Warga Dusun Lamanunang Lembata Seumur Hidup Tak Nikmati Listrik dan Air Bersih
Dusun Lamanunang masuk dalam wilayah Desa Dulir, Kecamatan Atadei. Letaknya yang berada di pelosok selatan Kabupaten Lembata
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Kanis Jehola
"Ojek satu kali jalan ke Lerek itu Rp 50 ribu. Kalau tidak ya kadang harus jalan kaki ke Lerek, bisa dua jam ke sana. Jadi hasil penjualan dibagi dengan ojek," ucapnya menerangkan.
"Kami harapkan perhatian dari pemerintah. Selama ini kami pakai dana desa untuk jalan. Pembangunan agak susah. Kalau bisa pemerintah bisa turun langsung itu bisa lihat kami di sini, lihat keadaan kami di sini," harapnya.
Di ujung wawancara, Aloysius mengakui kalau rata-rata penghasilan warga Dusun Lamanunang sebagai petani tak begitu besar.
Menurutnya, penghasilan per keluarga dari hasil tani rata-rata Rp 500 ribu per bulan. Dia sangat berharap intervensi pemerintah untuk peningkatan akses jalan, air dan listrik bisa sedikit mendongkrak perekonomian masyarakat Dusun Lamanunang.
Ditemui terpisah, Penjabat Kepala Desa Dulir, Maria MP Bungan, menjelaskan pemerintah desa terus berupaya membuat pemerataan pembangunan di Dulir dan Lamanunang.
Menurutnya, dengan anggaran dana desa yang ada, pihaknya harus cermat membagi alokasi pembangunan infrastruktur jalan, instalasi pipa dan listrik di dua wilayah tersebut.
Maria mengakui keluhan Warga Dusun Lamanunang perihal air bersih sangat beralasan karena sudah lama warga di sana hanya memanfaatkan air hujan untuk kebutuhan sehari-hari.
Kendalanya saat ini, lanjutnya, ialah bagaimana menyambung intalasi pipa dan menyalurkannya sampai ke Dusun Lamanunang yang ada di ketinggian.
Oleh karena itu, dirinya sangat berharap program Pamsimas mendatang bisa segera menuntaskan masalah air selama ini.
Maria lebih jauh mengatakan kalau masalah infrastruktur jalan dan listrik juga dialami Warga Desa Dulir. Sama seperti Warga Dusun Lamanunang, Warga Desa Dulir pun hanya memakai lampu solar cell yang hanya cukup untuk penerangan malam saja.
Sementara, akses jalan menuju ke Dulir dan Lamanunang juga sama memprihatinkan.
Bedanya, jalan ke Lamanunang berstatus jalan antar dusun. Sedangkan, jalan ke Dulir berstatus jalan kabupaten. Sebab itu, setiap tahun pemerintah desa selalu berupaya menganggarkan alokasi dana desa untuk peningkatan jalan ke Lamanunang sedikit demi sedikit.
Sedangkan, peningkatan jalan dari Lerek ke Dulir tinggal menunggu kebaikan hati Pemkab Lembata.
"Kita sementara berpikir, ikon pariwisata apa yang bisa kita jual dari Dulir sehingga pemerintah bisa perbaiki jalan ke sini," kata Maria menyungging senyum.
Menurutnya, kalau ada ikon pariwisata yang bisa 'dijual' dari Desa Dulir, maka dengan sendirinya akan ada intervensi anggaran dari Pemkab Lembata untuk peningkatan infrastruktur.
Jika tidak, maka selamanya Desa Dulir dan Dusun Lamanunang akan terus merana.
Ironis memang, tapi itulah kenyataannya. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo)