Cerpen

Cerpen Theos Seran: Eleonora

Eleonora, izinkanlah aku mengenangmu sebagai doa dalam setiap denyut nadiku dan mengenangmu sebagai cahaya yang paling abadi.

Cerpen Theos Seran: Eleonora
ilustrasi pos kupang
Eleonora

Cerpen Theos Seran: Eleonora

POS-KUPANG.COM|KUPANG - "Eleonora, izinkanlah aku mengenangmu sebagai doa dalam setiap denyut nadiku dan mengenangmu sebagai cahaya yang paling abadi. Izinkan aku mengubur mata pelangimu dalam sanubariku dan biarlah senyuman simpulmu tetap terpatri rapi dalam kalbuku hingga keabadian".

PADA senja yang penat aku tepiskan sebait doa pada sang khalik dengan bertumpu pada dinding-dinding katedral kota yang agak usang namun suci. Aku begitu khusuk dalam seloroh doaku sambil kupautkan pada suatu cita rasa diri yang tak pernah berhenti bergelora sampai kapanpun.

Tak sengaja aku palingkan wajahku ke arah kiri dan sorot mataku lihai menangkap sepasang bola mata yang bening. Aku terperangah dalam nadar bingungku sebab baru kali ini aku menemukan pelangi dalam bola matanya yang membiaskan sinarnya hingga menembus sumsumku.

BPJN X Kupang dan Rekanan Siap Bangun Kembali Jembatan di Mapoli

Lentik indah penuh pesona, buat hatiku bergetar tak menentu. Aku bergulat dalam kesendirianku, apakah aku jatuh hati sekali lagi pada sepasang bola mata pelangi itu? Lantas, bagaimana ia tetap setia memelihara bola mata pelangi itu?
"tikkk.tikkk.tikkk."

Detak jarum jam mengalun sendu sementara aku belum terhenyak dari seloroh tatapanku pada si pemilik bola mata pelangi itu.

Timbul keinginan dalam hatiku untuk mencuri sepasang bola mata itu untuk kujadikan alas mimpiku malam ini, namun sekali lagi kuurungkan niatku itu.

Hampir dua puluh menit aku berseloroh bersama angan dan ketika itu juga sepasang bola mata tadi kini lihai menari-nari dalam kepalaku. Jantungku pun tanpa henti bereuforia dalam tarian-tarian yang belum pernah aku kenali sebelumnya.

Sendi-sendiku semakin melemah ketika ia beranjak dari tempat duduknya dan bertengger di teras selatan Katedral tua itu.

Rinai hujan perlahan namun pasti menggerogoti teduhnya senja itu dan seketika itu juga rinainya makin deras menggoncang bumi.

Hamparan bangku-bangku yang dilabur coklat bersanding hitam serentak menertawai aku. Mereka lucu melihatku salah tingkah, ketakutan dan cemas kalau-kalau pelangi di sepasang bola mata tadi diculik gemuruh hujan yang semakin deras itu.

Nikita Mirzani Hadiri Sidang Dugaan KDRT Dipo Latief, eks Sajad Ukra Bakal Baca 9 Lembar Eksepsi

Aku cemburu dengan hujan yang luruh begitu dahsyat hingga si bola mata pelangi itu tak segera beranjak. Akan tetapi mampukah si hujan itu mengalahkan rinai-rinai cinta yang mulai deras luruh dalam hatiku? Pada titik ini aku dan rinai hujan itu harus bersaing pada ribaan sore yang dingin itu.

Rinai hujan terlampau cakap memainkan dawai-dawai senandung harmoni yang menggetarkan hati setiap insan teristimewa pemilik kedua bola mata pelangi itu. Aku semakin benci pada rinai hujan itu yang rupanya telah menghipnotis si pemilik bola mata pelangi itu hingga ia tetap berkanjang masih dalam jubin yang sama.

Aku tak lagi sabar menahan deraian tawa ejek dari bebangkuan kuno di belakangku itu dan aku memutuskan untuk keluar saja pada teras yang sama dengan si anggun itu. Aku terhenyak dalam rasa cemburu yang menggebu-gebu ketika dua tangannya bersilang anggun di atas dadanya.

Halaman
123
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    berita POPULER

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved