Sembilan Tahun Longsor Besar di Dusun Bao Ponu Sikka Tak Ditangani
Sudah sembilan tahun longsor besar di Dusun Bao Ponu Kecamatan Nita Sikka tak ditangani
Penulis: Eugenius Moa | Editor: Kanis Jehola
Sudah sembilan tahun longsor besar di Dusun Bao Ponu Kecamatan Nita Sikka tak ditangani
POS-KUPANG.COM | MAUMERE - Gemuruh runtuhan tanah sekuat guncangan gempa bumi sekitar bulan Maret 2011 masih membekas dalam ingatan sebagian warga Dusun Bao Ponu, Desa Nitakloang, Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka di Pulau Flores.
Kini ketika memasuki musim hujan, kekhawatiran terjadi runtuhan tanah kembali menghantui warga.
• Tak Punya Uang, Wakil Bupati Aloysius Kobes Tak Ikut Pilkada TTU 2020
Semenjak runtuhan tanah di kali mati membatasi wilayah Nita Retawolo, Desa Nita dengan Dusun Bao Ponu, Desa Nitakloang, tak ada upaya penanganan. Runtuhan telah tanah membentuk jurang curam dan dalam 40-an meter dan lebar belasan meter.
Runtuhan tanah ini tak hanya mengancam rumah-rumah warga, tetapi juga potensial memutuskan jalan raya Nita menuju Desa Nitakloang, Desa Ladogahar dan Desa Riit.
“Kalau hujan sudah semakin lebat dan lama, kami pindah ke rumah tetangga. Tidak nyaman kalau tetap di dalam rumah. Kami takut tiba-tiba longsor,” kata Hermin Anarince, warga Dusun Bao Ponu, kepada pos-kupang.com, Selasa (12/11/2019).
• Firasat Lusia Luo Ibunda Aloysius Suban Lejap Sebelum Anaknya Meninggal Tersengat Listrik
Ibu empat orang anak terkenang kembali runtuhan tanah tahun 2011. Ketika itu hujan sangat lebat dan lama, seketika terdengar gemuruh runtuhan tanah yang sangat keras seperti gempa bumi.
Ia bersama suami dan anak-anak mengungsi ke rumah tetangga yang jaraknya relatif jauh dari kali mati.
“Setiap menjelang musim hujan, kami selalu waspada. Kalau hujan makin lebat dan lama, kami harus keluar ke rumah tetangga,” kata Hermin Anarince.
Warga Desa Nitakloang, Sebastianus Kesik, mengatakan longsoran di Dusun Bao Ponu mengancam pemukiman warga di Dusun Bao Ponu dan sebagian warga Nita Retawolo serta jalan utama dari Nita ke Desa Nitakloang, Ladogahar sampai Desa Riit.
“Setiap tahun runtuh terus. Rumah-rumah warga yang berdekatan dengan longsor suatu waktu akan lenyap. Ancaman berikutnya jalan raya dari Nita sampai ke Desa Riit,” kata Sebastianus.
Longsor berlangsung setiap tahun membentuk lubang besar dan dalam sepanjangan 400-an meter hingga di Waimetit. Menurut Sebastianus, kerusakan berlangsung setiap tahun mendatangkan kekhawatiran bagi warga.
“Runtuhan tempo hari (2011), kami kira gempa. Terasa sampai 200-an meter lebih. Mungkin karena lubang dalam puluhan meter sehingga ketika tanah runtuh getaran sangat kuat,” kata Sebastianus. (laporan wartawan pos-kupang.com,eginius mo’a).