Opini
Opini: Feodalisme Modern di Ruang Pendidikan, Mentalitas Milenial Metode Kolonial
Dari kacamata filsafat politik, ini adalah miniatur "power distance" tinggi — Jarak kekuasaan yang lebar antara atasan dan bawahan.
Pierre Bourdieu akan menyebut ini sebagai "habitus" pola pikir dan perilaku yang diwariskan dan diinternalisasi tanpa banyak disadari.
Mahasiswa yang masuk dengan semangat kebebasan akan perlahan belajar bahwa di kampus pun, kekuasaan bekerja lewat simbol, gestur, dan ritual yang mempertahankan hierarki.
Membungkus Kekuasaan dengan Retorika Moral
Yang membuatnya semakin kompleks adalah bagaimana tradisi ini dibungkus dengan retorika moral: “Kami sedang melatih mental kalian,” atau “Kami mempersiapkan kalian menghadapi dunia nyata.”
Dunia nyata yang dimaksud ternyata adalah dunia penuh perintah tanpa ruang bertanya, dunia di mana kekuasaan tidak perlu dijustifikasi asalkan dibungkus alasan “demi kebaikan”.
Ironinya, kampus seharusnya menjadi rumah bagi pikiran bebas, laboratorium demokrasi, dan ruang perdebatan terbuka.
Namun, masa orientasi feodal justru mengajarkan mahasiswa baru bahwa yang penting bukan isi kepala, melainkan seberapa taat mereka pada aturan yang bahkan tidak relevan dengan proses akademik.
Pendidikan atau Simulasi Kekuasaan?
Pertanyaannya: apakah masa orientasi ini benar-benar memperkenalkan mahasiswa pada budaya akademik, atau sekadar simulasi kekuasaan?
Apakah ini tentang membangun karakter, atau hanya melestarikan kebiasaan turun-temurun yang sudah kehilangan konteks?
Sebagian pembela tradisi ini akan berkata, “Kalau tidak seperti ini, mahasiswa baru tidak akan menghargai senior.”
Pernyataan ini saja sudah cukup untuk menunjukkan betapa kita masih memelihara mentalitas feodal: rasa hormat diperoleh bukan dari keteladanan intelektual atau kontribusi nyata, melainkan dari posisi "lebih dulu” di dalam hierarki.
Alternatif: Pengenalan Kampus Dialogis
Kritik tanpa solusi hanya akan terdengar seperti keluhan. Karena itu, penting untuk membayangkan alternatif.
Pengenalan kampus seharusnya menjadi ajang memperkenalkan mahasiswa pada tiga hal: budaya akademik yang berbasis kebebasan berpikir, jaringan sosial yang kolaboratif, dan kesadaran akan tanggung jawab sosial.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.