20 Tahun Referendum, Sejarah Lepasnya Timor Timur dari Indonesia
Hari ini 20 tahun yang lalu, tepatnya pada 30 Agustus 1999, Perserikatan Bangsa Bangsa ( PBB) menggelar referendum di Timor Timur.
POS-KUPANG.COM - 20 Tahun Referendum, Sejarah Lepasnya Timor Timur dari Indonesia
Hari ini 20 tahun yang lalu, tepatnya pada 30 Agustus 1999, Perserikatan Bangsa Bangsa ( PBB) menggelar referendum di Timor Timur.
Referendum tersebut kemudian menghasilkan sebuah sejarah yaitu keputusan rakyat Timor Timur untuk memisahkan diri dari Indonesia.
Sebelum membahas soal referendum Timor Timur, ada baiknya kita melihat sejenak ke belakang .
Revolusi itu menyebabkan Portugal mempercepat penarikan mundur pasukan dari negara-negara jajahannya seperti Angola dan Mozambik di Afrika.
Apalagi di negara-negara jajahan di Afrika itu, Portugal sudah kerepotan menghadapi perlawanan sejak awal 1960-an.
Berbeda dengan negeri jajahan Portugal di Afrika, tidak ada perang kemerdekaan di Timor Timur. Namun, dengan cepat warga lokal mendirikan partai-partai politik.
Pada mulanya terbentuk tiga partai utama di Timor Timur yaitu, Partai Fretilin, Uni Demokrat Timur (UDT) dan Associacao Popular Democratica Timorense (APODETI)
Pada 28 November 1975, Fretelin memproklamasikan berdirinya Republik Demokrasi Timor Timur. Hal ini mendapat reaksi keras dari partai-partai lainnya.
• Cerita Warga Timor Leste di Australia Setelah 20 Tahun Referendum, Refleksi Perjuangan Tiga Generasi
• Daftar 20 Negara Terburuk untuk Dihuni Saat Ini Nomor 1 Nigeria Bagaimana Timor Leste dan Indonesia?
• Negara Timor Leste Rayakan 20 Tahun Referendum, Perdana Menteri Australia Hadir di Dili
Karena setiap partai mempunyai misi sendiri-sendiri, Fretilin menginginkan agar Timor Timur merdeka dan berdaulat secara penuh. Sedangkan UDT menginginkan merdeka secara bertahap.
APODETI berbanding terbalik dengan dua partai sebelumnya, mereka ingin agar Timor Timur berintegrasi dengan Indonesia yang secara geografis dan budaya memiliki kemiripan.
Fretelin yang berhalauan komunis akhirnya memerangi UDT yang mengakibatkan banyak korban jatuh termasuk dari rakyat sipil.
Alhasil, perang saudara tak terelakkan. Dalam perkembangannya UDT dan APODETI meminta bantuan Indonesia untuk meredam situasi yang terjadi.
Setelah melalui berbagai pertimbangan panjang Indonesia akahirnya mengirimkan militernya ke Timor Timur pada 7 Desember 1975.
Bukan malah meredam, masuknya militer Indonesia malah memperkeruh konflik. Fretelin semakin tak terkendali dan korban terus berjatuhan di kedua pihak.