Ende Terkini

Enam Siswa Ujian ANBK di Sekolah Tetangga, Tower BTS Tidak Berfungsi Maksimal

Keterbatasan akses internet masih menjadi tantangan besar dalam pelaksanaan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) di wilayah Ende

POS-KUPANG.COM/HO
Sebanyak 17 siswa Kelas V (lima) SDN Waidahi, Desa Wogalirik, Kecamatan Doreng, Kabupaten Sikka, NTT menempuh perjalanan kurang lebih 40 Kilometer ke Kota Maumere demi mengikuti ujian Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK), Rabu 30 Oktober 2024. 

“Jarak tower dengan sekolah ini kurang lebih 50 meter di belakang sekolah, tapi tidak berfungsi dengan baik. Kadang sinyalnya baik, kadang hilang total. Tower itu sepertinya hanya untuk penghias saja. Kita juga bingung, mau mengadu ke mana lagi,” ujar Ustad Hasan.

Hasan menambahkan, pihak sekolah dan orang tua murid sudah berulangkali menyampaikan keluhan ini kepada pihak terkait, namun belum ada respons berarti dari pemerintah. 

Baca juga: EDITOR: Mencari Sinyal Saat ANBK

Upaya komunikasi bahkan telah dilakukan hingga ke pihak Telkomsel, dengan harapan dibangunnya tower baru yang benar-benar mendukung kebutuhan pendidikan di wilayah tersebut.

Tidak hanya dari sisi teknis ujian, kondisi ini juga menambah beban ekonomi bagi para orang tua siswa. Untuk mengikuti ANBK di sekolah lain, anak-anak harus berangkat pagi, membawa bekal, atau diberi uang jajan yang jumlahnya jauh lebih besar dari biasanya.

“Jajan mereka kurang lebih Rp10 ribu per hari, padahal biasanya hanya Rp1.000 sampai Rp2.000. Kita ini hidup di desa dan kebanyakan hanya petani, Rp10 ribu itu sudah termasuk besar,” ujar Hasan.

Ustad Hasan dan para orang tua siswa berharap agar pemerintah daerah maupun penyedia layanan komunikasi lebih memperhatikan kondisi ini. Keberadaan jaringan internet yang stabil sangat penting untuk menunjang kegiatan belajar-mengajar, khususnya saat pelaksanaan ujian berbasis komputer.

Peserta didik SD di Manggarai Timur sedang mengikuti ANBK.
Peserta didik SD di Manggarai Timur sedang mengikuti ANBK. (POS-KUPANG.COM/ROBERT ROPO)

“Kami hanya ingin anak-anak bisa ujian di sekolahnya sendiri, seperti siswa di sekolah-sekolah lain. Jangan setiap tahun harus pindah tempat karena masalah sinyal,” harapnya.

Wakil Ketua Komisi III DPRD Kabupaten Ende, Magy Sigasare mengatakan, persoalan jaringan di daerah terpencil dan blank spot harus segera ditangani secara serius oleh pemerintah.

“Blank spot di daerah-daerah terpencil dan terluar harus menjadi perhatian serius. Ini bukan sekadar soal koneksi, tetapi menyangkut akses terhadap pendidikan, informasi, dan pembangunan. Salah satu solusi jangka panjang adalah pembangunan tower baru di wilayah-wilayah yang belum terjangkau sinyal,” tegas Magy yang juga menjabat sebagai Ketua Fraksi Golkar DPRD Kabupaten Ende ini. (bet)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

 

 

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved