Opini

Opini: Hidup yang Otentik di Era Digital

Kita tetap menjadi manusia yang otentik di tengah gempuran teknologi yang kian canggih. Jalan yang paling ampuh adalah menjaga jarak etis

Editor: Dion DB Putra
DOKUMENTASI PRIBADI GIAN RIBHATO
Gian Ribhato 

Anda tinggal meng-klik menu yang ada di aplikasi Grab dan menunggu beberapa menit. 

Makanan akan tiba di depan rumah anda. Atau pada saat anda malas mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru atau dosen, anda tidak perlu membuka buku atau jurnal. 

Anda hanya perlu mengetik satu atau dua kalimat di ChatGPT dan tugas anda akan selesai. Dunia klik menawarkan banyak kemudahan. Anda meng-klik, saat itu juga anda memperolehnya. 

Kediktatoran Digital

Teknologi digital memang menawarkan banyak kemudahan. Banyak hal bisa didapat secara instan. 

Namun, di balik semua itu, teknologi digital menegaskan kedigdayaannya sebagai seorang diktator ulung. 

Seorang diktator adalah dia yang mampu menundukan semua orang. Orang yang ditundukannya tidak perlu berpikir banyak. 

Mereka hanya perlu tunduk dan patuh padanya. Manusia secara natural memang tidak ingin ditundukan. 

Kodrat manusia selalu ingin hidup bebas. Namun ada dua keadaan yang menyebabkan manusia bisa menyerahkan kebebasannya dan memilih patuh; Ketakutan dan kenikmatan. 

Dua keadaan ini menyebabkan manusia bereksistensi sebagai tubuh-tubuh yang patuh (docile bodies). 

Jika pada era pra-digital, seorang diktator menundukan banyak orang dengan menebar ketakutan, teknologi digital justru berbuat sebaliknya. 

Dia menawarkan kenikmatan. Orang yang sepanjang hari hanyak berkutak-katik dengan HP-nya tentu bukan karena ketakutan, tetapi karena kenikmatan.  

Kediktatoran digital dipertegas oleh Yuval Noah Harari dalam bukunya “21 Adab untuk Abad 21” dengan mengatakan “bukan uang atau rekening bank anda yang diretas oleh teknologi digital, tetapi diri anda sendiri. 

Anda sebagai manusia diretas oleh sesuatu yang bukan manusia. Era teknologi digital adalah era peretasan manusia”.

Relasionalitas di Era Klik

Bagaimana relasi dalam dunia digital? Dalam dunia digital, relasi yang dibangun bukan antara subjek dan subjek, tetapi relasi antara subjek dan entitas impersonal. 

Dalam teknologi digital, perjumpaan persona dengan persona tidak berarti lagi. 

Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved