Kisah LGBT Nusa Tenggara Timur: Nyaris Bunuh Diri Hingga Enggan Gereja

Kisah LGBT Nusa Tenggara Timur ( NTT): nyaris bunuh diri hingga enggan gereja

Editor: Kanis Jehola
dok Nata dan Idho
Natacya Goncalves Nahak alias Nata, seorang transpuan di Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur saat menerima Sakramen Krisma dari Uskup Agung Kupang, Mgr Petrus Turang, di salah satu Gereja di Kupang, NTT. Insert Kiri atas : Idho, Ketua Koordinator Independent Men of FLOBAMORA atau IMOF NTT. Insert Kanan bawah : Natacya 

Dua hari kemudian Romo mengabarinya bahwa Uskup di Keuskupan Agung Kupang, Mgr Petrus Turang, tak mempermasalahkan identitas Nata sebagai transpuan. "Betapa sangat bersyukur, Tuhan sangat luar biasa untuk beta pung hidup. Beta jalani Krisma dengan identitas saya sebagai transpuan dan Bapak Uskup Petrus Turang yang memberikan saya Krisma," ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.

Para LGBT Coco, Jhow, Rido, Tia, Charli dan Nata punya kebersinggungan yang dekat dengan gereja sebagai umat kristiani. Harapan mereka gereja bisa terbuka dan menerima keberadaan LGBT.

"Gereja mesti terima setiap orang yang datang ke rumah Tuhan, jangan pandang dia narapidana, dia LGBT atau apapun. Karena gereja adalah rumah Tuhan yang terbuka untuk kedatangan siapapun," pinta Tia.

Bagi Joy, ada banyak sekali norma, adat, agama, susila dan hukum yang dibuat dengan pandangan masing-masing. Aturan-aturan ini yang kemudian menjadi penentuan antara yang benar dan salah. "Masih banyak juga pendeta yang merasa paling benar dalam pandangannya." (novemy leo)

Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved