Marsianus Jawa: Pungli Perizinan Masih Ada Tapi Sulit Terbukti
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi NTT, Marsianus Jawa: pungli perizinan masih ada tapi sulit terbukti
Paling rendah sampai saat ini di Sumba Tengah. Hotelnya kan belum ada. Baru 1 penginapan milik pemda. Jadi realisasi investasi terendah itu di Sumba Tengah kemudian Sabu Raijua.
Sejauh inj yang sudah dilakukan Dinas Penanaman Modal untuk menjual berbagai potensi NTT?
Begini. Investor itu cuma kepingin lokasinya clean and clear baru mau investasi. Dari luar negeri tidak mau kalau ada masalah. Kami tanggal 12 Desember nanti bersama dengan BI (Bank Indonesia) akan melakukan Investment Day. Itu kita bersama dengan BI London dan BI Singapura. Hasil penelusuran kami untuk kita jual di event ini ternyata yang sudah clean and clear itu hanya Pulau Kera lalu KI Bolok dan satu lahan di Kabupaten Kupang untuk kita beternak. Jadi tidak semua lokasi itu clean and clear.
Satu kendala yang menghambat investasi adalah penolakan dari masyarakat. Bagaimana mengelola persoalan ini?
Saya memberikan contoh penolakan masyarakat. Kami tahun lalu mencoba memfasilitasi PT Tamaris Garam Indo di Bena. Waktu itu kami sosialisasi di Kantor Bupati TTS (Timor Tengah Selatan) dengan masyarakat dan tokoh adat semua Kita undang, bahas didalam. Mereka terima dan tandatangan. Ketika turun lokasi mereka tolak. Padahal lahan yang dijadikan lahan garam itu biasanya lahan yang beratus-ratus tahun tidak digunakan.
Tetapi ketika investor mau masuk mulai hitung tanah ini harus dibayar sekian juta per hektar padahal kita tahu harga tanah itu sesuai dengan NJOP (Nilai Jual Objek Pajak). NJOP cuma Rp 300 mereka minta sampai juta-juta.
Sama Istindo, masyarakat tolak juga pabrik semen. Kalau untuk Istindo masyarakat menolak belum beralasan karena ini masih proses AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan), masih bilang kami mau pakai lahan ini untuk pabrik semen karena ada gamping. Kami, Dinas Penanaman Modal menerbitkan izin eksplorasi, belum eksploitasi.
Kita baru terbitkan itu, orang masih proses pengukuran, sudah ribut di mana-mana. Sebenarnya jangan dulu ribut. Tunggu dulu hasil AMDAL ini memungkinkan atau tidak, baru kita demo. Kelola itu kalau saya lihat itu tidak pakai tangan besi. Itu pakai persuasif, kita dekati.
Memang selalu ada provokator itu dari luar. Masyarakat lokal menerima tapi yang dari luar ini yang bilang jangan nanti daerah kamu akan jadi begini, ya benar tapi tunggu lihat hasil kajiannya.
Kita analisis dengan baik kajiannya. Jadi kita harus tetap melakukan pendekatan. Banyak teman-teman investor itu orang-orang yang sangat sabar. Ingat sebuah investasi untuk mencapai break event point itu butuh bertahun-tahun. (ella uzurasi)