Manggarai Terkini

Bawaslu Manggarai Peringati Hari Sumpah Pemuda ke-97

Sementara di sisi lain, ancaman pasal-pasal karet dan pembungkaman akun kritis membuat banyak anak muda takut bersuara.

Penulis: Robert Ropo | Editor: Oby Lewanmeru
POS-KUPANG.COM/ROBERT ROPO
SUMPAH PEMUDA - Bawaslu Manggarai gelar upacara peringati Hari Sumpah Pemuda ke-97 Tahun 2025. 

Politik elektoral, kata Fortunatus, telah menjadi arena yang mahal dan eksklusif, sehingga demokrasi seolah hanya milik mereka yang punya jejaring dan modal finansial.

Dari Demokrasi Elektoral ke Demokrasi Viral

Dalam bagian reflektifnya, Fortunatus menyinggung fenomena “demokrasi viral” di media sosial sebagai kanal alternatif partisipasi anak muda.

Dunia maya, menurutnya, menjadi ruang baru untuk berdiskusi, mengkritik, dan memaksa negara merespons isu publik yang selama ini diabaikan.

"Media sosial seringkali menjadi alat koreksi cepat terhadap kebijakan yang lalai. Kasus yang awalnya tak direspons bisa menjadi prioritas penegak hukum setelah viral,"ungkapnya.

Namun ia mengingatkan bahwa demokrasi tidak bisa terus bergantung pada yang viral. Ruang digital pun kini telah dikuasai oleh modal besar dan industri buzzer yang mempermainkan opini publik.

Sementara di sisi lain, ancaman pasal-pasal karet dan pembungkaman akun kritis membuat banyak anak muda takut bersuara.

"Setelah tersisih di demokrasi elektoral, kini anak muda juga terancam di demokrasi viral,"tegasnya dengan nada perihatin. 


Seruan Afirmasi dan Harapan

Fortunatus menyerukan agar negara memberi ruang afirmasi politik bagi anak muda, seperti halnya kebijakan afirmasi bagi perempuan pada awal reformasi. Ia menilai, tanpa keterlibatan aktif generasi muda, demokrasi Indonesia hanya akan menjadi ritual prosedural tanpa substansi.

"Akan menjadi ironi besar bila di negeri demokrasi ketiga terbesar di dunia, justru anak muda pemilik mayoritas suara menjadi kelompok rentan baru,"ujarnya.

Upacara peringatan Sumpah Pemuda itu diakhiri dengan pembacaan ikrar bersama dan lagu 'Bangun Pemudi Pemuda'. Di antara para peserta, terasa getar kesadaran baru bahwa perjuangan pemuda hari ini bukan lagi melawan penjajahan fisik, tetapi melawan regresi demokrasi dan apatisme politik yang perlahan menggerogoti semangat kebangsaan. (rob)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved