Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Sabtu 25 Oktober 2025, "Bertobat dan Berharap"
Kata Yesus, Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya daripada semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib ini?
Renungan Harian Katolik Suara Pagi
Bersama Pastor John Lewar SVD
Biara Soverdi St. Yosef Freinademetz
STM Nenuk Atambua Timor – NTT
Sabtu, 25 Oktober 2025
Hari biasa pekan XXIX
Rm. 8:1-11; Mzm. 24:1-2,3-4ab,5-6; Luk. 13:1-9
Warna Liturgi Hijau
Bertobat dan Berharap
Menguak tragedi masa lalu bisa menginspirasi manusia masa kini bagaimana ia telah hidup. Selain itu, menguak tragedi masa lalu juga bisa menginspirasi manusia masa kini bagaimana seharusnya ia hidup. Intinya, sebuah tragedi bisa menjadi bahan refleksi diri.
Seperti dalam Injil hari ini, Yesus menguak tragedi orang-orang Galilea yang dibunuh Pilatus, sehingga darah mereka tercampur dengan darah kurban yang mereka persembahkan.
Kata Yesus, Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya daripada semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib ini?
Tidak, kata-Ku kepadamu (Luk 13:2-3a). Yesus menguak tragedi lain, Atau sangkamu kedelapan belas orang yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih besar kesalahannya daripada semua orang lain yang tinggal di Yerusalem? Tidak, kata-Ku kepadamu (ay. 4-5a).
Saya mau menambahkan satu lagi, Atau sangkamu, keseratus tiga puluh tiga orang yang mati dalam tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, pada 1 Oktober 2022 lalu, lebih besar kesalahannya daripada semua orang Malang yang lain, karena mereka mengalami nasib ini?
Orang-orang Yahudi berpendapat bahwa orang-orang Galilea yang mati di tangan Pilatus atau 18 orang yang mati ditimpa menara Siloam, di pinggiran wilayah Yerusalem, adalah akibat dosa mereka yang mati ini, bukan karena dosa mereka yang masih hidup.
Itulah sebabnya, Yesus mengingatkan mereka, Tetapi jikalau kalian tidak bertobat, kalian semua pun akan binasa dengan cara demikian (ay. 3b dan 5b).
Saya berharap tidak ada pikiran orang-orang Yahudi yang merasuk dalam diri orang-orang di Malang atau di kota lain yang berpendapat bahwa kematian 133 orang di Malang, dalam tragedi di Stadion Kanjuruhan, karena dosa mereka.
Sama sekali tidak. Dosa memang bisa membawa kematian. Sengat dosa adalah maut, kata Rasul Paulus dalam 1Kor 15:56. Namun, tidak ada hubungan antara malapetaka atau tragedi kematian dan dosa manusia.
Malapetaka atau tragedi yang berakibat orang mati bisa menimpa siapa saja, baik yang sedang dalam keadaan dosa berat atau dosa ringan. Tragedi bisa terjadi di mana saja dan kapan saja.
Inti dari dua tragedi yang disebut Yesus dan satu tragedi yang saya tambahkan mau mengatakan bahwa setiap bentuk malapetaka atau tragedi yang dapat dan memang dialami oleh manusia, siapa saja, di mana saja dan kapan saja, merupakan suatu peringatan abadi akan perlunya bahkan bukan hanya perlu tetapi pentingnya bertobat.
Sebab kematian bisa terjadi tiba-tiba tanpa orang punya waktu untuk mempersiapkan diri. Saudara-saudari, umat beriman, Yesus menekankan pentingnya bertobat. Sebab, Ia yakin, bahwa setiap orang, tanpa kecuali, berdosa.
Sehingga, setiap orang, tanpa kecuali, harus terus-menerus berobat sebelum mati. Kematian bisa
menimpa siapa saja, kapan saja dan di mana saja.
Pertobatan yang Yesus serukan kepada orang-orang Yahudi pada waktu itu adalah menerima Yesus dan percaya kepada-Nya dan justru inilah yang tidak dilakukan oleh orang-orang Yahudi waktu itu.
Namun, karena Allah itu kasih (1Yoh 4:8.16b) dan kasih itu sabar (1Kor 13:4), maka orang-orang Yahudi masih diberi kesempatan untuk bertumbuh dan menghasilkan buah pertobatan, lewat perumpamaan pohon ara (ay. 6-9).
Lantas bagaimana relevansinya bagi kita yang sudah menerima Yesus dan percaya kepada-Nya? Kita pun adalah orang-orang berdosa yang juga perlu bertobat.
Bertobat juga berarti mau menerima Yesus serta percaya kepada-Nya sepenuhnya dan seutuhnya dalam seluruh hidup kita. Kita mau hidup tetap di dalam Dia. Kita mau berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia (Kol 2:6-7).
Oleh karena itu, jika kita bertobat dalam semangat ini, maka kita boleh berharap bahwa hidup kita akan berbuah; buah dari bertobat adalah beroleh keselamatan.
Mari kita bertobat dan berharap agar hidup kita berubah dan berbuah. Mari kita hidup dalam semangat pertobatan, sebab kita tidak tahu kapan kita mati dan bagaimana kita akan mati. Semangat pertobatan akan mengondisikan hati kita untuk senantiasa siap-sedia menyambut Tuhan yang datang dalam kemuliaanNya.
Katekismus Gereja Katolik mengajarkan bagaimana semangat pertobatan menemukan sumbernya. Pertobatan dan penebusan dosa setiap hari menemukan sumber dan makanannya di dalam Ekaristi, karena di dalamnya kurban Kristus yang mendamaikan kita dengan Allah dihadirkan.
Oleh Ekaristi dikenyangkanlah dan dikuatkanlah orang yang hidup dari kehidupan Kristus. Ialah “nurbisa, yang olehnya kita dibebaskan dari kesalahan sehari-hari dan dilindungi dari dosa berat” (Konsili Trente: DS 1638) [Katekismus Gereja Katolik, No. 1436].
Oleh sebab itu, dijiwai oleh Ekaristi, mari kita bertobat dan berharap agar hidup kita berubah dan berbuah keselamatan, bukan kebinasaan. [RP. A. Ari Pawarta, O.Carm.]
Doa Penutup: Tuhan Yesus yang penuh kasih, Engkau sabar menantikan kami yang sering lambat untuk berubah. Ampunilah kami atas kekerasan hati dan kelalaian kami dalam berbuat baik. Seperti penggarap yang memelihara pohon ara, rawatlah hati kami agar subur oleh kasih dan berbuah dalam perbuatan nyata.
Berilah kami keberanian untuk bertobat setiap hari dan kesetiaan untuk hidup menurut kehendak-Mu. Jadikanlah kami pohon yang menghasilkan buah kasih, kedamaian, dan keadilan di dunia ini. Kami serahkan hidup kami ke dalam tangan-Mu, kini dan selamanya. Amin.
Sahabatku yang terkasih, Selamat Hari Sabtu. Selamat berakhir pesan.... Salam doa dan berkatku untukmu dan keluarga di mana saja berada: Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus....Amin. (Pastor John Lewar SVD)
| Renungan Harian Katolik Sabtu 25 Oktober 2025, “Biarkanlah Pohon ini Tumbuh Setahun Lagi” |   | 
|---|
| Renungan Harian Katolik Jumat 24 Oktober 2025, "Peka akan Tanda-tanda Kehadiran Tuhan" |   | 
|---|
| Renungan Harian Katolik Jumat 24 Oktober 2025, "Sukses Membaca Alam, Gagal Membaca Zaman" |   | 
|---|
| Renungan Harian Katolik Jumat 24 Oktober 2025, "Mengapa Tidak Dapat Menilai Zaman Ini? |   | 
|---|
| Renungan Harian Katolik Kamis 23 Oktober 2025, "Api Ilahi Kristus: Memusnahkan Iman yang Palsu" |   | 
|---|


 
                 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
				
			 
											 
											 
											 
											 
											
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.