Kisah Pelaku dan Korban Pembantaian Massal Pasca G30S/PKI 1965: Mereka Ditembak dari Belakang
terjadi pembantaian massal terhadap masyarakat tertuduh sebagai anggota atau antek-antek PKI. Diperkirakan 500 ribu orang terbunuh lalu dikuburkan
Penulis: Agustinus Sape | Editor: Agustinus Sape
POS-KUPANG.COM - Besok 30 September 2019 merupakan peringatan G30S/PKI yang ke-54, di mana PKI membunuh 7 jenderal Indonesia dan membuang jasad mereka di Lubang Buaya.
Pasca kejadian itu, terjadi pembantaian massal terhadap masyarakat yang tertuduh sebagai anggota atau antek-antek PKI. Diperkirakan 500 ribu orang terbunuh lalu dikuburkan secara massal.
BBC News Indonesia pada 3 Juni 2016 mempublikasi cerita tentang para korban dan pelaku pembantaian tahun 1965-1966 itu, berikut ini.
Pemerintah Indonesia melancarkan penyelidikan terhadap salah satu pembantaian terburuk pada abad ke-20.
Beberapa sejarawan memperkirakan bahwa pembunuhan terorganisir pada 1965 telah menewaskan setidaknya setengah juta orang yang diduga simpatisan komunis.
Seperti dilaporkan Rebecca Henschke dan Haryo Wirawan, banyak orang tidak ingin masa lalunya diungkap.

Di tengah hutan jati Alas Jegong, di pinggiran Kota Pati, Jawa Tengah, Radim, seorang pria kurus berusia 70 tahunan, memberitahu saya dengan mata membelalak tentang apa yang dilihatnya terjadi di sini suatu malam pada 1965. "Mereka datang dengan gerobak yang ditarik oleh sapi," katanya.
"Tangan mereka diikat dengan tali. Mereka kemudian ditembak dari belakang oleh tentara dan menendangnya ke lubang di sini."
Dia menunjuk ke tanah yang kini bersaput dedaunan. Sesekali Radim menengok ke sekitar, terlihat seperti tidak tenang.
Ini kejadian yang dia ingat betul seolah-olah baru terjadi kemarin, namun belum pernah dia berani ungkapkan terbuka sebelumnya.
“Saya sangat bangga, akhirnya saya bisa mengungkapkan kebenaran. Saya tak takut lagi sekarang,” katanya.

Di sekeliling kami, sekitar 15 orang berperawakan tegap dan berpakaian preman, berkeliaran. Mereka memfilmkan setiap yang kami lakukan dengan telepon seluler mereka.
Suasananya sangat menegangkan. Kami cukup jauh dari desa terdekat, dan saya cemas tentang apa yang akan terjadi nanti.
Tiba-tiba muncul tiga orang berpakaian rapi datang bermunculan menerobos pepohonan.
Mereka adalah petugas imigrasi dan meminta saya menunjukkan visa saya. Mereka ingin tahu apa yang saya lakukan dan di mana saya menginap. Ini masalah keamanan nasional, kata mereka.