Obituari

Hermien Kleden, Sang Guru dan Kakak Kami

Tak sedikit yang menangis. Termasuk mas Wahyu Muryadi, mantan pemimpin redaksi Majalah TEMPO. 

|
Editor: Dion DB Putra
DOKUMENTASI PRIBADI HERMIEN KLEDEN
Hermien Y. Kleden 

Untuk Pak FJ ini pun saya angkat topi. Salut dengan pendekatannya kepada anak buah. 

“Your Excellency, please introduce our best reporter in TEMPO,” begitu kata Pak FJ menyanjung anak buahnya di hadapan para kenalannya. Biasanya kenalannya adalah orang-orang asing. 

HYK juga begitu. Sama persis dengan FJ. Menyanjung reporter di depan narasumber. 

Bahkan untuk beberapa anak, dia bahkan tertarik mencari tahu siapa ayah ibu dan saudara-saudaranya. 

Termasuk saat Mawar Kusuma —sekarang wartawan Harian Kompas — menukil sebuah ayat Perjanjian Baru di tulisannya. 

Tambahan dari HYK adalah, sudah berapa ratus tahun usia ayat itu ketika diturunkan. 

Selain pujian, HYK juga bisa tak segan memanggil reporter kembali ke kantor untuk menulis ulang laporannya atau bertanya lagi kepadanya tentang apa yang diliputnya. 

Bahkan tak jarang saat si reporter sedang berkencan nonton di bioskop Megaria—sekarang Metropole. 

Bioskop di ujung jalan Proklamasi itu memang sering jadi tempat melepas penat atau mencari lead tulisan. 

Bahkan berkencan sebentar. Lalu balik lagi ke kantor untuk menuntaskan tulisan memenuhi tenggat atau deadline.

Tulisan saya tentang kedatangan Barack Obama ke Indonesia jadi ciamik karena polesannya. 

Waktu itu sebagai wartawan di rubrik Luar Negeri, kedatangan Obama ke Jakarta jadi sampul cerita utama Majalah TEMPO. 

Tugas saya mendapat insight dan background. Informasi saya dapat dari beberapa orang di Departemen Luar Negeri. 

Salah satunya dari Retno Marsudi, waktu itu Dirjen Amerika dan Eropa. Kemudian jadi Menteri Luar Negeri. 

***

Kami berempat diminta tak bercerita tentang yang dialaminya. Februari 2025. Waktu itu di antara kami, saya sudah diberitahu di akhir 2023 tentang penderitaannya. 

Tapi “vonis” baru datang pada 2025. Sembari seluruh persiapan operasi pada Mei 2025 yang diutarakannya. 

Kami berempat yakin. Ada mukjizat kesembuhan pascaoperasi. Optimisme yang dibangun kami berlima—termasuk kak Hermien. Ada banyak misi yang tengah kami rampungkan. Misi yang mulia. 

Dalam dua tahun terakhir,  kami berlima intensif bertemu. Dan jadi lebih dekat. Kami, selain Ijar Karim, —fotografer andalan TEMPO—, sudah purna tugas dari TEMPO.  

Kak Hermien sering meminta saya mengebrief tentang situasi terkini. Ekonomi politik. Nasional. 

Kadang kalau saya dapat insight yang internasional, juga saya ungkapkan. No secret.

Saya merasa informasi yang saya terima lebih berguna untuk kak Hermien. Ada kepuasan. 

Bertahun-tahun dengan bimbingan di TEMPO—termasuk utamanya dari kak HYK—saya bisa menyumbang karya-karya eksklusif bagi media elektronik tempat saya bekerja kemudian. 

Berbagai wawancara eksklusif, juga visual-visual yang betul-betul cuma media elektronik itu yang punya. Dan seperti pesan kak Hermien. Tak usah kamu labeli eksklusif, biar penonton yang tahu bahwa itu memang tak ada di tempat lain. 

“Itulah eksklusif sebenarnya.” Ini nasihat yang saya ingat bersama nasihat lain. “Pastikan di tempat lain, karakter kamu tidak hilang.” 

Saya telah menjalankan pesan-pesan itu dengan baik. 

Selasa malam, sehari menjelang 1 Oktober, Hari Kesaktian Pancasila 2025, anggota keluarga, sahabat, kerabat, dan handai taulan saling sapa di Rumah Duka Santo Carolus. Banyak senyum juga tawa. 

Tak sedikit yang menangis. Termasuk mas Wahyu Muryadi, mantan pemimpin redaksi Majalah TEMPO. 

Agus Martowardoyo, mantan Gubernur Bank Indonesia dan Menteri Keuangan era SBY juga menitikkan air mata saat memberikan testimoni. 

Ada juga para petinggi, romo-romo di Konferensi Waligereja Indonesia dan Keuskupan Agung Jakarta serta kalangan Katolik umumnya. 

Aktivis Pemuda Katolik, PMKRI, dan banyak lagi. Hermien memang tak cuma aktif jadi wartawan. Juga dalam kerasulan awam di semesta Katolik. 

Mereka melepas Hermina Yosephine Kleden, ke tempat istirahatnya di pemakaman di Jagakarsa. 

Paripurna tugas Hermien di dunia. Jadi kakak, guru, teman, dan bisa juga orang tua bagi yang mengenalnya. 

Istirahatlah dalam keabadian kekal di Rumah Bapa, kak Hermien. Tuhan memberkati selalu. (*)

Simak terus berita POS-KUPANG.COM di Google News 

 

Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved