Malaka Terkini

Kronologi Dugaan Penelantaran Pasien Bayi Hingga Meninggal di RSUD Prof. Yohanes Kupang

Tangis duka masih menyelimuti rumah keluarga kecil di Desa Kamanasa, Kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Malaka.

|
POS-KUPANG.COM/KRISTOFORUS BOTA
PASIEN RUJUKAN - Pasien rujukan RSUPP Betun meninggal di RSUD Prof. Yohanes Kupang, keluarga sesalkan penanganan, Rabu (10/9/2025). 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Kristoforus Bota

POS-KUPANG.COM, BETUN - Tangis duka masih menyelimuti rumah keluarga kecil di Desa Kamanasa, Kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Malaka.

Radegundis Quincha Dos Reis Lopes, bayi mungil berusia dua tahun empat bulan, mengembuskan napas terakhir di RSUD Prof. Yohanes Kupang pada Selasa (9/9/2025) dini hari.

Kepergiannya menyisakan luka mendalam. Orangtua korban, Emiliana Des Reis Baptista dan Martino Magno De Oliviera, menilai buah hati mereka menjadi korban dugaan penelantaran medis selama dirawat di rumah sakit tersebut.

Emiliana Des Reis Baptista berkisah, anak mereka awalnya mengalami demam tinggi dan muntah. Radegundis Quincha Dos Reis Lopes kemudian dibawa ke Puskesmas Betun.

“Waktu di puskesmas, anak kami hanya diberi obat penurun panas dan obat muntah. Tapi dua hari sakitnya tidak sembuh. Karena itu kami bawa ke RSUPP Betun,” ujar Emiliana Des Reis Baptista saat ditemui POS-KUPANG.COM, Rabu (10/9/2025).

Baca juga: Balita Rujukan RSUPP Betun Meninggal di RSUD Prof. Yohannes Kupang, Keluarga Ungkap Penanganan

Pada 28 Agustus 2025, Radegundis Quincha Dos Reis Lopes dibawa masuk ke ruang IGD RSUPP Betun.

Dokter menyarankan rawat inap. Malam pertama kondisi stabil, tetapi malam kedua suhu tubuh kembali tinggi hingga mengalami kejang-kejang.

“Selama dua malam satu hari, anak kami terus kejang-kejang. Lalu dokter rujuk ke ruang ICU dan diberi obat tidur. Lima hari di ICU, anak kami tidak sadarkan diri,” kenang Emiliana Des Reis Baptista.

Martino Magno De Oliviera, sang ayah, sempat meminta agar pemberian obat tidur dihentikan. Setelah dihentikan, kejang memang berhenti, namun anak mereka tetap koma.

Dokter kemudian menyarankan agar pasien dirujuk ke Kupang untuk dilakukan CT scan otak.

PASIEN RUJUKAN - Pasien rujukan RSUPP Betun meninggal di RSUD Prof. Yohanes Kupang, keluarga sesalkan penanganan, Rabu (10/9/2025).
 
 
PASIEN RUJUKAN - Pasien rujukan RSUPP Betun meninggal di RSUD Prof. Yohanes Kupang, keluarga sesalkan penanganan, Rabu (10/9/2025).     (POS-KUPANG.COM/KRISTOFORUS BOTA)

Dengan penuh harapan, keluarga membawa sang buah hati ke RSUD Prof. Yohanes Kupang. Sesampainya di IGD, CT scan kepala langsung dilakukan. Emiliana menuturkan, dokter menjelaskan hasil pemeriksaan.

“Dokter bilang tidak ada gangguan saraf, tetapi ada dua warna di bagian otaknya. Hitam artinya kekurangan oksigen, abu-abu artinya normal. Saya tanya lagi, apakah ada masalah saraf? Dokter bilang tidak ada,” kata Emiliana Des Reis Baptista.

Pasien kemudian dipindahkan ke ruang ICU untuk perawatan lanjutan. Namun sejak malam pertama, keluarga mulai merasakan kejanggalan.

“Anak kami masuk ICU, tapi tidak ada dokter yang datang memeriksa. Minggu malam hanya ada seorang dokter yang datang, tapi hanya minta buku pink. Anak kami sama sekali tidak diberi makan,” tutur Emiliana Des Reis Baptista.

Baca juga: LIPSUS: Banjir Bandang Seret Sembilan Warga, 3 Orang Tewas dan  6 Hilang 

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved