Opini Pos Kupang

Sumpah/Janji dan Profanasi

Mircea Eliade (1907-1986) adalah seorang ahli sejarah agama-agama yang dikagumi di abad ini

Editor: Kanis Jehola
zoom-inlihat foto Sumpah/Janji dan Profanasi
Dok POS-KUPANG.COM
Logo Pos Kupang

Bangsa kita mengakui bahwa sumpah itu memiliki makna untuk memberi motivasi dan orientasi bagi pejabat publik. Sayangnya, selama ini institusi agama dilibatkan hanya sebatas saksi pasif mendampingi pengambilan sumpah-janji. Padahal kalau sumpah-janji itu bagian tak terpisahkan dari ritual politik dan bersifat sakral atau berkaitan dengan "The Sacred", mengapa institusi agama tidak benar-benar dilibatkan dalam mempersiapkan sang pesumpah.

Persiapan itu, meski kecil dan singkat saja, namun tentu membantu mereka yang bersumpah agar mereka tidak menyalahgunakan nama Allah dan selanjutanya tidak menyalahgunakan jabatannya.

Persiapan itu mungkin sejam atau dua jam, sehari sebelumnya pengambilan sumpah, sekedar mendapatkan peneguhan tentang arti dan makna sumpah serta konsekuensi politis dan teologisnya. Karena secara politis pelanggaran sumpah ada sanksi kode etik atau bahkan sanksi hukum, sedangkan secara teologis itulah sebuah pelanggaran moral yang disebut dosa.

Dengan itu, mereka dalam pengambilan sumpah-janji dapat menyebut nama Allah dengan rasa hormat dan dalam menjalankan tugas senantiasa sadar akan kewajiban tidak saja sebagai pejabat publik yang bertanggung-jawab terhadap rakyat, tetapi juga sebagai orang beriman yang bertanggung-jawab kepada Tuhan. Jika tidak demikian, sumpah/janji hanyalah formalitas seremonial politik dan itulah profanasi. *

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved