Sikka Terkini

Mengubah Limbah Jadi Berkah di Sikka: Inovasi Briket Arang James Djami

Rupanya jika diolah dengan benar, limbah batok kelapa tersebut bisa menjadi produk expor yang bernilai, yakni menjadi briket arang.

Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/ARNOLD WELIANTO
BAKAR BATOK KELAPA - James Djami, bersama sejumlah warga Desa Talibura, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), menunjukkan semangat kewirausahaan yang inspiratif.mereka berhasil mengubah limbah batok kelapa yang selama ini tidak termanfaatkan menjadi produk bernilai ekonomi tinggi, yaitu briket arang, Selasa 4 November 2025. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Arnold Welianto

POS-KUPANG.COM, MAUMERE - Di tengah tantangan mencari lapangan pekerjaan, James Djami, warga Desa Talibura, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), menunjukkan semangat kewirausahaan yang inspiratif.

Ia berhasil mengubah limbah batok kelapa yang selama ini tidak termanfaatkan menjadi produk bernilai ekonomi tinggi, yaitu briket arang

Lalu seperti apa James DJami mengubah batok kelapa menjadi uang berikut kisahnya. Bermula mendapati banyaknya batok kelapa yang disia siakan, ia lalu 'berburu' batok kelapa yang ada baik di pasar maupun di wilayah ia tinggal, batok kelapa tersebut kemudian dibakar hingga menjadi arang. 

Rupanya jika diolah dengan benar, limbah batok kelapa tersebut bisa menjadi produk expor yang bernilai, yakni menjadi briket arang.

Usai dibakar hingga menjadi arang, Ia lalu mengirim arang ke surabaya untuk diolah menjadi briket arang

​Inisiatif James tidak hanya menghasilkan keuntungan, tetapi juga membuka peluang kerja bagi pemuda di desanya.

"Merintis usaha dari hasil modal sendiri, beberapa anak-anak muda yang masih nganggur di desa, saya bisa panggil mereka untuk kerja karena kurangnya lapangan pekerjaan, jadi kami ada 4 orang termasuk saya," ujar James, Selasa 4 November 2025.

​Briket arang merupakan bahan bakar padat yang dibuat dari limbah organik seperti tempurung kelapa. Proses pembuatannya meliputi pembakaran, penghancuran, pencetakan, dan pengeringan. 

Pemanfaatan limbah batok kelapa ini sejalan dengan konsep ekonomi sirkular, membantu mengurangi jumlah limbah sekaligus mengubahnya menjadi produk yang memiliki nilai jual. Ini menunjukkan intensitas produksi yang menjanjikan dalam waktu singkat.

​"Usaha yang dirintisnya dan sejumlah pemuda lain baru satu bulan lebih, selama satu bulan 5 kali bakar-bakar," jelas James. 

Baca juga: Festival Budaya Tana Ai Waiblama Sikka, Mengenang Dua Perempuan Pejuang

​Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku, James mendapatkan limbah batok kelapa dari warga setempat di wilayah Kecamatan Talibura hingga sekitar Boru dan Hokeng. Ia membelinya dalam jumlah banyak dengan sistem terima di tempat seharga Rp 3.000 per kilogram, memberikan pemasukan tambahan bagi warga.

​Produk arang briket yang telah jadi, saat ini sudah merambah pasar luar daerah. Tempurung kelapa yang telah diolah menjadi arang kemudian dijual ke Maumere dan bahkan telah dikirim hingga ke Surabaya.

​Usaha James Djami menjadi contoh nyata bagaimana inovasi dari limbah lokal dapat membuka peluang lapangan pekerjaan dan memberikan keuntungan ekonomi bagi warga sekitar yang belum mendapatkan pekerjaan, menumbuhkan harapan baru di Desa Talibura. 

Jhon Farko, salah satu warga Desa Talibura mengaku senang karena mendapatkan pekerjaan baru bersama James Djami dan warga lainnya. Pekerjaan tersebut bisa menunjang dirinya untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga. (awk) 

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved