Pilgub NTT 2018
Pengamat Bilang Semua Paslon Masih Gugup Saat Debat Perdana, Ada Paslon Dapat Pujian
Kalau BKH menurut saya tampil khas sesuai apa yang selama ini biasa dia tunjukkan.
Penulis: Oby Lewanmeru | Editor: Fredrikus Royanto Bau
Laporan Wartawan POS-KUPANG.COM, Oby Lewanmeru
POS KUPANG.COM|KUPANG - Semua pasangan calon (paslon) tampil di debat masih menunjukkan sikap gugup.
Sikap gugup terlihat pada ketiga paslon di awal debat, kecuali Calon Wagub NTT, Emi Nomleni.
Hal ini disampaikan Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Katolik Widya Mandira Kupang, Mikhael Rajamuda Bataona kepada Pos Kupang, Jumat (6/4/2018).
Menurut Bataona, dalam debat paslon, Kamis (5/4/2018) malam, kurang menarik karena saat awal atau segmen pertama, semua paslon gugup memberi pernyataan atau tanggapan.
Kecuali cawagub dari Paket MS-Emi, Emi Nomleni.
"Dari kacamata pengamat, Emi Nomleni tampik mengejutkan, dia kritis dari awal sampai terakhir. Emi tampil luar biasa seolah-olah sebagai Cagub NTT," kata Bataona.
Baca: Hari Ini, Lima Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Manggarai Timur Berdebat
Dia menjelaskan, misalnya di sesi bidang kesehatan atau gizi buruk, meski panggung ini dikuasai oleh Vikctory- Joss dan Emi Nomleni karena Emi Nomleni mencoba keluar dari cara berpikir semua paslon dengan mengatakan bahwa masalah gizi buruk bukan hanya soal mindset tetapi soal ekonomi.
Paslon nomor urut 4, Victory - Joss sepertinya cukup berhasil di dua- tiga sesi, meskipun cara penyampaian yang lugas ada kesan kasar pada bagian-nagian tertentu.
"Kalau BKH menurut saya tampil khas sesuai apa yang selama ini biasa dia tunjukkan. Ada dua bagian yang dijawab dengan sangat lugas, mengalir dan terukur. Terutama berkaitan dengan masalah ekonomi," katanya.
Lebih lanjut dikatakan, memasuki sesi pertama, debat masih dikuasai oleh para Calon Wakil Gubernur NTT.
"Dalam catatan saya, debat baru terlihat sebuah debat di saat topiknya adalah masalah ekonomi. Di bagian ini debat Pilgub baru nampak sebagai sebuah debat benaran.
Baca: Penggunaan Kapal-kapal untuk Kamar Hotel Tamu IMF harus Berkontribusi bagi PAD
Ada adu data dan adu argumentasi, ada saling bantah antara paslon nomor 3 yaitu BKH dengan paslon nomor 4, Josef Nai Soi, juga adu data antara Josef Nai Soi dan Chris Rotok," ujarnya.
Sedangkan Viktor Laiskodat sukses menggunakan bahasa kampung untuk menyebut tanaman moringga. Inilah momentum yang mengundang perhatian penonton.
"Ketika pak Viktor menggunakan kata daun kelor. Saya kira, pemirsa di NTT pasti suka. Karena menggunakan kata yang populer dan sangat dikenal masyarakat NTT.
Bahwa gisi buruk bisa diatasi jika pemerintah mendorong sayur kelor menjadi sayur unggulan di semua wilayah adalah sebuah solusi sederhana yang masuk akal," katanya.
Tetapi, lanjutnya yang juga menarik di sesi ini adalah jawaban dari Emi Nomleni.
"Emi sukses di sesi ini karena berani menentang semua pendapat bahwa masalah gizi buruk hanyalah soal mindset. Dia mengatakan gizi buruk adalah masalah ekonomi.
Jadi penyelesaiannya juga butuh intervensi soal ekonomi.
Dalam bagian lahan kering, saya lihat jawaban Viktor cukup bagus, yakni metode irigasi tetes dari Israel adalah solusi yang bagus, tapi sayangnya tak ada paslon yang mendebat pernyataan ini misalnya menanyakan soal biaya dan lain," ujarnya.
Baca: Jemaat Kalvari Kupang Bekeras tolak Mutasi Pendetanya, Ini Sikap Sekretaris Sinode GMIT
Dia mengharapkan debat itu perlu dievaluasi karena ada kesan paslon tertentu sudah siap dengan jawaban.
"Artinya kalau ada yang sudah tahu soal pertanyaan yang akan diajukan maka semoga saja itu karena kebetulan. Jika ada faktor lainnya yang bermain maka harus dievaluasi oleh KPU.
Butuh kerahasiaan dan objektivitas karena publik bisa saja curiga dengan acara debat tersebut," ujarnya. (*)