Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Minggu 26 Oktober 2025, Allah Membenarkan Doa Orang yang Rendah Hati
Tuhan, ajarilah aku berdoa dengan kerendahan hati. Jauhkan aku dari kesombongan rohani, dan bukalah hatiku agar selalu menerima kasih karunia-Mu
Oleh : RP John Lewar, SVD
Biara Soverdi St. Yosef Freinademetz
STM Nenuk Atambua Timor – NTT
POS-KUPANG.COM- Renungan Harian Katolik Minggu 26 Oktober 2025 Hari Minggu Biasa XXX merujuk pada Bacaan I : Sir. 35:12-14,16-18; Mzm. 34:2-3,17-18,19,23; 2Tim. 4:6-8,16-18; Injil : Luk. 18:9-14
Warna Liturgi Hijau.
Dalam Injil Lukas pada hari Minggu ini, Yesus menceritakan perumpamaan tentang dua orang yang pergi berdoa ke Bait Allah: seorang Farisi dan seorang pemungut cukai.
Sang Farisi berdoa dengan penuh kesombongan, membandingkan dirinya dengan orang lain, merasa
lebih suci. Sebaliknya, pemungut cukai berdiri jauh, tidak berani menengadah, hanya memukul diri sambil berkata: “Ya Allah, kasihanilah aku, orang berdosa ini.”
Yesus menegaskan bahwa pemungut cukai itulah yang pulang dibenarkan, bukan si Farisi. Inilah pesan inti: Allah meninggikan orang yang rendah hati, tetapi merendahkan orang yang meninggikan diri.
Kisah Lukas mengenai doa orang Farisi dan pemungut cukai ini amat menarik dan mengesankan. Kita dapat memahami bagaimana orang Farisi itu berdoa dengan cara demikian.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Minggu 26 Oktober 2025, Pamer atau Rendah Hati
Memang layak disyukuri bahwa dia tidak menjadi penjahat. Akan tetapi, kita perlu memahami isi doanya, karena orang Farisi tersebut juga mengatakan, “aku bukan pula seperti pemungut cukai ini.”
Kelihatan dibalik doanya ada sikap mengadili orang lain. Selain itu model doa orang Farisi ini mengandaikan bahwa dia sudah tidak butuh Tuhan lagi.
Ia sudah mampu menjadikan dirinya lurus dan benar tanpa bantuan Tuhan lagi. Bukankah itu sikap yang sombong?.
Doanya menjadi kosong karena dipenuhi kesombongan. Doa yang benar bukanlah tentang membanggakan apa yang kita lakukan, melainkan kerendahan hati untuk mengakui bahwa segala kebaikan berasal dari Allah.
Sebaliknya, pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, tidak berani menatap ke langit, tetapi hanya memukul diri dan berkata, “Ya Allah, kasihanilah aku, orang yang berdosa ini.” Yesus memuji pemungut cukai itu bahkan menyebutnya sebagai orang yang dibenarkan oleh Allah.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Minggu 26 Oktober 2025, Ya Allah, Kasihanilah Aku orang Berdosa Ini
Doa yang singkat dan penuh kerendahan hati dari si pemungut cukai dinilai lebih unggul. Si pemungut cukai merasa butuh Tuhan agar mengampuni dan membebaskannya dari dosa.
Doa yang benar tidak memegahkan diri, tidak menyombongkan diri, yang selalu didasarkan pada kerendahan hati dan kejujuran bukan pada apa yang kita lakukan sebagai prestasi.
Pemungut cukai adalah simbol orang berdosa di mata masyarakat. Namun dia justru menjadi teladan doa yang benar. Dia tidak membandingkan diri dengan orang lain, tidak berusaha menutupi kelemahannya.
Dia datang dengan hati hancur lebur. Doa pemungut cukai sederhana tetapi penuh kekuatan. Doa itu adalah doa sejati, doa yang lahir dari kerendahan hati. Allah berkenan kepada hati yang remuk
dan rendah (bdk. Mazmur 51:19).

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.