Kisah Pria Asal Atambua Pungut Sampah Plastik untuk Menopang Hidup di Nagekeo
Kisah Pria asal Atambua pungut sampah plastik untuk menopang kebutuhan hidup di Nagekeo
Penulis: Gordi Donofan | Editor: Kanis Jehola
Kisah Pria asal Atambua pungut sampah plastik untuk menopang kebutuhan hidup di Nagekeo
POS-KUPANG.COM | MBAY -- Menghidupkan keluarga memang tidak mudah. Memenuhi segala kebutuhan rumah tangga adalah sebuah kewajiban.
Sebagai seorang kepala rumah tangga, bekerja banting tulang setiap hari menjadi pilihan, jika tidak maka keluarga tidak bisa mendapatkan makanan untuk kebutuhan sehari-sehari.
• Bukan Diare atau Keracunan, Ini Penyebab Aletha Oematan Warga Mollo Tengah Meninggal
Itulah yang dialami oleh Marianus Loe Talo (45). Marianus begitu ia akrab disapa. Marianus berasal dari Kabupaten Belu (Atambua) Pulau Timor.
Sudah hampir 27 tahun dirinya menjadi warga RT 3 Dusun 3 Desa Maropokot Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo.
Siang itu, suhu udara sangat panas. Panas terik matahari menembus ubun-bun. Suasanan di pesisir pantai Nangadhero tampak sepih. Hanya dentuman ombak yang pecah dibibir pantai.
• HUT GAPENSI Momentum Refleksi Perbaiki Pelayanan
Jarum jam menunjukan pukul 11.30 Wita, Marianus pelan-pelan berjalan dari arah Pantai Ujung Tanggul menuju Maropokot. Mengenakan switer berwarna biru dengan celana panjang berwarna merah gelap sambil memikul ember berwarna hitam berisi sampah-sampah bekas.
Marianus siang itu memungut sampah-sampah plastik untuk membuat tas yang akan dikerjakan oleh sang istri.
Hasil olahan sampah plastik seperti gelas plastik kemasan akan menjadi tas dan dijual guna mendapatkan uang biayai hidup keluarga.
Keringat membasahi seluruh tubuhnya. Terlihat tangannya terus mengusap untuk membersihkan keringat diwajahnya.
Marianus terlihat semangat, memungut sampah plastik, botol-botol bekas. Bagi Marianus jika diolah akan menjadi barang yang bernilai ekonomis.
Disetiap tumpukan sampah, Marianus pasti singgah untuk melihat sampah plastik yang masih layak untuk diolah jadi barang berguna.
"Semua ini akan diolah jadi tas atau keranjang. Istri saya yang buat tas, saya bantu cari bahanya," ujar Marianus, ketika ditemui POS-KUPANG.COM di Pantai Nangadhero Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo, Jumat (10/1/2020).
Hidup Marianus pas-pasan. Ia hanya seorang nelayan yang jika musim gelombang tinggi tidak bisa melaut. Terpaksa harus mencari alternatif untuk menafkai satu orang istri dan lima orang anaknya.
"Saya seorang nelayan. Tapi kalau gelombang tinggi seperti ini saya tidak bisa melaut. Terpaksa cari uang dengan cara seperti ini. Hidup ini keras dan butuh perjuangan. Anak saya ada enam orang satu orangnya sudah meninggal dunia," ujar Marianus.