Opini
Opini: Feodalisme Modern di Ruang Pendidikan, Mentalitas Milenial Metode Kolonial
Dari kacamata filsafat politik, ini adalah miniatur "power distance" tinggi — Jarak kekuasaan yang lebar antara atasan dan bawahan.
Model yang dialogis bisa menggabungkan mentoring, diskusi tematik, dan eksplorasi kreatif.
Senior menjadi fasilitator, bukan penguasa. Aturan bukan untuk menundukkan, melainkan untuk mengarahkan pada pengalaman belajar yang bermakna.
Dalam suasana ini, rasa hormat tumbuh secara alami karena ada teladan, bukan paksaan.
Kita bisa belajar dari banyak universitas di dunia yang memanfaatkan minggu orientasi untuk membangun "learning community" kelompok kecil lintas angkatan yang mengerjakan proyek sosial, penelitian mini, atau tur budaya akademik.
Di sana, status senior hanyalah penanda pengalaman, bukan alat legitimasi untuk mengontrol.
Menutup Tas Abad Lalu
Feodalisme modern di ruang pendidikan adalah paradoks yang harus kita akhiri. Dunia sudah bergerak cepat: teknologi, cara belajar, bahkan konsep pekerjaan berubah.
Namun tanpa sadar, kita masih membawa tas lama berisi atribut dan ritual abad lalu.
Jika kita ingin mahasiswa menjadi generasi kritis yang siap menghadapi tantangan global, kita harus mulai dari pintu masuk: masa orientasi yang membebaskan, bukan menundukkan.
Akhirnya, ini bukan sekadar soal mengubah format acara pengenalan kampus, tapi mengubah pola pikir kita sendiri tentang pendidikan.
Selama kita masih percaya bahwa kekuasaan harus diawali dengan penundukan, kita sedang mendidik generasi untuk mengulang kesalahan yang sama.
Pertanyaannya, maukah kita membuka tas itu, mengosongkannya, dan mengisinya Kembali dengan hal-hal yang relevan untuk hidup sebagai mahasiswa merdeka? (*)
Simak terus berita POS-KUPANG.COM di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.