Ende, Rahim Pancasila: Reinkarnasi Soekarno dari Orator Kemerdekaan Menuju Konseptor Kenegaraan

Ende, ibu kota Kabupaten Ende di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur ( NTT), tidak bisa dipisahkan dari Bung Karno dan Pancasila

Editor: Kanis Jehola
ISTIMEWA
Anggota DPR RI, Ansy Lema saat berada di situs rumah pengasingan Bung Karno di Ende 

Berbeda dalam persatuan, bersatu dalam perbedaan, itulah Indonesia, itulah Ende yang Bung Karno lihat pada masa itu.

Sama dengan Bung Karno yang berayahkan Jawa Muslim dengan ibu berlatar belakang Bali Hindu, identitas Indonesia adalah heterogen, pluralis, beragam, bukan seragam.

Di Ende, Bung Karno menjadi lebih relijius dan memaknai pluralisme secara lebih mendalam. Ia sungguh sosok nasionalis-pluralis sejati.

Konon, dikucilkan jauh dari keramaian membuat Bung Karno yang biasa dikerumuni dan dielu-elukan massa saat berpidato, sempat mengalami frustrasi.

Selain "melarikan diri" dengan berkontemplasi, Bung Karno juga mengekspresikan bakat seninya dengan melukis, juga menulis naskah drama dan bermain tonil bersama masyarakat lokal.

Beberapa kali Bung Karno mementaskan drama di Gedung Pertunjukan Katolik Santa Maria Immaculata.

Ia rajin mendatangi kampung-kampung di Ende, menyapa warga dan mengunjungi Danau Kelimutu sehingga lahirlah naskah drama berjudul "Rahasia Kelimutu".

Ketajaman nalar Bung Karno makin diasah lewat banyak diskusinya dengan para Pastor Katolik berkebangsaan Belanda.

Para Pastor dengan latar belakang pendidikan Eropa yang baik, dan nota bene ahli filsafat dan ilmu humaniora menjadi "sparing-partner" Bung Karno dalam dialektika dan diskursus.

Hidup menyatu dengan warga Muslim dan Katolik, serta menyerap berbagai pemikiran Pastor Katolik mengenai isme-isme besar dunia yang berkembang kala itu, membuat spiritualitas dan intelektualitas Bung Karno makin diperkaya.

Pengasingannya ke Ende tidak mematikan nyala api perjuangan kemerdekaan Indonesia, justru makin memacunya melahirkan gagasan besar mengenai ideologi Pancasila.

Dalam proses perenungannya melahirkan gagasan Pancasila, terdapat satu tempat keramat bernilai historis yang rajin didatangi Bung Karno untuk berkontemplasi.

Tempat itu adalah di bawah pohon Sukun yang tumbuh menghadap langsung ke Pantai Ende.

Kini, di lokasi itu telah dibangun Monumen dan Patung Permenungan Soekarno.

Letak pohon Sukun itu berjarak 700 meter dari kediamannya.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved