Camat dan Lintas Sektor Golewa Sambangi Rumah Bocah yang Tinggal di Kebun Kawasan Tolowio
Camat Golewa, Kanisius Logo bersama tripika Kecamatan dan lintas sektor mengunjungi kediaman tiga bocah yang viral
Penulis: Gordi Donofan | Editor: Kanis Jehola
Sedangkan sang ibu Maria Loza saat ini sedang sakit dan berada di Kampung Utaseko Desa Were III Kecamatan Golewa Selatan.
Harapan untuk bersenang-bersenang seperti anak lainnya rupanya tidak ada pada tiga bocah ingusan tersebut.
Pasalnya usia yang seharusnya menikmati masa anak-anak harus merasakan pahit dan kejamnya hidup dengan mencari upah menafkahi diri sendiri.
Selama tinggal dikebun atau hutan Tolowio ketiga anak tersebut makan apa adanya. Jika ada beras, sang kakak memasak dan kadang hanya makan ubi talas atau bahasa setempat rose juga pisang.
"Kami sudah satu bulan tinggal di kebun milik bapak. Bapak nama Valentinus Foa dan ibu Maria Loza. Bapa di Kalimantan sudah tiga tahun disana. Mama sakit dan sekarang di Utaseko Desa Were III Kecamatan Golewa Selatan. Sudah satu bulan kami tinggal dikebun. Kami sebelumnya tinggal di kampung dengan nenek. Kakak pertama di Bajawa, Oktavianus Manu dan adik bungsu kami usai dua tahun dengan mama disana," ujar Kristian saat dijumpai POS-KUPANG.COM di Tolowio Desa Were I Kecamatan Golewa, Rabu (26/8/2020).
Kristian mengatakan sejak bulan April lalu dirinya sempat bertemu sang ibu di Utaseko dan setelah itu tidak lagi bersua.
Untuk bertahan hidup, Kristian berserta dua orang adiknya harus bekerja dengan menjadi buruh memetik kopi dan memanjat pinang milik warga setempat.
Setiap hari rajin mencari pekerjaan untuk bisa membeli beras dan makan bersama dua adiknya itu.
"Saya jadi buruh petik kopi, setelah itu uangnya beli beras. Kadang juga kami makan ubi Talas dan Pisang," ujarnya.
Keinginan bersekolah rupanya jauh dari harapan, niat harus diurungkan karena memang keadaan sudah tidak memungkinkan.
"Saya putus sekolah. Kalau sekolah sekarang kelas II SMP dan tahun lalu saya sempat sekolah di SMP Negeri Golewa. Karena tidak mampu maka saya memutuskan untuk tidak sekolah," ujarnya.
Sementara itu, adik kandung Kristian, Heribertus Reme mengaku tidak pernah takut ketika tinggal di tengah hutan.
Selama masih ada tempat tinggal manfaatkan itu dengan baik meskipun dingin dan kabut kadang menghantui gubuk yang mereka tempati.
"Kami hanya diterangi lampu pelita saja. Karena memang begini sudah. Kami hanya ingin hidup tenang saja. Dikebun kami rasa nyaman dan banyak warga bantu kami," ujarnya.
Temukan Pondok di Hutan