Pandemi Corona

Bangkit di Tengah Pademi Corona, Aroma Teri Hadakewa Menembus Nusantara, Begini Cikal Bakalnya SIMAK

Sosok energik, berusia 35 tahun, ini berobsesi membebaskan warganya dari belenggu kemiskinan. Hadakewa sangat tertinggal.

Penulis: Benny Dasman | Editor: Benny Dasman
Pos-Kupang.com
Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat, Kades Hadakadewa dan Bupati Lembata, Eliaser Jentji Sunur sedang menunjuk ikan teri Artikel ini telah tayang di pos-kupang.com dengan judul Bermula dari SORGA Tercium Istana, Aroma Teri Hadakewa Menembus Nusantara, https://kupang.tribunnews.com/2020/11/07/bermula-dari-sorga-tercium-istana-aroma-teri-hadakewa-menembus-nusantara?page=4. Penulis: Benny Dasman Editor: Benny Dasman 

Tahun 2018, Klemens mulai beraksi. Bersama para perangkat desa, disepakati BUMDes Tujuh Maret Hadakewa melakoni usaha produk ikan teri kemasan. Alasannya sederhana. Memanfaatkan potensi lokal. Hadakewa penghasil ikan teri. Letaknya di dekat pantai, membuat potensi ikan di desa ini berlimpah.

Hadakewa dipatri sebagai penghasil ikan tertinggi di Lembata. Rata-rata produksi 10 ton ikan basah dan kering setiap dua bulan. Setahun bisa mencapai ratusan ton. Namun bertahun-tahun lamanya tak berdampak pada kehidupan warga. Tetap miskin. Anak-anak sekolah dasar banyak yang drop-out. Membantu orangtua (melaut, ke kebun) memperkuat ekonomi keluarga.

Mirisnya, ikan teri tangkapan nelayan banyak menyasar tengkulak. Harganya murah. Posisi tawar para nelayan lemah. Tak berdaya. Karena butuh uang, ikan teri dilego dengan harga tak wajar. Pulang rumah dengan kepala tertunduk. Nelayan buntung, menjerit. Tak ada keuntungan untuk anak-istri.

Sang Kades, Klemens Kewaaman, tak tinggal diam. Memutar otak. Bagaimana agar ikan teri sebagai ikon Hadakewa itu bernilai jual tinggi. Nelayan untung. Di baliknya ada obsesi besar. Menggaungkan, menggemakan Hadakewa menjadi terkenal. Tak hanya di Lembata tetapi di seantero nusantara. Bahkan dunia.

Klemens pun membangun sejumlah infrastruktur. Menunjang profesi nelayan agar produktif. Dananya? Memanfaatkan dana desa. Beberapa sarana pendukung pun dibangun. Mulai dari tempat pengeringan, pengadaan bahan baku hingga bahan kemasan ikan teri. Para nelayan disuport habis-habisan. Klemens tak mau setengah-setengah. Total untuk rakyat.

Hasilnya nyata. Para tengkulak tak berkutik. Gigit jari. Klemens meminta semua nelayan penerima bantuan dana desa menjual ikan terinya ke BUMDes Tujuh Maret. Di sini, kaum ibu, antara lain Mama Esi, sigap melakukan pengeringan. Sesudahnya teri diolah dan 'didandani' (dikemas) menarik. Diproduksi tanpa bahan pengawet.

Ikon ikan teri kemasan dengan label "Teri Hadakewa" diluncurkan. Dari sebuah desa yang dulunya kumuh, tertinggal. Beragam ukuran kemasan. Ada 100 gram, 250 gram, 500 gram, dan satu kilogram. Tinggal pilih. Sesuai kantong.

Pun sesuai selera. Teri Hadakewa tersedia dalam berbagai pilihan. Ada Mao Merah, Mao Putih, Peseng-Peseng dan Pahada. Pembelian dapat dilakukan secara langsung. Pun pemesanan secara online melalui website desa http://hadakewa.desa.id. Hebat!

Awalnya hanya untuk memenuhi kebutuhan lokal. Namun siapa sangka. Karena pemasaran dan promosi semakin gencar, respons pasar sangat bagus. Kades Klemens pun tak menyangka gebrakannya berbuah manis.

Tercium Istana Negara

Hadakewa. Nun jauh di sana. Tak menyangka. Sang Kades Klemens, lulusan Fakultas Teknik Elektro, Universitas Hassanudin Makassar, ini mendapat kabar gembira. Aroma usaha ikan teri yang dirintisnya menyembur, tercium 'mengharumi' Istana Negara. Menembus Nusantara. Sampai ke telinga orang nomor satu di negeri ini. Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Presiden Jokowi mengajak Kades Klemens menghadiri acara Benchmarking di India, 3-12 September 2019. Para forum itu, Klemens diminta membagikan pengalamannya mengelola potensi desa (ikan teri) kepada aparatur desa di India. Sekaligus mengabarkannya kepada dunia.

Kades Klemens klepek-klepek. Seperti mimpi di siang bolong. Tak pernah terlintas sebelumnya bersama Jokowi mengikuti acara bergengsi dunia. Sontak, cerita sukses sang kades, seperti aroma teri, terus menggelinding. Semakin tenar. Dibahas di warung-warung kopi Lembata. Nama Desa Hadakewa pun mengudara.

Bak mendapat amunisi baru, sepulang dari India, Kades Klemens semakin bergairah membangun Hadakewa. Pada tahun 2019, Klemens mengalokasikan dana desa senilai Rp 128 juta untuk pengadaan tiga unit kapal. Memperkuat pasokan bahan baku teri. Sebelumnya para nelayan Hadakewa bekerja di kapal milik orang luar. Pembagian hasil diatur pemilik kapal. Lagi-lagi para nelayan rugi.

Kabar baik. Agenda Klemens membeli tiga unit kapal mendapat mendapat dukungan Pemkab Lembata. Terpilih sebagai desa tematik, Hadakewa mendapat suntikan dana sebesar Rp 200 juta. Klemens menyisihkannya untuk menambah dana pembelian kapal.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved