Opini Pos Kupang
Memetik Hikmah Pasca Bencana Alam NTT
Dewasa ini, menguat kesadaran manusia dan alam tak terpisahkan. Pada hakekatnya kompleksitas alam bersatu dengan semua makhluk hidup
Kita mengakui sekaligus menyadari bahwa alam bukan hanya milik kita (manusia) semata untuk kepentingan tertentu. Kita dan alam tidak direduksi secara monolitik dan dipahami hanya bermakna tunggal (misalnya makna ekonomi) melainkan penghargaan akan keberanekaan, perbedaan dan kepedulian terhadap alam.
Kita tidak boleh seenaknya merusak alam atas dasar predikat penguasa tunggal tanpa mempertimbangkan makhluk hidup yang lain.
Berdasarkan prespektif evolusi alam semesta bahwa partisipasi kita (manusia) hanya sebagai penghuni jagad raya yang muncul belakangan. Sebelum kita ada terlebih dahulu makhluk hidup lain ada di dalamnya. Prespektif evolusi memperlihatkan bahwa kehadiran kita boleh dikatakan penghuni baru di dalamnya. Hal ini sebetulnya hanya untuk mengafirmasikan kembali batas-batas ruang gerak kita.
Memang demikian, secara jelas ditegaskan terkait pengelolahan dan perlindungan lingkungan hidup dalam (UU No. 32 Tahun 2009): Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi alam itu sendiri kelangsungan prikehidupan dan kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lain.
Demikian UU mengafirmasikan alam bukan hanya untuk kesejahteraan manusia semata melainkan juga untuk semua makhluk hidup yang mengantungkan diri terhadap alam.
Kita mesti menyadari bahwa alam hendaknya diperlakukan secara hormat karena alam bersifat sakral. Prespektif kita melihat alam mempunyai jiwa yang abadi sebagai tempat kita bernaung. Keabadian jiwanya berpangkal pada eksistensi ada dalam ruang dan waktu. Keperihatinan kita dapat diwujudkan melalui aksi nyata demi ambisi yang luhur untuk melestarikan keabadian alam menjadi lebih baik.
Jika alam bermulut pasti ia berteriak entah karena sakit, berontak, mengeluh atau bahkan menggugat rasa ketidakadilan terhadapnya. Mari kita berbenah, menjaga, melestarikan, dan melindungi alam ini.
Kemampuan kreativitas kita akan menghasilkan buah sejati untuk memulihkan kembali alam ini. Akhirnya, kita perlu merenungkan sembari memetik hikmah di balik bencana alam yang telah melanda NTT untuk terus menerus merawat alam yang ramah terhadap semua penghuni jagad tanpa terkecuali khususnya masyarakat NTT. Merawat alam, menata masa depan. *