19.000 Ekor Babi Mati Sia-sia, Pemkab Malaka Belum Berani Programkan Lagi
Penyakit ASF yang menyerang ternak babi pada awal tahun 2020 di Malaka membuat Pemkab Malaka memprogramkan pengadaan bibit babi
Penulis: Edy Hayong | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM | BETUN - Penyakit ASF yang menyerang ternak babi pada awal tahun 2020 di Malaka membuat Pemkab Malaka dalam hal ini Ketahanan Pangan, Perikanan dan Peternakan Malaka, belum berani memprogramkan pengadaan bibit babi.
Pasalnya, ada sekitar 19.000 ekor babi yang berhasil didata mati sia-sia karena virus ini. Sampai saat ini belum ada obat untuk membentengi ternak babi dari virus ASF.
Kadis Ketahanan Pangan, Perikanan dan Peternakan Malaka, drh. Rofinus Seran menyampaikan hal ini kepada Pos-Kupang di Betun, Kamis (19/11/2020).
Baca juga: Terkait Guru Honorer Perbatasan, Anita Gah Minta Pemda Segera Usulkan
Dijelaskan Rofinus, puncak kejadian babi mati di Kabupaten Malaka saat ini memang sudah lewat. Tetapi bukan berarti virus ini dipastikan sudah hilang. Untuk itu, katanya, pemda belum berani memprogramkan pengadaan bibit ternak babi untuk kelompok masyarakat.
"Puncak kejadian babi mati, sudah lewat. Ada sekitar 19.000 ekor babi yang mati dari hasil pendataan kami. Ini masih saja lebih karena ada yang lepas berkeliaran bebas. Total itu dari yang dikandangkan. Kita prihatin ternak babi mati sia-sia dari ASF," katanya.
Baca juga: Lasmura NTT Fokus Pada Pembinaan Generasi Milenial
Diakuinya, berkenaan dengan pandemi ASF yang menyerang ternak babi ini, sudah didiskusikan bersama dengan jajaran peternakan melalui Vicon. Bagi Dinas yang dipimpinnya, tidak membatasi peternak memelihara dalam arti di keluarga. Tetapi bibit ternak babi dalam jumlah banyak yang diadakan pemerintah untuk saat ini belum bisa.
"Apa jaminannya karena obatnya belum ada. Kita adakan banyak lalu virus ASF tiba-tiba muncul lagi siapa yang bertanggung jawab. Makanya kami belum berani programkan saat ini," jelas Rofinus.
Untuk pencegahannya, Rofinus lebih menyarankan sistem pemeliharaan yang baik, minimal babi harus dikandangkan sehingga memudahkan untuk penanganan kesehatan hewannya.
Saat ini, kata Rofinus, belum jadi prioritas mengenai pengadaan bibit ternak babi selama obat dan vaksinya belum ada. Pasalnya, jika dalam kondisi vaksin dan obat belum ada berarti penyakit ASF Ini tetap menjadi ancaman yang meresahkan untuk beternak babi. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Edy Hayong)