Opini
Opini: Artificial Intelligence, Komunikasi dan Hilangnya Kepercayaan
AI dapat mensimulasikan empati, tetapi tidak benar-benar ‘memahami’ makna dari kejujuran atau ketulusan itu sendiri.
AI dapat mensimulasikan empati, tetapi tidak benar-benar ‘memahami’ makna dari kejujuran atau ketulusan itu sendiri.
Misalnya, chatbot dapat menulis ucapan belasungkawa atau memberi saran moral, tetapi ia tidak memiliki kesadaran atas penderitaan atau nilai yang mendasari ucapan tersebut.
Dalam hal ini, komunikasi dengan AI hanyalah imitasi komunikasi manusia, bukan komunikasi dalam arti Habermasian yang sejati.
Rasionalitas Komunikatif
Habermas menekankan pentingnya ruang publik yang rasional dan komunikatif sebagai dasar demokrasi.
Ketika AI mengambil alih fungsi penyebaran informasi, kurasi berita, dan bahkan opini publik, maka terjadi pergeseran otoritas dari manusia ke sistem algoritmik yang tidak transparan.
Fenomena deepfake, hoaks berbasis AI, dan disinformasi otomatis menciptakan erosi kepercayaan publik terhadap media dan institusi sosial.
Dalam konteks teori Habermas, ini menunjukkan distorsi komunikasi sistemik, di mana klaim kebenaran tidak lagi diuji melalui dialog rasional antarwarga, tetapi diproduksi oleh mesin yang tidak memiliki orientasi moral.
Kepercayaan, yang menjadi fondasi tindakan komunikatif, tergantikan oleh dependensi teknologis yang tidak selalu dapat dipertanggungjawabkan.
Menurut Habermas, jalan keluar dari krisis komunikasi ini adalah kembalinya rasionalitas komunikatif, di mana interaksi manusia didasarkan pada keterbukaan, argumentasi, dan konsensus rasional.
Dalam konteks AI, hal ini berarti menuntut adanya etika komunikasi digital yang menempatkan manusia sebagai subjek utama, bukan sekadar pengguna data.
AI harus dirancang bukan hanya untuk efisiensi, tetapi juga untuk menjaga integritas komunikasi dan memelihara ruang publik yang deliberatif.
Misalnya, dengan menerapkan prinsip transparansi algoritma, tanggung jawab moral pembuat sistem, serta perlindungan terhadap nilai-nilai kemanusiaan dalam desain teknologi.
AI adalah representasi puncak dari rasionalitas modern yang diidealkan: efisien, cepat, dan logis.
Namun tanpa fondasi etika komunikatif seperti yang digagas oleh Habermas, kemajuan teknologi ini dapat membawa kita pada krisis kepercayaan dan dehumanisasi komunikasi.
Karolus Banda Larantukan
Artificial Intelligence
Opini
POS-KUPANG.COM
Institut Keguruan dan Teknologi Larantuka
Jurgen Habermas
Opini: Sinergi Tri Pusat Pendidikan untuk Sekolah Aman |
![]() |
---|
Opini: Merawat Solidaritas Fiskal di Republik yang Tumbuh dari Daerah |
![]() |
---|
Opini: Muliakan Air, Strategi Tangguh NTT Menyambut Hujan Awal Musim |
![]() |
---|
Opini: Aset Rakyat Masuk Pegadaian, Tanda Dapur Ekonomi Sedang Terbakar Senyap |
![]() |
---|
Opini: Peningkatan Kualitas Pendidikan di NTT Sebagai Kunci Kemajuan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.