Jakarta Terkini

De Javasche Bank Simpan Brankas 13 Ton, 60 Ton Emas, hingga Pendingin Alami

Gedung De Javasche Bank (DJB) di Jalan Garuda No.1, Surabaya, bukan sekadar bangunan kolonial bergaya megah. 

POS-KUPANG.Com/TARI RAHMANIAR ISMAIL
Pengelola Gedung De Javasche Bank Risky Jayanto saat menjelaskan area Ruang Koleksi Hasil Konservasi di Gedung De Javasche Bank Surabaya 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Tari Rahmaniar

POS-KUPANG.COM, SURABAYA – Gedung De Javasche Bank (DJB) di Jalan Garuda No.1, Surabaya, bukan sekadar bangunan kolonial bergaya megah. 

Di balik arsitektur klasiknya, gedung ini menyimpan berbagai kisah menarik tentang dunia perbankan sejak masa kolonial, pendudukan Jepang, hingga cikal bakal lahirnya Bank Indonesia.

Pengelola Gedung De Javasche Bank Risky Jayanto mengatakan, salah satu daya tarik utama bangunan ini adalah keberadaan ruang bawah tanah (basement) yang dulu berfungsi sebagai penyimpanan uang dan emas batangan dan dokumentasi. 

“Brankas di ruang kas dibuat super ketat, pintunya bermerek Lips buatan Belanda dengan bobot 13 ton dan dinding setebal 1,5 meter. Pada masanya, penyimpanan emas bisa mencapai 60 ton, dengan berat tiap batang 13,5 kilogram,” ujar Risky Jayanto, Jumat (26/9/2025).

Baca juga: Petani di Manggarai Barat Lokal Belum Bisa Cover Kebutuhan MBG, Wabup Weng Bikin Strategi Ini

Uniknya, teller bank tidak bisa masuk langsung ke ruang kas. Mereka hanya boleh menyerahkan uang lewat jalur khusus kepada petugas yang dipercaya. Sistem ini menunjukkan betapa tingginya standar keamanan di masa itu.

Selain itu, di basement masih tersimpan mesin penghitung uang, mesin sortir, hingga mesin penghancur uang. Uang yang rusak dipotong kecil-kecil, dibungkus, lalu dibakar agar tidak kembali beredar.

“Belum ada CCTV seperti sekarang. Dulu pengawasan hanya mengandalkan kaca cermin yang dipasang di titik-titik tertentu,” ujar Risky Jayanto. 

Sejumlah CCTV kacang terpasang di setiap sudut ruangan bawah gedung dan Hal menarik lainnya adalah sistem pendingin alami.

Baca juga: FEATURE: Kiprah dan Manfaat Menjadi Agen BRILink, Sriani Semakin Dekat dengan Masyarakat

Gedung ini menggunakan waduk yang diisi air perumpamaan kendi tanah liat berisi air sebagai pendingin udara. Cara sederhana tersebut mampu menjaga suhu ruangan tetap sejuk meski tanpa listrik.

Di ruang utama, pengunjung juga bisa melihat kaca patri berukuran besar yang masih terpasang seperti plafon sebagai sumber pencahayaan alami sebelum listrik digunakan secara luas.

Gedung De Javasche Bank Surabaya tetap beroperasi hingga 1973 sebelum aktivitas perbankan dipindahkan ke Jalan Pahlawan.  

Setelah sempat terbengkalai, bangunan ini dikonservasi pada 2010 dan ditetapkan sebagai Cagar Budaya pada 2012.

Kini, fungsinya berubah menjadi Pusat Inovasi Bank Indonesia serta destinasi edukasi sejarah yang terbuka bagi masyarakat.

“Gedung ini bukan hanya peninggalan fisik, tapi juga simbol perjalanan panjang perbankan Indonesia. Dari sini kita bisa belajar bagaimana sistem perbankan modern mulai terbentuk,” ujar Risky Jayanto. 

Baca juga: FEATURE: Bangun Auditorium Bahtera Artha Wacana Rp 37 Miliar, UKAW Wujudkan Mimpi Jadi Nyata

Sumber: Pos Kupang
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved