Opini

Opini: Muliakan Air, Strategi Tangguh NTT Menyambut Hujan Awal Musim

Faktor terakhir yang memicu peluang hujan tinggi secara lokal adalah kondisi perairan laut wilayah NTT. 

Editor: Dion DB Putra
DOKUMENTASI PRIBADI HAMDAN NURDIN
Hamdan Nurdin 

Oleh: Hamdan Nurdin
Analis Iklim Nusa Tenggara Timur

POS-KUPANG.COM - Sebuah titik balik musim dan harapan baru. Prediksi Curah Hujan dengan metode probabilistic atau peluang terjadi pada Dasarian II Oktober 2025 di NTT bukanlah sekadar data, ini adalah surat resmi dari alam yang memberitahukan kepada kita bahwa hujan sudah mulai menyentuh di sebagian wilayah NTT. 

Ini adalah penanda penting sebagai sebuah titik balik yang dinanti setelah musim kemarau mendominasi dalam kurun waktu panjang dan melelahkan. 

Prediksi ini menunjukkan bahwa sebagian wilayah NTT, terutama hamparan luas seperti Pulau Sumba dan Pulau Timor Barat, memiliki peluang hujan sangat tinggi, bahkan memiliki peluang lebih dari 70 persen akan segera diguyur hujan dengan kategori sedang. 

Baca juga: Opini: Menghadapi Kekeringan dan Musim Hujan Atas Normal di NTT

Secara khusus, perhatian kita tertuju pada wilayah Pulau Timor Barat bagian Timur, yang diprediksi memiliki peluang mencapai kisaran antara 71 − 90 persen berpeluang mendapat surplus curah hujan berkisar antara 50 - 100 mm dalam sepuluh hari kedepan. 

Ini bukan lagi sekadar gerimis biasa, melainkan potensi hujan dengan kategori sedang di periode awal musim. 

Prediksi peluang curah hujan dasarian ini juga mengajak kita untuk segera menyusun rencana yang lebih baik dalam menghadapi potensi curah hujan yang mendadak tinggi, kesiapan adalah kunci untuk mengubah potensi bencana menjadi berkah.

Orkestra Alam di Balik Awan Tebal NTT 

Peningkatan drastis dan terlokalisir pada curah hujan ini memiliki dasar ilmiah yang kuat dimana kondisi ini dipengaruhi oleh interaksi antara lautan dan atmosfer skala global dan regional, ilmuwan sains atmosfer mengenalnya dengan sebutan Dinamika Atmosfer.

Salah satu faktor penggerak utama adalah Angin Musiman (Monsun). Pada bulan Oktober dan November adalah periode krusial, yaitu masa transisi musim atau periode pancaroba. 

Dalam periode ini, terjadi perpindahan arah gerak angin musiman. Pelemahan Monsun Australia: Angin timuran yang selama ini membawa udara kering dari Benua Australia yang menjadi pemicu kemarau di NTT kini mulai melemah. 

Ia telah kehilangan dominasinya. Seiring dengan melemahnya monsun Australia. 

Zona Konvergensi Antartropis (ITCZ) yang merupakan sabuk tempat bertemunya angin dari Belahan Bumi Utara dan Selatan mulai bergerak dan meluas ke wilayah selatan, mendekati wilayah Indonesia bagian tengah dan selatan, termasuk NTT.

Pergeseran ITCZ ini bertindak sebagai "jalur cepat" pembentukan awan hujan, membawa serta massa udara yang kaya akan uap air dari lautan.

Pengaruh jarak jauh dari Samudera Hindia dan Samudera Pasifik

Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved