BeluTerkini

Kagumi Kain Tenun Belu, Gubernur Sherly Tjoandra: Itu Kain yang Bercerita

Kain tenun atau tais adat khas Timor menurutnya memiliki pesona istimewa.

Penulis: Agustinus Tanggur | Editor: Ryan Nong
POS-KUPANG.COM/HO
TAIS BELU - Gubernur Maluku Utara, Sherly Tjoanda Laos (kanan) bersama Ketua Dekranasda Belu, Lidwina Vivy Lay memegang kain tenun Belu usai kuliah umum di Pascasarjana Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, Rabu (19/11/2025).  
Ringkasan Berita:
  • Gubernur Maluku Utara, Sherly Tjoanda Laos mengaku kagum terhadap kekayaan budaya Kabupaten Belu
  • Menurutnya kain tenun atau tais adat khas Timor memiliki pesona istimewa
  • Ketua Dekranasda Belu, Lidwina Vivy Lay menyampaikan apresiasi atas perhatian Sherly

 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Agustinus Tanggur

POS-KUPANG.COM, ATAMBUA - Disela kesibukannya usai memberikan kuliah umum di Pascasarjana Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, Rabu (19/11/2025), Gubernur Maluku Utara, Sherly Tjoanda Laos, menyampaikan kekagumannya terhadap kekayaan budaya Kabupaten Belu. 

Salah satu yang paling menyita perhatiannya adalah kain tenun atau tais adat khas Timor, yang menurutnya memiliki pesona istimewa.

Dalam sebuah video yang diterima POS-KUPANG.COM, Sherly tampak antusias menceritakan bagaimana kain tenun Belu memberikan kesan berbeda. 

“Menurut saya kain tenun Belu salah satu kain yang terbaik. Karena menurut saya tenun Belu ini kain yang bercerita. Saya bisa merasakan budayanya, cara hidupnya, hanya dengan melihat gambar-gambar yang ada di kainnya. Setiap kain itu kayak punya cerita dan aura,” ujarnya, dikutip POS-KUPANG.COM, Kamis (20/11/2025). 

Baca juga: Pemberdayaan Perempuan Kampung Bonen Lewat Modul Tenun Berbasis Kearifan Lokal

Sherly bahkan mengaku sering kali tidak rela menjahit kain Belu yang ia miliki.

“Semua kain Belu saya, mau kasih ke penjahit saja nggak (tidak) rela. Maunya dipajang saja,” tuturnya. 

Baginya, kecantikan tenun Belu bukan sekadar tampilan visual, tetapi juga kekuatan makna dan cerita yang melekat di tiap helai motifnya.

“Maunya dipajang di dinding supaya cantik,” tambahnya. 

Dalam kuliah umum bertema “Empowering Youth, Enriching North Maluku”, Sherly memaparkan pentingnya pemberdayaan pemuda lewat budaya. 

Ia percaya, generasi muda Maluku Utara memiliki potensi besar yang perlu digerakkan agar mampu berkontribusi pada kemajuan daerah.

“Peran sentral lembaga pendidikan seni seperti ISI Surakarta dalam mentransformasi potensi budaya menjadi nilai ekonomi yang signifikan,” ujarnya.

Kekaguman Sherly terhadap tenun Belu juga membawanya pada keinginan untuk belajar dari Lidvina Viviawati Lay, isteri dari Bupati Belu Willy Lay.

“Saya mau belajar dari Ibu Vivi, dimana mereka anak-anak muda bisa menghasilkan nilai ekonomi dan buat tenun yang sangat cantik,” kata Sherly.

Baginya, Belu adalah contoh sukses bagaimana budaya dapat menjadi modal ekonomi sekaligus memperkuat identitas.

Menanggapi itu, Ketua Dekranasda Belu, Lidwina Vivy Lay menyampaikan apresiasi atas perhatian Gubernur Maluku Utara itu. Ia berharap pujian ini semakin memotivasi generasi muda Belu untuk menjaga kualitas tenun, khususnya dalam penggunaan pewarna alam.

“Terima kasih karena Ibu Sherly berkeinginan datang langsung ke Kabupaten Belu untuk mempelajari kain tenun yang dibuat dari pewarna alam,” ungkapnya.

Menurut Vivi, ekonomi kreatif berbasis budaya memang menjadi kunci penting peningkatan ekonomi daerah. Kabupaten Belu sendiri telah mencapai tahap advance dalam pengembangan tenun tradisional berkat pendampingan akademis ISI Surakarta.

Model keberhasilan itu rencananya akan direplikasi di Maluku Utara untuk mendorong perkembangan tenun lokal di sana. Dari proses ini, terbangun jejaring budaya nasional antara Maluku Utara- Belu- ISI Surakarta, sebagai sebuah segitiga kolaborasi budaya Nusantara. 

"Jejaring ini diharapkan memperkuat hubungan para peneliti, pengrajin, dan pemuda dari berbagai daerah untuk saling bertukar pengetahuan," katanya. 

Lebih lanjut, selain pengembangan ekonomi, keberlanjutan budaya juga menjadi perhatian serius. Salah satu fokus ke depan adalah penguatan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) agar warisan budaya tak hanya lestari, tetapi juga terlindungi secara hukum. (gus) 

 

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

 

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved