Lembata Terkini

Termasuk Lansia, HIV/ADIS di Lembata NTT Bertambah 26 Orang

Fungsi pengawasan terhadap masalah yang mengancam generasi ini harus ditingkatkan. Lebih berbahaya, penderita terbanyak adalah usia produktif

Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/HO-DINKES LEMBATA
SKRINING - Kegiatan skrining untuk mendeteksi keberadaan virus HIV di Kabupaten Lembata. Gambar diperoleh dari Penatakelola Layanan Kesehatan Orang dengan Risiko Terinfeksi HIV, Darius Baki Akamaking, Selasa (07/10/25) 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Paul Kabelen

POS-KUPANG.COM, LARANTUKA - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Lembata, NTT, mencatat penambahan 26 kasus HIV/AIDS pada Januari hingga Oktober 2025. Kabupaten ini termasuk berisiko sehingga semua pihak perlu meningkatkan pengawasan.

Kepala Dinas Kesehatan Lembata, Goerillya A. Huar Noning, melalui Penatakelola Layanan Kesehatan Orang dengan Risiko Terinfeksi HIV, Darius Baki Akamaking, mengatakan 26 kasus juga mencakup lanjut usia (lansia).

Dia merincikan, berdasarkan usia, penderita HIV/AIDS usia 0-5 tahun ada satu kasus, 20-24 ada 4 kasus, 25-30 ada 7 kasus, dan 31-64 jadi yang terbanyak, yaitu 13 kasus. 

"Laki-laki lebih banyak, ada 16 orang, sementara perempuan 10 orang," ujar Darius kepada wartawan, Selasa (07/10/25).

Fungsi pengawasan terhadap masalah yang mengancam generasi ini harus ditingkatkan. Lebih berbahaya, penderita terbanyak adalah usia produktif yang berpotensi menyebarkan HIV akibat faktor perilaku.

Baca juga: MGMP Sejarah SMK di Lembata Gelar Pertemuan Bahas Perangkat Belajar

Darius menuturkan, penularan HIV di Lembata meliputi beberapa faktor, mulai dari banyaknya Pekerja Migran Indonesia (PMI), termasuk para pekerja seks tanpa pengawasan yang baik.

"Mobilisasi masyarakat tinggi, meningkatnya pekerja seks tanpa pengawasan, dan masih tingginya stigma dan diskriminasi terhadap ODHIV sehingga banyak ODHIV yang tidak mau berobat lagi (lost to follow up)," tuturnya.

Dinas Kesehatan Lembata, jelas Darius, terus melakukan pemeriksaan (skrining) mendeteksi keberadaan virus HIV, kemudian memberikan obat.

Sayangnya, tindak lanjut dalam penanganan HIV/ADIS belum maksimal karena minimnya intervensi anggaran, serta dukungan semua stakeholder di Lembata.

"Kita juga terkendala anggaran, selama ini Rp 10.000.000, bahkan sampai Rp 5.000.000," ujar Darius. (cbl)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved