Perbedaan Face Shield dan Masker, Mana Lebih Efektif Tangkal Corona?

Penggunaan masker yang salah justru berpotensi meningkatkan risiko infeksi, alih alih mencegah penyebaran virus.

Editor: Alfons Nedabang
POS KUPANG.COM/INTAN NUKA
Dokter Ronald Melvianno, SpAn memakai Alat Pelindung Wajah atau atau Face Shield buatannya sendiri. 

POS-KUPANG.COM - Semua orang diwajibkan memakai masker ketika beraktivitas di luar rumah saat pandemi Corona (Covid-19). Namun, tidak semua orang merasa nyaman menggunakan penutup hidung dan mulut semacam itu. Selain itu, penggunaan masker yang salah justru berpotensi meningkatkan risiko infeksi, alih alih mencegah penyebaran virus.

Sebagai alternatif masker, sejumlah produsen juga membuat face shield -penutup wajah dengan panel plastik yang melengkung menutup seluruh bidang wajah. Sebagian orang menganggap face shield lebih nyaman, mudah dilepas-pasang, bisa digunakan kembali, serta mudah dibersihkan.

Pemkot Kupang Lakukan Maladministrasi Izin, Hengky Marloanto Lapor Ombudsman NTT

Namun, mana yang lebih efektif mencegah penyebaran virus, face shield atau masker? Penelitian tentang face shield terbatas, namun tergolong menjanjikan. Dalam penelitian yang dimuat pada Journal of Occupational and Environmental Hygiene di tahun 2014 face shield dipakaikan pada kreasi robot yang bernafas.

Kreasi itu dibuat oleh para peneliti dari National Institute for Occupational Safety and Health. Setelah itu, penelitikemudian menempatkan robot lain yang membatukkan virus flu ke depan robot tersebut, dalam jarak sekitar 50 centimeter. Face shield ternyata mampu mencegah robot menghirup 96 persen virus dalam lima menit. Dalam tes tambahan, efektivitas face shield bervariasi berdasarkan ukuran tetesan yang dikeluarkan.

Kabar Terbaru Ayah Angkat Syahrini, Unggah Foto Mantan Pacar, Laurens Disebut Hanya Cari Perhatian

Namun indikasi keseluruhan adalah, face shield dapat melindungi pemakainya dari kuman yang disebarkan oleh orang lain. Sayangnya, belum ada penelitian yang membahas apakah face shield mampu melindungi orang lain dari kuman yang keluar dari mulut atau hidung pemakainya. Hal ini membuat beberapa ilmuwan waspada.

"Kami tidak punya penelitian yang mengatakan face shield akan memberikan perlindungan bagi orang-orang di sekitar jika kita sakit." Hal itu dikatakan Ahli Epidemiologi Pencegahan Infeksi di George Mason University, Saskia Popescu, Ph.D. Namun demikian, sebagian orang berpendapat, berdasarkan pada hukum fisika, face shield kemungkinan juga bisa melindungi orang lain. Sebab, segala sesuatu yang keluar dari mulut kita akan bergerak maju dan tentunya akan mengenai material plastik yang ada di depan kita.

Anda Menderita Darah Tinggi? Komsumsi Saja 9 Buah ini

"Menurut mereka secara fisik tidak bisa dilalui," kata Eli Perencevich, M.D. Eli Perencevich adalah Profesor Penyakit Dalam dan Epidemiologi di University of Iowa Carver College of Medicine, yang pada bulan April menerbitkan komentar di JAMA tentang dukungan terhadap face shield.

Perencevich dan rekan-rekannya kini tengah mendesain penelitian untuk menemukan jawaban atas masalah tersebut. Namun kelanjutan penelitian tersebut masih terbentur dana. Beberapa orang skeptis terhadap face shield karena terbuka pada bagian sisi dan bawah. Meski mungkin sebenarnya celah ini mungkin tidak akan menimbulkan banyak masalah.

Kata Rocky Gerung, Anies Baswedan Akan Lawan Presiden Jokowi, Kalau Paksakan New Normal di Jakarta

Penelitian menunjukkan, Covid-19 umumnya menyebar melalui tetesan ( droplet) yang keluar dari mulut atau hidung seseorang. Droplet tersebut ditarik ke bawah oleh gravitasi dalam jarak sekitar dua meter. Face shield diyakini mampu mencegah tetesan tersebut mengenai wajah seseorang karena terlebih dahulu mengenai material plastik di depan wajah.

Untuk bisa masuk melalui celah face shield, virus perlu berlama-lama di udara dalam partikel yang lebih kecil yang dikenal sebagai aerosol, dan akhirnya berkelok-kelok masuk melalui sisi face shield. Namun, menurut Ahli Epidemiologi Penyakit Menular dari University of Toronto, David Fisman, M.D., pola penyebaran Covid-19 menunjukkan aerosol adalah hal yang tidak biasa.

Khusus Pelanggan XL Home, Kamu Bisa Main Gim di TV Cukup Pakai Smartphone

Beberapa penelitian menemukan, virus dapat bertahan di udara, tetapi temuan epidemiologis, --seperti data mengejutkan menunjukkan orang sering tidak sakit bahkan ketika anggota keluarganya memiliki Covid-19- menunjukkan transmisi aerosol jarang terjadi.

Namun, bagi orang yang khawatir tentang potensi penyebaran virus dari udara, bioengineer yang bekerja dengan National Institute for Occupational Safety and Health, William Lindsley, Ph.D. menyarankan menggunakan face shield dan masker di saat yang bersamaan. William adalah ilmuwan yang melakukan penelitian menggunakan robot batuk di 2014.

Terapkan Protokol Kesehatan, Warga Masuk Pasar Alok Wajib Masker dan Periksa Suhu Tubuh

Menurut dia, penggunaan masker dan face shield sekaligus bisa memblokir hingga 97 persen virus. Penting pula untuk dicatat bahwa belum ada penelitian yang benar-benar mengonfirmasi bahwa masker kain dapat menghalangi sejumlah virus agar tidak dikeluarkan ke udara.

Adapun jenis masker yang disarankan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) adalah masker respirator N95. Hanya saja, masker tersebut lebih diprioritaskan untuk para tenaga kesehatan, terutama yang menangani pasien Covid-19.

Namun, studi Disaster Medicine and Public Health Preparedness di 2013 menyebutkan, meskipun masker medis lebih efektif, masker kain juga bisa membantu mencegah penyebaran virus influenza, virus yang mirip dengan Covid-19.

Inilah Calon Presiden Pilpres 2024, Prabowo, Sandiaga Uno, AHY, Puan Maharani dan Anies Baswedan

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved