Kisah Muhammad Zainuddin Warga Timor Leste yang Mengungsi ke Noelbaki Setelah 20 Tahun Referendum
Negara Timor Leste baru saja memperingati 20 tahun pelaksanaan Referendum atau Jajak Pendapat, Jumat (30/9/2019).
Zainuddin mengaku meski rindu ingin berziarah ke makam kakeknya di Kota Komoro, Dili, namun hingga kini ia belum pernah lagi menjejakkan kakinya ke kota itu.
Menurutnya konflik bersenjata berkepanjangan yang berujung dengan lepasnya provinsi ke-27 itu dari Indonesia lewat Referendum, telah mengubah tatanan dan relasi sosial di masyarakat dari kedua kubu.
"Semua sudah tidak sama lagi, kami merasa sudah tidak ada tautan lagi dan suasana hati dengan kerabat yang berbeda pilihan dengan keluarga ayah juga masih terasa."
"Beberapa dari kami juga masih merasa tidak aman, kami masih dikenali dari marga kami sebagai orang yang pro integrasi," katanya.
"Adik ayah saya pernah kembali ke Timor Leste pada 2007, karena ada proyek, tapi rupanya dia masih dikenali, mungkin mereka melihat marganya, jadi dia diancam kalau tidak pergi ya 'dibungkus' di situ."
"Jadi ya sudah dia pergi hanya dengan baju di badan. Mulai dari mendapat kabar itu, akhirnya kami jadi segan mau pulang," katanya.

Meski demikian, Muhammad Zainuddin mengaku masih terus mengikuti perkembangan situasi di Timor Leste baik dari keluarga maupun sahabatnya di pengungsian yang berkunjung ke Timor Leste pasca merdeka.
• 20 Tahun Referendum, Sejarah Lepasnya Timor Timur dari Indonesia
• 20 Tahun Referendum, Ini Kondisi Terkini Warga Timor Leste yang Mengungsi ke Timor Barat di Noelbaki
• Cerita Warga Timor Leste di Australia Setelah 20 Tahun Referendum, Refleksi Perjuangan Tiga Generasi
• Negara Timor Leste Rayakan 20 Tahun Referendum, Perdana Menteri Australia Hadir di Dili
• Nasib Timor Leste Kini: Mimpi Menjadi Negara Makmur Lewat Cadangan Migas, Mungkinkah?
Dan ia menyimpulkan meski telah menjadi negara yang terpisah dari Indonesia, Timor Leste belum sepenuhnya menjadi negara yang merdeka.
"Saya berharap Timor Leste bisa menjadi lebih baik, menjadi negara yang mampu berdiri independent sebenar-benarnya. Jangan menumpang ke sana ke sini. "
"Bagi saya, hingga kini Timor Leste belum bisa berdiri sendiri. Mereka belum punya mata uang sendiri, masih pakai dollar Amerika, kalau saya pikir, perkembangan yang ada di sana sekarang itu masih bekas Indonesia.
"Kecuali populasi warganya memang bertambah ya, dan itu wajar saja, tapi yang lainnya tidak, kalau mereka mengaku lebih maju sekarang, ya itu arogansi saja, itulah politik," katanya.
Pengungsi tidak diperhatikan

Sebagai warga yang memilih tetap bersama Indonesia, Muhammad Zainuddin mengaku hidupnya lebih beruntung dibandingkan dengan ribuan warga eks pengungsi Timor Timur lainnya.
Tidak seperti banyak warga eks pengungsi Timor Timur yang hidup menumpang di tanah orang.
Ia beruntung bisa tinggal menetap di atas tanah wakaf yang diberikan kepada almarhum ayahnya untuk mengurus anak-anak eks pengungsi maupun mualaf dan dhuafa asal Timor Timur.