Publik Semakin Rasional dalam Memilih

Preferensi publik menentukan calon kepala daerah yang akan dipilih pada Pilkada 2017 mulai bergeser

Editor: Rosalina Woso
TRIBUNNEWS/HERUDIN
Ilustrasi pemungutan suara: Warga memberikan suara saat simulasi pemungutan suara di TPS Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (3/3/2013). 

Rekam jejak prestasi (kapital simbolik) dan pengaruh di masyarakat (kapital sosial) jadi pertimbangan utama 6 dari 10 responden.

Hal ini membuka peluang lebih besar kandidat yang selama ini berkiprah aktif di masyarakat, baik itu petahana maupun bukan.

Petahana tetap punya modal lebih kuat karena kapital simbolik dan kapital sosial mengumpul pada dirinya. Wajar jika 59 persen responden lebih percaya pada kualitas kerja calon petahana.

Pada Pilkada 2017, 80 persen daerah diikuti oleh para kandidat petahana. Namun, peluang petahana untuk dipilih kembali masih berimbang dengan calon nonpetahana atau pendatang baru.

Kehadiran muka-muka baru kerap menawarkan alternatif yang bisa menjadi titik lemah petahana.

Karena itu, dalam jajak pendapat ini terungkap, baik calon petahana maupun nonpetahana memiliki peluang relatif sama kuatnya untuk dipilih.

Sebanyak 45,8 persen menjawab akan memilih kembali petahana, sedangkan 42,3 persen menjawab memilih calon baru. Sisanya, 11,9 persen menjawab tak tahu atau tak menjawab.

Meski tak sekuat posisi kapital simbolik dan kapital sosial, elektabilitas calon bisa diusahakan dengan memainkan kapital budaya yang masih diutamakan oleh sekitar sepertiga responden.

Kesamaan latar belakang agama dan suku serta pendidikan tinggi calon termasuk modal ini. Simpati terhadap partai politik pengusung yang lebih bersifat ideologis juga bisa dikejar untuk mendulang suara walaupun bukan lagi sebagai aspek dominan. (Kompas.Com)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved