Liputan Khusus

LIPSUS: 85 Persen Pelajar Terpapar Seks Bebas, Kasus HIV AIDS Meningkat

Komisi Penanggulangan Aids Daerah (KPAD) Lembata menemukan banyak pelajar SMP dan SMA pada 16 sekolah terpapar seks bebas.

|
POS-KUPANG.COM/MARIA VIANEY GUNU GOKOK
SOSIALISASI - Suasana Sosialisasi HIV AIDS di Aula PKK Kabupaten TTS, Kelurahan Taebneno, Rabu (17/9/2025). 

Kondisi ini mengindikasikan penularan banyak terjadi di kalangan tenaga kerja aktif, yang seharusnya menjadi pilar utama dalam pembangunan ekonomi daerah. 

Selain berdasarkan umur, sebaran kasus HIV AIDS juga menunjukkan pola yang cukup jelas di tingkat wilayah. Tiga kecamatan dengan jumlah kasus tertinggi adalah Oebobo 21 persen, Maulafa 20 persen, dan Kelapa Lima 20 persen disusul Alak 17 persen, Kota Raja 11 persen, serta wilayah lain seperti Kota Lama 12 persen. 

Tingginya angka di tiga kecamatan ini diduga berkaitan dengan padatnya penduduk dan aktivitas sosial-ekonomi yang lebih tinggi dibanding wilayah lain.

Berdasarkan klasifikasi pekerjaan, kelompok swasta menempati posisi tertinggi dengan 25 persen kasus, diikuti ibu rumah tangga 18 persen, lain-lain 17 persen, pelajar/mahasiswa 10 persen, wiraswasta 8 persen, dan PNS  7 persen. 

Menurut Jems, yang paling mengkhawatirkan, kelompok ibu rumah tangga kini menjadi salah satu penyumbang terbesar kasus HIV/AIDS di Kota Kupang.  

Banyak di antara mereka tertular dari pasangan yang sebelumnya sudah terinfeksi. Hal ini menandakan bahwa penularan di dalam rumah tangga kini menjadi isu penting yang perlu mendapat perhatian. 

”Karena itu, pemeriksaan HIV bagi pasangan menikah dan ibu hamil perlu menjadi bagian dari layanan kesehatan rutin," tegas Jems.

Baca juga: LIPSUS: SILPA Tembus Rp 2 Triliun, Kanwil DJPb Siap Kawal

Sedangkan Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Sabu Raijua mencatat ada 8 kasus HIV/AIDS sejak Januari hingga September 2025.

Kepala Dinas Kesehatan Sabu Raijua, Thobias Jusuf Messakh, S.KM kepada Pos Kupang, Senin (6/10/2025), menyebutkan, delapan kasus itu terjadi pada anak-anak hingga orang tua.

“Jadi yang tertular itu kebanyakan orang Sabu yang kerja di luar daerah dan saat sudah terjangkit di luar, mereka kembali ke Sabu dan dari situlah virus ini mulai tersebar di sini. Ada juga pendatang atau orang baru yang sudah kena di luar dan datang ke Sabu,” ucap Thobias.

Dikatakan Thobias, pengawasan yang dilakukan pemerintah terhadap penderita HIV/AIDS dengan membuat grup khusus untuk saling berkoordinasi seperti terkait obat-obat yang mereka konsumsi. 

Lebih lanjut, Thobias mengatakan, saat ini Pemerintah juga gencar melakukan sosialisasi yang bertujuan untuk mengedukasi masyarakat khususnya siswa/i SMP dan SMA terkait bahaya dari penyakit menular melalui hubungan seks.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Belu, Yustina Imelda Seu, S.KM, menyampaikan hingga Agustus 2025 terjadi penambahan 44 kasus baru HIV/AIDS di Kabupaten Belu.

Ia menyampaikan berdasarkan data Sistem Informasi HIV-AIDS (SIHA) Dinas Kesehatan Belu, total temuan selama periode Januari-Agustus 2025 mencapai 66 kasus, namun setelah dilakukan verifikasi terdapat 22 kasus ganda (error data) dan 15 kasus berasal dari luar wilayah, sehingga jumlah riil kasus baru di Kabupaten Belu mencapai 44 kasus.

Baca juga: Yufentius Tongkang dan Warga Gotong-Royong Bersihkan Jalan Patekaca-Puar Miteng

“Angka ini menunjukkan bahwa penularan HIV di masyarakat masih terus terjadi dan perlu menjadi perhatian serius, baik oleh pemerintah maupun seluruh elemen masyarakat,” ujar Yustina di ruang kerjanya, Senin (6/10/2025).

Sumber: Pos Kupang
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved