VIDEO

VIDEO: Jangan Remehkan Orang ini yang Suka Membangun Sekolah dan Rumah Ibadah

Drs. Jusak Taneo, S.Th banyak sekali membangun sekolah dan rumah ibadah di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) di NTT. Apa Sih Tujuannya

Saya mengumpulkan para teman guru dan pegawai sekolah SMTK yang beragama Kristen. Lalu kami membahasa dan mencari jalan keluar mengatasi persoalan SMTK di Oekefan SoE. Akhirnya kami sepakati bahwa kami harus berkorban, setiap bulan kami memberikan perpuluhan dan uang makan kami untuk ditabung. Dan uang itulah yang akan digunakan untuk membeli tanah dan membangun SMTK.

Ada sekitar 100 guru beragama Kristen terlibat dan hanya sekitar dua tahun, uang kami sudah cukup untuk membeli tanah seharga Rp 60 juta. Betapa bahagianya kami karena bisa mengatasi persoalan SMTK dan bisa mewujudkan mimpi membangun SMTK. Namun muncul persoalan lain yakni bagaimana membeli bahan bangunan untuk SMTK.

Ya, darimana bahan bangunan untuk SMTK?

Saat membeli tanah untuk SMTK itu masih ada sisa uang untuk membeli sedikit bahan bangunan seperti pasir, batu, semen, paku dan lainnya. Namun untuk kosen pintu, jendela dan seng belum ada. Lalu ada rehab di kantor Kemenag TTS sehingga saya mengambil bahan bekas kosen dan seng dari kantor agama TTS itu dan dan saya sumbangkan untuk SMTK. Dalam perjalanan, saya sempat ditegur dan diperiksa oleh jaksa karena diduga menjualbelikan barang-barang eks gedung kantor agama TTS itu.

Saya lalu menjelaskan dengan bukti dan akhirnya jaksa menerima penjelasan saya itu. Untuk tukang, kami pakai tenaga guru atau keluarga sehingga biayanya tidak mahal. Kami mengerjakan pembangunan sekolah secara swadaya, setiap hari Jumat dan Sabtu, pulang sekolah dan pulang kantor, kami ke lokasi dan bergotong royong mengerjakan gedung sekolah. Akhirnya sekolah SMTK itu diresmikan dengan syukuran tanggal 15 Januari 2015.

Saat itu Pak Eston Funay datang dan menyumbang Rp 10 juta. Bupati TTS juga hadir dalam peresmian sekolah SMTK itu. Kami sangat bangga dan bahagia karena bisa menghadirkan SMTK pertama yang dibangun melalui dana perpuluhan kami.

Langkah apa yang Bapak ambil setelah itu?

Bagi saya, pembangunan sekolah SMTK Oekefan di SoE ini menjadi langkah awal untuk menghadirkan SMTK lainnya di wilayah TTS. Karenanya, saya dan guru beragama Kristen tetap semangat memberikan perpuluhan kami dan akhirnya SMTK-SMTK lainnya hadir di berbagai tempat. Sistem dan kerja kami menjadi pembicaraan dimana-mana, sehingga banyak sekali permintaan dan Puji Tuhan kami bisa merealisasikannya.

Kami kemudian membangun sejumlah sekolah lainnya seperti SMTK Benfomeni di Kapan, SMTK Mathen Luther di Amanuban Timur, SMTK di Noemuke Amanuban Selatan,  SMTK Oelbubuk di Kecamatan Molo Tengah. Juga SMPTK di Baus Kecamatan Boking.

Apa sih tujuan Bapak membangun banyak SMTK di wilayah TTS ?

Saya putra daerah, saya lahir di SoE-TTS. Dan sebagai putra daerah, sebagai anak Indonesia, saya harus bisa menyumbang hal positif bagi bangsa ini, daerah ini, bagi tanah kelahiran saya. Apa yang saya bisa kerjakan? Saya bisa menggerakan masyarakat untuk membangun sekolah, maka saya kerjakan itu dengan sukacita. Saya ingin memperkuat bidang pendidikan melalui pembangunan sekolah SMTK. Jika ingin menunggu pemerintah menghadirkan sekolah negeri di kampong-kampung di TTS, pasti akan lama sekali baru terwujud.

Tapi jika kita bisa memulai menggerakkan masyarakat, menggerakan guru untuk membangun sekolah swasta SMTK, mengapa tidak? Sejak kecil, saya merasakan susahnya mengenyam bangku sekolah dan mendapat pendidikan yang memadai. Karena itu, generasi muda, anak-anak SoE anak-anak TTS saat ini jangan lagi susah mendapatkan pendidikan. Meski hanya sekolah swasta SMTK, saya berharap bisa mendekatkan pendidikan bagi anak-anak TTS. Kehadiran SMTK di berbagai tempat di waliyah TTS, bukan untuk ‘mengkristenkan’ masyarakat, namun agar pendidikan bisa menjangkau seluruh anak-anak negeri di TTS ini hingga ke kampung-kampung.

Terkait pendidikan bagi anak bangsa, apa pikiran bapak untuk mencerdaskan anak TTS, anak NTT, anak Indonesia?

Sama seperti kebanyakan pikiran orang, bahwa untuk mencerdaskan anak bangsa, maka pendidikan formal dan pendidikan informal harus berjalan bersama. Pendidikan harus diterapkan juga sebagai pendidikan holistik, pendidikan keimanan dan keagamaan selain pendidikan intelektual, pendidikan karakter dan emosional. Anak-anak tidak hanya harus menjadi pintar namun juga harus menjadi anak cerdas, berbudi pekerti, berkarakter dan memiliki nilai-nilai hidup yang baik.

Bagaimana untuk mencapai itu, maka pendidikan di sekolah saja tidak cukup. Masyarakat dan lingkungan tempat tinggal dan pergaulan anak-anak ikut membentuk karakter dan kepribadian anak-anak. Karena itu, tanggungjawab itu tidak hanya dibebankan kepada guru, tapi juga masyarakat, tokoh agama, tokoh masyarakat dan terlebih orangtua dan keluarga turut andil dalam mencerdasakan anak bangsa. Kenapa orangtua, karena setiap hari anak-anak akan kembali ke dalam rumah usai dia bersekolah, bermain, bersosialisasi, berorganisasi  diluar rumah.

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved