Versi KKB Papua
Sementara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat - Organisasi Papua Merdeka ( TPNPB-OPM ) Sorong Samarai menduga Filep Karma tewas dibunuh intelijen TNI.
Kelompok Kriminal Bersenjata atau KKB Papua tersebut mencurigai tokoh pejuang kemerdekaan Papua itu dihabisi oleh empat orang intelijen saat sedang menyelam di laut.
Mayat Filep Karma terdampar dan ditemukan di lokasi Managkawi Pantai Base-G sebelah kiri Steven Makanuai Jayapura, Kamis 1 November 2022.
Melansir thetpn-pbnews.com, TPNPB-OPM Sorong Samarai mendesak Pemerintah Indonesia, Pemerintah Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat serta LBH segera mengkralifikasi pembunuhan sadis terhadap Filep Karma.
“Filep berdiri untuk keadilan, demokrasi, untuk perdamaian dan perlawanan tanpa kekerasan. Meskipun demikian, dia dipenjara selama 11 tahun karena mengibarkan bendera Bintang Kejora, kita bisa melihat bagaimana Indonesia memperlakukan pembawa damai," demikian pernyataan TPNPB-OPM Sorong Samarai.
"Bahkan sekarang, mereka tidak bisa membiarkan kita berduka dengan tenang. Saat ribuan orang Papua turun ke jalan untuk menghormati Filep Karma sebagai seorang ayah, tentara dan polisi Indonesia menghalangi jalan mereka dengan persenjataan berat. Saat para pendukung mengucapkan perpisahan terakhir mereka sambil membawa peti mati Filep ke rumahnya, polisi merampas bendera Bintang Kejora mereka."
Menurut TPNPB-OPM, tanggapan ini menunjukkan rasisme endemik di jantung pendudukan Indonesia.
Filep Karma menghabiskan hidupnya untuk berjuang. Mereka melihat kita ‘monyet’ – sebagai ‘setengah binatang’ , seperti yang dijelaskan dalam bukunya. Pertanyaan besarnya adalah: bagaimana Filep mati? Kami tahu dia tenggelam dengan berempat intelejen negara Indonesia TNI.
Kami tahu bahwa ada empat orang intelijen TNI bersamanya ketika dia meninggal, tetapi kami tidak tahu apakah ada di antara mereka yang memberikan kesaksian.
"Kita juga tahu bahwa militer Indonesia membunuh secara sistematis melenyapkan orang West Papua yang berjuang melawan. Kadang-kadang mereka akan membunuh kita di depan umum, seperti Theys Eluay dan Arnold Ap, yang dibunuh dan mayatnya dibuang di pantai tempat Filep meninggal sekarang," demikian TPNPB-OPM Sorong Samarai.
Rencana Kedatangan PBB
Ketua West Papua Council Buchtar Tabuni mengaitkan kematian tokoh pejuang Papua Merdeka Filep Karma dengan rencana kedatangan Komisi Tinggi HAM Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di West Papua.
Menurut Buchtar Tabuni, Komisi Tinggi HAM PBB akan menyelidik kasus pelanggaran HAM berat di Papua. Hal itu membuat Jakarta tidak tinggal diam.
"Semakin gencarnya kunjungan Komisi Tinggi PBB ke West Papua, saya yakin Jakarta tidak akan tinggal diam. Saya menduga ini ada skenario halus karena Filep Karma adalah saksi hidup kasus Biak Berdarah tahun 1998," kata Buchtar Tabuni melalui video yang diunggah akun Rimbah Hutan 61.
Baca juga: KKB Papua - Sniper Satgas Damai Cartenz Tembak 3 Orang, Terpantau dari Drone
Dalam video berdurasi 7 menit itu, Buchtar Tabuni menyebut Filep Karma sebagai teman dan sahabat. Keduanya menjadi tahanan politik, pernah menempati satu sel di Lapas Abepura, Papua.
Dia mengingatkan saksi kasus pelanggaran HAM berat untuk lebih berhati-hati. "Saya menyerukan kepada seluruh saksi hidup korban pelanggaran HAM berat yang dilakukan militer TNI, untuk menjaga diri dan waspada dan berhati-hati saat beraktivitas apapun," imbuh Buchtar Tabuni.
Termasuk saksi Kasus Washior dan Kasus Wamena serta kasus pelanggaran HAM berat lainnya. "Peristiwa meninggalnya Filep Karma adalah pelajaran bagi semua saksi untuk menjaga diri, melinduingi diri dan mewaspadai diri," katanya.
"Saya menduga, dengan gencarnya Komisi Tinggi PBB dalam investigasi pelanggaran HAM berat sejak ankesasi tahun 1963 sampai hari ini mereka tidak mau kecolongan, tidak mau menanggung malu."
Buchtar Tabuni menduga, akan ada berbagai cara untuk menghilangkan saksi-saksi korban pelanggaran HAM berat. "Semoga pesan ini bermanfaat. Semua saksi korban yang masih hidup jangan terlena," ucapnya. (*)
Ikuti berita POS-KUPANG.com di GOOGLE NEWS