Kematian Aktifis Lingkungan Vian

Adik Kandung Minta Polisi Tunjukan Bukti Kasus Kematian Vian Ruma di Nangaroro

Misteri kasus kematian Rudolfus Okativianus Ruma atau lebih akrab disapa Vian Ruma masih menyisakan tanda tanya besar bagi keluarga

POS-KUPANG.COM/HO
PENEMUAN MAYAT - Penemuan mayat seorang pria tak dikenal di sebuah pondok kebun di Sikusama, Desa Tonggo, Kecamatan Nangaroro, Kabupaten Nagekeo, Jumat (5/9/2025) pagi. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Albert Aquinaldo  

POS-KUPANG.COM, MBAY - Misteri kasus kematian Rudolfus Okativianus Ruma atau lebih akrab disapa Vian Ruma masih menyisakan tanda tanya besar bagi keluarga korban dan masyarakat di Kabupaten Nagekeo. 

Vian Ruma yang merupakan seorang guru di SMP Negeri 1 Nangaroro ditemukan tak bernyawa dalam kondisi tergantung dengan seutas tali sepatu dilehernya di sebuah gubuk di Sikusama, Desa Tonggo, Kecamatan Nangaroro, Jumat (5/9).

Adik kandung Vian Ruma, Rikardus Mbusa alias Riki, yang diwawancara Pos Kupang, Senin (29/9) mengungkapkan sejumlah fakta dan kejanggalan dari kematian kakaknya itu. 

Riki mengatakan, saat Vian ditemukan dengan kondisi meninggal dunia, dirinya bersama adik bungsu sedang berada di Kupang. Sedangkan adik ketiga Vian, sedang berada di Maumere. 

"Di rumah bapa mama sendiri, setelah ada informasi itu, sekitar jam 3-4 subuh, ada perwakilan keluarga yang turun ke Nangaroro (red: TKP penemuan Vian Ruma). Karena diinformasikan, ketika perwakilan keluarga yang turun ke Nangaroro, jenazah kakak sudah di Puskesmas. Waktu evakuasi dari lokasi penemuan ke puskesmas pihak keluarga tidak ada," ungkap Riki. 

Baca juga: Koalisi KOPI Beberkan Hasil Investigasi Kasus Kematian Vian Ruma di Nangaroro

Karena itu, pihak keluarga tidak mengetahui secara pasti bagaimana kondisi Vian saat ditemukan pertama kali.  "Sehingga perhari ini kami memang agak kesulitan soal fakta-fakta yang ditemukan di TKP. Kami keluarga sama sekali tidak tahu kondisi sebenarnya kakak di TKP sehingga hasil visum sangat penting bagi kami sebagai data awal yang harus kami terima," tambah dia. 

PENEMUAN MAYAT - Penemuan mayat seorang pria tak dikenal di sebuah pondok kebun di Sikusama, Desa Tonggo, Kecamatan Nangaroro, Kabupaten Nagekeo, Jumat (5/9/2025) pagi.
PENEMUAN MAYAT - Penemuan mayat seorang pria tak dikenal di sebuah pondok kebun di Sikusama, Desa Tonggo, Kecamatan Nangaroro, Kabupaten Nagekeo, Jumat (5/9/2025) pagi. (POS-KUPANG.COM/HO)

Riki menilai, ketidakhadiran pihak keluarga mulai saat olah TKP hingga proses evakuasi Vian ke Puskesmas Nangaroro merupakan kejanggalan prosedur. Bahkan pihak keluarga kesulitan mencari informasi terkait fakta kondisi Vian.  

"Untuk mencari data dan informasi ke masyarakat yang hadir pada saat itu susah bagi kami. Kami tidak tahu karena orang banyak dan mungkin orang takut mau sampaikan karena takut terlibat jadi saksi dan lain sebagainya," ujarnya.

Karena itu, Riki minta kepada pihak kepolisian untuk menunjukkan hasil dokumentasi mulai dari penemuan awal, olah TKP hingga pada proses evakuasi. "Permintaan kami keluarga yang pertama itu, kami harus minta semua dokumentasi dari pada saat kakak masih di TKP yang sama sekali belum disentuh oleh kepolisian maupun masyarakat disitu. Itu yang kami minta, mulai dari kepala sampai kaki," pinta Riki. 

Baca juga: Kasus Kematian Misterius Vian Ruma di Nangaroro Nagekeo, Polisi Periksa 25 Saksi 

Permintaan itu bukan tanpa alasan. Menurut Riki, berdasarkan foto-foto yang sempat beredar di media social, kondisi awal penemuan Vian, ada gumpalan ulat di bagian kepala bagian kiri, mulut, mata dan telinga Vian. 

Riki mengatakan, permintaan keluarga tersebut guna memastikan penyebab kematian Vian. "Apakah kalau orang gantung diri itu bisa luka di kepala sehingga mengakibatkan ada ulat di kepala atau memang gantung diri murni itu tidak pernah ada luka sedikit pun? Itu tanda tanya bagi kami keluarga," tegas Riki. 

Ia juga mengungkapkan kejanggalan lain yakni kondisi kaki Vian yang dalam keadaan tertekuk dan dalam kondisi menginjak lantai gubuk yang terbuat dari pelupu.  Selain kaki, kejanggalan lain yang juga menjadi pertanyaan besar pihak keluarga yakni tali sepatu yang terikat di leher Vian. 

Baca juga: Padma Indonesia Desak Polri Ungkap Motif Kematian Aktivis Lingkungan Vian Ruma

Riki mengatakan, sempat pergi ke TKP dan mencoba mengukur tinggi badannya dengan bambu di gubuk tempat Vian ditemukan tergantung. "Saya coba ukur dari saya punya kepala keatas bambu yang dia ikat itu hanya dua jengkal dan informasi yang beredar yang saya dapat dari sumber yang sangat dipercaya itu bahwa tali sepatu yang beredar itu satu yang diikat tapi informasi yang saya dapat dari Polsek itu katanya dilapis dua, terus dengan berat badannya kakak yang sekitar 50-60 kg, apakah kalau dia serentak kebawah apakah bambu diatas tidak patah?" tanya Riki. 

Menurut Riki, hingga kini, pihak keluarga terus mencari keadilan atas kematian Rudolfus Okativianus Ruma atau lebih akrab disapa Vian Ruma yang dinilai tidak wajar. (bet)

 

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved