VIDEO: Lima Desa Ini Paling Susah Air di Kabupaten Lembata. Lihat Videonya

VIDEO: Lima Desa Ini Paling Susah Air di Kabupaten Lembata. Lima desa tersebut semuanya di wilayah utara Lembata, terutama di Kecamatan Ile Ape.

Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Frans Krowin

VIDEO: Lima Desa Ini Paling Susah Air di Kabupaten Lembata. Lihat Videonya

POS-KUPANG.COM, LEWOLEBA -- VIDEO: Lima Desa Ini Paling Susah Air di Kabupaten Lembata. Lihat Videonya

Lima desa yang ada di wilayah tanjung, Kecamatan Ile Ape, merupakan desa yang paling susah mendapatkan air di Kabupaten Lembata.

Bila musim hujan, warga senantiasa terbantu oleh curahan air hujan dari langit. Itu pun hanya selama musim hujan.

Akan tetapi, bila musim kemarau tiba, warga lima desa itu paling susah mendapatkan air.

VIDEO: Renduwawo Butuh Air Bersih, Tapi Pemerintah Desa Tak Bisa Apa-apa. Ini Pernyataan Kades

VIDEO: Julie Sutrisno Beri Dua Jempol Saat Meresmikan Waroeng Kuliner. Ini Videonya

VIDEO: Bintang Toedjoe Kerja Sama dengan Tribunnews Berbagi Kebaikan di Perayaan Kurban

Mereka harus membeli air Rp 15.000/drum. Jika tidak, maka warga harus mengambil air di Waiwuring, Adonara, Kabupaten Flores Timur (Flotim).

Untuk ke Waiwuring, warga harus berlayar sekitar 30 menit sampai 1 jam lamanya. Cepat lambatnya pelayaran, sangat tergantung pada deras tidaknya arus laut.

Makin deras arus lautnya, makin lambat perjalanan. Itu pun mengandung banyak risiko, karena sampan atau perahu motor yang digunakan, adalah perahu nelayan yang kecil.

Lima desa yang paling susah air di Kabupaten Lembata, adalah Desa Beutaran, Dulitukan, Tagawiti, Palilolon dan Desa Kolipadan.

Kolipadan merupakan desa yang letaknya di tanjung, paling ujung bagian utara, Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata.

Lorens Leka, salah seorang warga Desa Beutaran,mengatakan, dari dulu kondisi krisis air bersih ini acapkali terjadi. Apalagi jika sudah memasuki musim kemarau.

"Dari dulu kami sudah susah seperti. Apalagi saat musim kemarau. Kalau musim hujan, kami sedikit terbantu karena bisa tadah air hujan," kata Lorens, Rabu (7/8/2019).

VIDEO: Presiden Jokowi Menyapa Prabowo Sebagai Sahabat di Depan Megawati Soekarnoputri. Ini Videonya

VIDEO: Megawati akan Dikukuhkan Lagi Pimpin PDIP, Ini Dukungan Pada Anak Soekarno Ini

VIDEO:Tim Bareskrim Polri Selidiki Kebakaran di Polda NTT. Lihat Videonya

Selama ini, katanya, warga terpaksa membeli air dari mobil tangki. Harganya Rp 15.000 per drom.

Di Desa Beutaran, katanya, hanya ada satu sumur, yakni Waitobi. Hanya pada sumur ini warga mendapatkan air untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Sampai saat ini, katanya, pemerintah kabupaten Lembata belum bisa berbuat banyak.

Bupati Lembata, Eliaser Yentji Sunur, katanya, pernah berjanji untuk mendistribusi air bersih ke wilayah itu. Tapi sampai dengan saat ini, hanya janji tinggal janji.

Bernadus Tena, Sekretaris Desa Tagawiti, mengatakan, harga air di Ile Ape, terutama di lima desa itu, relatif mahal. Satu mobil tangki berkisar antara Rp 350.000 – Rp 400.000.

Lantaran terlalu mahal, warga terpaksa membeli air Rp 15 ribu per drum.

Satu drum air itu tentu saja tidak cukup untuk semua keperluan rumah tangga. Makanya, air minum selalu menjadi prioritas.

Ia juga mengeluh, karena setiap musim kemarau, pengeluaran uang untuk membeli air, sangat besar. Secara matematis, dia menghitung, seminggu dia harus mengeluarkan uang air Rp 90 ribu.

Dalam sebulan Rp 360 ribu sudah pasti dikeluarkan dari kantong untuk kebutuhan air. Tapi ini baru jumlah minimal. Karena kenyataannya setiap minggu warga menggunakan air lebih dari berkisar antara 7-12 drum.

Saat ini, lanjut Bernadus, pemerintah desa setempat, telah merencanakan anggaran dari dana desa untuk membeli mobil tangki air untuk melayani sekitar 213 KK warga Desa Tagawiti.

Ini dilakukan karena bak penampung air di desa sudah ada, hanya airnya tidak ada. Bak air itu butuh 4 mobil tangki baru airnya bisa penuh.

Warga desa itu, katanya, sudah memasang pipa dengan stop kran di tiap rumah. Tapi sampai saat ini air belum bisa didistribusikan, karena tidak ada di bak penamping air berkapasitas 20 ribu liter itu.

Jeritan yang sama juga datang dari Siti Maru, warga desa itu. Ia menyebutkan, sulitnya warga mendapatkan air itu sudah sejak lama.

Mengharapkan air yang dibeli dengan drom, katanya, terlalu kurang. Karena air itu untuk memenuhi semua kebutuhan rumah tangga.

“Kami hanya utamakan air untuk minum. Sedangkan untuk mandi dan cuci kami sesuaikan saja,” ujar Siti.

Lantaran air hanya untuk minum, maka untuk kebutuhan mandi dan cuci, mereka harus menyiasatinya.  “Kalau tidak, ya kami susah,” ujarnya. (POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo)

Nonton Videonya Di Sini:

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved