VIDEO - Pertama di NTT, Lembata Punya Kapal Pinisi, Untuk Interkoneksi Wisata Antar Pulau

VIDEO - Pertama di NTT, Lembata Punya Kapal Pinisi, Untuk Interkoneksi Wisata Antar Pulau. Kapal ini dibeli seharga Rp 2,4 miliar lebih di Sulsel.

Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Frans Krowin

VIDEO - Pertama di NTT, Lembata Punya Kapal Pinisi, Untuk Interkoneksi Wisata Antar Pulau

POS-KUPANG.COM, LEWOLEBA - VIDEO - Pertama di NTT, Lembata Punya Kapal Pinisi, Untuk Interkoneksi Wisata Antar Pulau

Pemerintah Kabupaten Lembata kini memiliki sebuah kapal pinishi. Kapal yang diberi nama Aku Lembata itu sudah berevolusi dari kapal jenis lambo, yang memiliki 7 layar.

Kapal tersebut dikerjakan oleh CV Fajar Indah Pratama, dengan nilai kontrak sebesar Rp 2,4 miliar lebih atau tepatnya Rp 2. 495.900.000.

VIDEO – Sirait Berharap Lembata Jadi Kabupaten Ramah Anak di NTT

VIDEO – Aksi Sosial Ini Mewarnai Hari Perempuan Internasional ke -110 Tahun 2020 di NTT

VIDEO – Hanya Dalam Waktu Sekejap, Rumah Muhammad Taufiq Nggae di Ende, Ludes Terbakar

Pengadaan kapal tersebut menggunakan dana DAK TA 2019 oleh Dinas PUPR Kabupaten Lembata.

Kapal yang dibeli oleh Pemerintah Kabupaten Lembata itu akan dioperasikan untuk menjalin interkoneksi pariwisata yang menghubungkan Labuan Bajo, Sumba, Timor dan Alor.

“Ini untuk mempercepat inovasi. Tahun depan kami usulkan ke menteri untuk manambah lagi dua unit kapal pinisi. Ini jadi contoh,” ujar Bupati Eliaser Yentji Sunur, Sabtu (7/3/2020).

Dia menyebutkan, usul kepada menteri itu hanya untuk menyebutkan bahwa Lembata merupakan satu-satunya kabupaten di NTT yang sudah punya kapal pinisi untuk inovasi interkoneksi, seperti yang disebut Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat, dalam masyarakat ekonomi NTT.

Bupati mengatakan itu saat meninjau kapal pinisi yang tiba di Pelabuhan Lewoleba, Sabtu (7/3/2020). Kapal tersebut kini sudah dalam proses finishing akhir.

Anggota DPRD Lembata Paulus Makarius Dolu dan sejumlah pejabat teras lingkup Pemkab Lembata juga hadir memantau kapal pinisi yang diberi nama Aku Lembata.

Putra Jak Nuh, Pelaksana CV Payaraya Maros yang mengerjakan kapal pinisi ini menyebutkan kapal yang dikerjakan itu berstandar kapal pesiar.

“Ini standar operasional kapal pesiar. Kapal bisa mengangkut 20 orang penumpang, dilengkapi 4 Kamar tamu yang bisa menampung 10 orang, satu kamar VIP untuk satu keluarga, 2 Kamar crew. Kita tambahkan kamar meeting. Jadi kalau pemda mau menetapkan APBD II, bisa dilakukan di atas kapal pinisi Aku Lembata. Ini standar kapal pesiar jadi harus dilengkapi dengan koki, chip, dan laundry,” ujar Putra Jack Nuh.

Pelaksana pengadaan kapal ini mengungkapkan, kapal tersebut belum tuntas. Namun akan diselesaikan hingga dua bulan mendatang.

“Insya Allah dalam satu dua bulan ke depan finishing itu sudah bisa kami tuntaskan. Kami hanya disiapkan 150 hari kerja kapal ini, waktu yang sangat singkat untuk pembuatan kapal,” ujar Putra Jack Nu.

Ia menjelaskan meski diburu waktu, dalam jangka waktu enam bulan, kapal ini sudah ada di Lembata.

Bahkan, lanjutnya, saat proses pengerjaan ada warga asing yang sudah menawar dengan harga yang lebih tinggi. Akan tetapi pihaknya sudah terikat kontrak dengan Pemkab Lembata dan tidak mungkin diberikan kepada orang lain.

Kapal pinisi itu dibuat di Tanah Beru, Kabupaten Bulu Kumba, provinsi sulawesi selatan. Butuh waktu 3 hari 2 malam pelayaran dari Tanah Beru, pusat pembuatan kapal pinisi untuk sampai di Pelabuhan Lewoleba.

Kapal bermesin 9 knot, RPM 2500, bermesin 6 Silinder membutuhkan BBM 30 Liter per jam. Enam Slinder ini di atas kapasitas 360 HP.

VIDEO - Putri NTT, Angel Virginia Boelan, Gagal ke Babak 3 Besar Pemilihan Putri Indonesia 2020

VIDEO - Sehari Pasca Perang Antar Suku di Adonara, Situasi Mulai Kondusif

VIDEO - Gara-gara Jalan Ditutup, Anak SD Petra Terpaksa Panjat Tembok Supaya Bisa Sampai Di Sekolah

“Yang saya bilang Link itu, ini,” tambah Bupati Sunur

Sementara itu, Ferdi Pegan, warga kota Lewoleba, berharap, kapal pinisi itu dapat dikelola secara profesional agar memberi manfaat ekonomis pada peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Lembata.

“Banyak pengalaman, pengelolaan kapal yang tidak professional akan menyebabkan mubasir. Daerah akan rugi kalau tidak dikelola dengan professional,” ujarnya.  (POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo)

Tonton, Like, Share and Subscribe Youtube Channel POS-KUPANG.COM

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved