Opini

Opini: Artificial Intelligence, Komunikasi dan Hilangnya Kepercayaan

AI dapat mensimulasikan empati, tetapi tidak benar-benar ‘memahami’ makna dari kejujuran atau ketulusan itu sendiri. 

Editor: Dion DB Putra
DOKUMENTASI PRIBADI KAROLUS BANDA LARANTUKAN
Karolus Banda Larantukan 

AI dapat mensimulasikan empati, tetapi tidak benar-benar ‘memahami’ makna dari kejujuran atau ketulusan itu sendiri. 

Misalnya, chatbot dapat menulis ucapan belasungkawa atau memberi saran moral, tetapi ia tidak memiliki kesadaran atas penderitaan atau nilai yang mendasari ucapan tersebut. 

Dalam hal ini, komunikasi dengan AI hanyalah imitasi komunikasi manusia, bukan komunikasi dalam arti Habermasian yang sejati.

Rasionalitas Komunikatif

Habermas menekankan pentingnya ruang publik yang rasional dan komunikatif sebagai dasar demokrasi. 

Ketika AI mengambil alih fungsi penyebaran informasi, kurasi berita, dan bahkan opini publik, maka terjadi pergeseran otoritas dari manusia ke sistem algoritmik yang tidak transparan.

Fenomena deepfake, hoaks berbasis AI, dan disinformasi otomatis menciptakan erosi kepercayaan publik terhadap media dan institusi sosial. 

Dalam konteks teori Habermas, ini menunjukkan distorsi komunikasi sistemik, di mana klaim kebenaran tidak lagi diuji melalui dialog rasional antarwarga, tetapi diproduksi oleh mesin yang tidak memiliki orientasi moral. 

Kepercayaan, yang menjadi fondasi tindakan komunikatif, tergantikan oleh dependensi teknologis yang tidak selalu dapat dipertanggungjawabkan.

Menurut Habermas, jalan keluar dari krisis komunikasi ini adalah kembalinya rasionalitas komunikatif, di mana interaksi manusia didasarkan pada keterbukaan, argumentasi, dan konsensus rasional. 

Dalam konteks AI, hal ini berarti menuntut adanya etika komunikasi digital yang menempatkan manusia sebagai subjek utama, bukan sekadar pengguna data.

AI harus dirancang bukan hanya untuk efisiensi, tetapi juga untuk menjaga integritas komunikasi dan memelihara ruang publik yang deliberatif. 

Misalnya, dengan menerapkan prinsip transparansi algoritma, tanggung jawab moral pembuat sistem, serta perlindungan terhadap nilai-nilai kemanusiaan dalam desain teknologi.

AI adalah representasi puncak dari rasionalitas modern yang diidealkan: efisien, cepat, dan logis. 

Namun tanpa fondasi etika komunikatif seperti yang digagas oleh Habermas, kemajuan teknologi ini dapat membawa kita pada krisis kepercayaan dan dehumanisasi komunikasi.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved