Opini
Opini: Jalan Panjang NTT Menuju Masyarakat Pembelajar
Di tengah keterbatasan akses buku, listrik, dan internet, NTT masih mencari jalan panjang menuju masyarakat pembelajar sejati.
Di beberapa desa di Flores Timur atau Alor, siswa harus berjalan dua jam hanya untuk sampai ke sekolah.
Ketika jarak dan hujan menjadi penghalang, membaca bukan lagi aktivitas harian, tetapi kemewahan yang sulit dijangkau.
Kondisi ini memperlihatkan bahwa literasi bukan hanya isu pendidikan, tetapi juga persoalan infrasiruktur, pemerataan, dan keadilan sosial bagi warga di pulau-pulau kecil.
Kemiskinan juga berperan besar. Data BPS 2024 mencatat tingkat kemiskinan NTT mencapai 19,29 persen, tertinggi ketiga di Indonesia.
Di banyak keluarga, prioritas bukan membeli buku, tetapi memastikan nasi di meja. Literasi menjadi korban dari kebutuhan dasar.
Anak-anak pun sering kali berhenti sekolah lebih awal untuk membantu orang tua di ladang atau laut.
Dalam situasi seperti ini, membaca dianggap tidak produktif secara ekonomi, padahal justru literasilah yang bisa memutus rantai kemiskinan antargenerasi jika dibangun dengan kesadaran dan dukungan berkelanjutan.
Namun, di tengah keterbatasan itu, tumbuh benih harapan dari bawah dari masyarakat sendiri.
Gerakan literasi akar rumput muncul seperti mata air di tengah tandus.
Salah satunya adalah Komunitas Lakoat Kujawas di Molulo, Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Dengan ruang baca sederhana, komunitas ini menghidupkan budaya membaca lewat cerita rakyat, teater, dan penerbitan buku lokal.
Mereka tidak hanya mengajarkan anak-anak membaca, tapi juga menulis kisah tentang kampung mereka sendiri.
Dari situ, lahirlah kebanggaan baru: menjadi anak NTT yang mampu bercerita tentang budayanya sendiri.
Di Atambua, Taman Bacaan Masyarakat Akar Cinta berdiri di halaman rumah sederhana.
Setiap sore, puluhan anak datang membaca buku sumbangan dan belajar menulis puisi.
Rikardus Herak
Nusa Tenggara Timur
masyarakat pembelajar
Universitas Katolik Widya Mandira Kupang
Opini Pos Kupang
literasi
| Opini: Trading Valas GOLD dan AI Jadi Sumber Uang Baru Generasi Digital |
|
|---|
| Opini: Konflik Israel-Palestina dan Dekontruksi Hati Nurani |
|
|---|
| Opini: Warisan Sehat dari Leluhur, Saatnya Kembali ke Akar Budaya Nusantara |
|
|---|
| Opini: Pendidikan Katolik dan Dunia yang Tabola Bale: Footnote dari Muspas KAK 2025 |
|
|---|
| Opini: Bahasa Multimedia |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.