NTT Terkini
Hari Stroke Sedunia 2025, Perdosni Dorong Kolaborasi Tingkat Nasional dan Pemberdayaan Masyarakat
Diperingati setiap 29 Oktober, stroke merupakan masalah kesehatan serius di seluruh negara terutama di negara berkembang.
Penulis: Irfan Hoi | Editor: Oby Lewanmeru
Dr. Dodik menambahkan, melalui kegiatan ini masyarakat diharapkan dapat mengetahui apa saja yang perlu diperhatikan dalam mendeteksi faktor risiko, pencegahan stroke dan menjaga pola hidup sehat serta memperkuat komunikasi antar komunitas penyintas stroke dan keluarga atau pendamping.
Terkait prevalensi stroke di NTT, menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), sejumlah kabupaten menunjukkan angka cukup tinggi, seperti Sikka (9 % ), Manggarai (8 % ) dan Kupang (6 % ), sementara akses layanan kesehatan masih terbatas, hal ini dapat menambah risiko keterlambatan penanganan dan meningkatkan angka kecacatan, bahkan kematian.
“Stroke merupakan penyebab kecacatan jangka panjang nomor satu di dunia. Hal ini tentunya membutuhkan penanganan yang komprehensif dari berbagai bidang dan pihak, baik dokter, paramedis maupun pendamping pasien,” tutur Dr. Dodik.
Dia menekankan, waktu menjadi hal krusial dalam hal penanganan pasien stroke dengan mempertimbangkan golden period pada stroke, yakni jeda waktu sejak onset awal kejadian stroke hingga pemberian obat injeksi (trombolisis) untuk menghancurkan sumbatan pada stroke iskemik (stroke sumbatan), yakni 4,5 jam.
“Semakin singkat jeda waktu dari onset awal hingga pemberian trombolisis (kurang lebih 3 jam), efektivitas trombolisis akan semakin baik,” ujar Dr. Dodik.
Dia menekankan bahwa jeda waktu bukan dihitung dari sejak masuk RS sehingga kunci mencapai golden period adalah deteksi awal oleh setiap orang.
“Secepatnya ke RS, segerakan dispatch dan delivery. Time is brain,” tandasnya.
Ketua Panitia Peringatan Hari Stroke 2025, dr. Yuliana Imelda Ora Adja, M. Biomed. menyampaikan ada sejumlah agenda yang dijalankan selama peringatan Hari Stroke 2025 tingkat nasional.
Kegiatan yang dimaksud yaitu simposium untuk tenaga kesehatan menampilkan berbagai pembicara yang mumpuni di bidangnya, lokakarya (workshop) untuk tenaga kesehatan.
Kemudian, peluncuran Guideline Stroke Nasional, pelantikan Yayasan Stroke Indonesia Cabang Nusa Tenggara Timur, pelayanan pemeriksaan kesehatan dan faktor risiko stroke, seminar awam ‘Deteksi Dini Stroke’ dan senam pencegahan stroke.
Untuk diketahui, senam stroke adalah salah satu bentuk latihan fisik yang dapat memiliki berbagai variasi, dengan prinsip menggerakkan setiap otot dan sendi, dari leher, lengan, punggung, perut, panggul, hingga lutut dan kaki.
“Manfaat aktivitas fisik, bukan hanya senam stroke, antara lain menstimulasi kerja saraf dan otot, melancarkan aliran darah, hingga efek sistemik seperti pencegahan hipertensi, diabetes, obesitas, serangan jantung dan stroke,” ujar dr. Yuliana.
Dia menambahkan, beberapa variasi senam stroke juga dikembangkan bertujuan untuk melatih koordinasi tubuh yang merangsang atau menstimulasi otak.
“Aktivitas fisik perlu rutin dilakukan untuk mencegah serangan stroke, baik serangan pertama ataupun serangan berulang,” lanjut dr. Yuliana.
Adapun prinsip aktivitas fisik dari rekomendasi American Heart Association/American Stroke Association (AHA/ASA 2024) untuk pencegahan stroke primer (sebelumnya tidak pernah mengalami stroke), mencakup aktivitas fisik intensitas sedang minimal 150 menit/minggu atau intensitas berat minimal 75 menit/minggu, dan hindari perilaku sedentari (kurang gerak).
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kupang/foto/bank/originals/Perdosni.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.