Belu Terkini
Banyak Desa di Perbatasan RI-RDTL Masih Alami Kendala Jaringan Internet
Selain sinyal yang sering mengalami roaming ke jaringan telekomunikasi Timor Leste
Penulis: Agustinus Tanggur | Editor: Eflin Rote
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Agustinus Tanggur
POS-KUPANG.COM, ATAMBUA - Akses telekomunikasi di wilayah perbatasan RI-RDTL, Kabupaten Belu, masih menghadapi banyak kendala.
Selain sinyal yang sering mengalami roaming ke jaringan telekomunikasi Timor Leste, sejumlah desa juga masih merasakan kualitas internet yang sangat terbatas (kurang baik).
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Kabupaten Belu, Fredrikus L. Bere Mau, menyebut persoalan ini terjadi karena keterbatasan infrastruktur.
“Pemerintah daerah belum mampu membangun menara BTS maupun menyediakan layanan internet pada satuan pendidikan. Selama ini harapan satu-satunya hanya melalui BAKTI Kominfo yang menyediakan internet. Kalau jaringan kabel optik milik penyedia jasa internet seperti Telkomsel atau swasta sudah masuk ke perbatasan, kondisinya tentu bisa lebih baik,” ujarnya, Selasa (30/9/2025).
Menurut Edy yang biasa disapa menyampaikan, kondisi ini tidak bisa dibiarkan karena menyangkut masa depan generasi muda di wilayah perbatasan.
“Kalau tidak menjadi atensi pemerintah pusat, maka situasi ini sangat memprihatinkan. Anak-anak kita yang diharapkan menjadi penerus bangsa akan sangat dirugikan,” tegasnya.
Berdasarkan data Kominfo Belu, terdapat enam kecamatan dengan desa yang sering mengalami roaming ke sinyal Timor Leste, yakni Kakuluk Mesak (Kabuna, Kenebibi), Lamaknen (Duarato, Kewar, Lamaksenulu, Makir, Mahuitas, Maudemu, Dirun).
Selain itu, Kecamatan Lamaknen Selatan (Debululik, Henes, Lakmaras, Loonuna, Lutarato, Sisi Fatuberal), Lasiolat (Fatulotu), Nanaet Duabesi (Fohoeka) dan Raihat (Aitoun, Maumutin, Toheletan).
Selain roaming, katanya, tercatat ada 23 desa di delapan kecamatan dengan kualitas internet yang tergolong kurang baik, antara lain di Kecamatan Lamaknen (Duarato, Mahuitas, Maudemu), Lamaknen Selatan (Debululik, Henes, Lakmaras, Lutarato), Lasiolat (Baudako, Dualasi, Lasiolat), Nanaet Duabesi (Dubesi, Fohoeka, Nanaenoe, Nanaet).
Raihat (Asumanu, Toheletan), Raimanuk (Fatukria, Leontolu, Mandeu Raimanus, Renrua), Tasifeto Barat (Lewalulun), serta Tasifeto Timur (Fatuba’a, Sadi, Silawan, Tialai).
Baca juga: Dua Warga Belu NTT jadi Korban KKB Papua, Keluarga Minta Jenazah Dipulangkan
Ia juga mengungkapkan, Pemkab Belu telah mengusulkan lebih dari beberapa lokasi untuk mendapatkan bantuan internet dari BAKTI Kominfo melalui aplikasi resmi. Namun hingga kini, status usulan tersebut belum jelas apakah bisa dilayani atau masih menunggu antrean.
Ia menambahkan, beberapa waktu lalu dirinya mewakili Bupati Belu melakukan audiensi bersama Menko Polhukam di Yogyakarta. Tindak lanjut dari pertemuan itu adalah kunjungan tim ke Belu untuk meninjau langsung kondisi jaringan di lapangan.
“Kami sudah sampaikan bahwa banyak titik di perbatasan yang masih mengalami roaming sinyal dari operator Timor Leste. Kami minta solusi teknologi dari Kementerian Kominfo untuk mengatasinya,” jelasnya.
Sementara itu, upaya mitigasi sementara yang dilakukan adalah dengan meminta pemerintah desa memasang papan pengumuman di titik roaming.
Mahasiswa Fakultas Filsafat Unwira Akan PPKM Internasional di Atapupu dan Batugade |
![]() |
---|
Penyaluran APBN di Belu Capai Rp 487 Miliar, Realisasi DAK Fisik Masih 20,36 Persen |
![]() |
---|
Realisasi APBN Hingga Agustus 2025 Melalui KPPN Atambua Capai Rp1,93 Triliun |
![]() |
---|
Lapas Atambua Salurkan Sembako Hasil Panen WBP untuk Anak LKSA Pondok Mercy |
![]() |
---|
Lapas Atambua Kerahkan 20 WBP Tanam Kol dan Brokoli di Lahan 2 Hektar |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.