seperti: peningkatan ekonomi, kesehatan, keamanan dan kenyamanan penggunanya. Oleh karena itu untuk sebuah kapal yang dulunya menggunakan generator sebagai sumber energi listriknya bisa menggunakan PLTS sebagai sumber energi penggantinya.

Saat ini banyak sekali permintaan kepada industri swasta nasional untuk menyediakan sistem PLTS oleh beberapa Departemen Teknis. Meningkatnya permintaan di Indonesia disebabkan adanya program pemerintah dalam melakukan diversifikasi suplai energi. Hal ini tentu saja akan sangat menjadi nilai positif untuk masyarakat nelayan sebagai salah bentuk keperdulian terhadap lingkungan, kesehatan dan perekonomian.

Penggunaan PLTS di NTT sangat memungkinkan diterapkan sebagai sumber energi listrik di dunia kelautan dan perikanan khususnya sebagai sumber energi listrik di atas kapal. Hal ini didukung oleh ketersediaan dari sistem PLTS itu sendiri di Indonesia.Penggunaan PLTS juga dapat memberikan dampak positif kepada para Nelayan, seperti peningkaatan kesehatan, ekonomi dan kelestarian lingkungan. (*).

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved