Opini
Opini: Societas Verbi Divini di Tanah Marapu
Pusat misi yang sebelumnya ada di Pakamandara dipindahkan ke Weetebula, yang bertahan hingga hari ini.
Oleh: Br. Yohanes Mau, SVD
Anggota Misionaris SVD Ruteng (IDR), bertugas di Tambolaka Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur
POS-KUPANG.COM - Dalam hening yang panjang di tengah pergolakan para penjajah Belanda, dan Jepang, misionaris SVD membumikan iman di tengah umat yang hidupnya yang kental dengan Marapu sebagai agama tradisional.
Hingga kini masih ada sisa-sisa Marapu yang bertahan dengan agama tradisionalnya.
Berdasarkan sejarah masuknya Gereja Katolik di Pulau Sumba, ada tiga kongregasi yang membangun dan mengembangkan iman umat, yaitu Societas Iesu (SJ), Societas Verbi Divini, (SVD) dan Congeratio Sanctissima Redemptoris (CSsR).
Kongregasi SJ masuk di Sumba pada tahun 1889 di Pakamandara, Loura, Sumba Barat Daya. Di sinilah awal mula tersebarnya warta Kristus yang membebaskan penduduk Pulau Sumba.
Pada tahun 1898, Misionaris Jesuit meninggalkan Pulau Sumba karena medan yang berat.
Jumlah umat Katolik yang ditinggalkan waktu 1054 jiwa. Sehingga sejak bulan November 1898- Juni 1921, masa kekosongan pengembalaan. Umat hidup tanpa gembala.
Kemudian pada tanggal 12 Juni 1929- misi Sumba- Sumbawa menjadi bagian wilayah misi SVD yang berpusat di Ende dan dan dikunjungi oleh misionaris SVD setiap tahun atau tidak menetap.
Pada tanggal 21 Juni 1929, Misi Sumba- Sumbawa dibuka kembali secara resmi oleh Pater Limbrock, SVD.
Pusat misi yang sebelumnya ada di Pakamandara dipindahkan ke Weetebula, yang bertahan hingga hari ini.
Pater Limbrock, SVD adalah misionaris berkebangsaan Jerman yang mengajarkan umat di pulau Sumba membangun rumah dengan batu putih.
Pada tanggal 26 Mei 1957, misi Sumba- Sumbawa diserahkan kepada Misionaris Redemptoris dengan pusat misi di Jerman.
Penyerahan dari SVD kepada CSsR ini dikarenakan SVD mengalami kekurangan tenaga misionaris untuk melanjutkan misi pelayanan di misi Sumba- Sumbawa.
Jumlah umat yang ditinggalkan kala itu 9.500 jiwa untuk satu Dekenat Weetebula yang terdiri dari 5 paroki ( Hombakaripit, Kalembuweri, Waikabubak, Katikuloku, Waingapu, puluhan stasi, dan dua stasi di pulau Sumbawa.
Tiga kongregasi tersebut merupakan perintis pertama perkembangan dan kemajuan iman umat di pulau Sumba ini.
Kongregasi lain yang ada sekarang melanjutkan kemajuan Gereja dan mendewasakan iman umat dengan pelbagai pastoral praktis yang menyapa realitas umat secara hari ini.
Kaloborasi dari semua kongregasi dan imam diosesan Weetebula. Kini iman umat di keuskupan Weetebula sedang bertumbuh dan berkembang menuju Gereja yang dewasa.
Di dalam membangun iman menuju Gereja yang dewasa di keuskupan Weetebula ini tidak terlepas dari peran para misionaris SVD.
Misionaris SVD datang pertama kali di pulau Sumba pada tahun 1929.
Namun dalam perjalanan waktu hingga tahun 1957, SVD meninggalkan umat di pulau Sumba dengan alasan paling dasar, kekurangan tenaga misionaris untuk terus menjejakkan sang Sabda kehidupan di padang-padang ilalang tanah Marapu yang indah memesona tiada duanya.
Dari tahun 1957 sampai hari ini kongregasi CSsR masih berdiri kokoh mengalirkan penebusan yang berlimpah kepada penduduk Sumba dengan aneka pastoral praktisnya yang menyapa dan menyejukkan.
Uskup sekarang adalah Mgr. Edmund Woga, CSsR yang tertahbis sejak tahun 2009, menggantikan posisi Uskupa Mgr. G Kherubim Parera, SVD.
Misi pelayanan pastoral di keuskupan Weetebula makin mantap dan eksis dengan pelbagai pastoral praktis yang sungguh menyapa realitas hidup umat.
Setelah sekian lama SVD meninggalkan umat di Pulau Sumba, akhirnya pada tahun 1985, pimpinan keuskupan Weetebula Pater Berthold Ney, CSsR selaku Administrator Keuskupan Weetebula pada tahun 1984 mengambil sebuah langkah praktis dengan memohon kepada pimpinan SVD untuk berkarya lagi di pulau Sumba.
Pada misi SVD periode kedua di Pulau Sumba ini SVD mengutus ketiga misionaris perdana yaitu masing-masing dari tiga Provinsi mengutus satu misionaris, Dari SVD Timor (IDT) Pater Zenon Stezyeeki, SVD, SVD Ende (IDE), Pater Vinsen Jolasa, SVD, SVD Ruteng (IDR), Pater Yosef Banamtuan, SVD.
Dari ketiga misionaris SVD sulung periode SVD berkarya di Sumba, hanya Pater Yoseph Banamtuan, SVD yang masih bertahan hingga usia 40 tahun imamat berkarya di Tanah Marapu.
Serah terima di Melolo dalam perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Pater Berthold Ney, CSsR.
Betapa indahnya para misionaris SVD menjejakkan kaki di hamparan ilalang tanah Marapu.
Dari ujung Timur pulau Sumba menyebarlah misionaris SVD periode kedua menyebar hingga di Sumba Barat Daya.
Melolo mencatat sejarah dalam jejak misi SVD pada periode kedua. Ketiga misonaris SVD ini mengawali tugas pewartaannya di ujung Timur Pulau Sumba.
Dalam perjalanan waktu, pada November 1986 Pater Zenon Stezyeeki, SVD ditarik ke Roma mengisi kekosongan staf di vatikan- Roma.
Awal tahun 1987 pengelolaan Seminari Sinar Buana diserahkan dari kongregasi Redemptoris ke kongregasi SVD, dan Pater Vinsen Jolasa, SVD diminta kesediaannya untuk mengelolah Seminari St. Fransiskus Saverius Weetebula.
Misionaris SVD yang masih berkarya di lembaga pendidikan seminari adalah Pater Yoseph Banamtuan, SVD yang sedikit lagi akan memasuki masa pensiunnya.
Societas Verbi Divini Witnessing The Light From Everywhere For Everyone di tanah Marapu.
Cahaya sang Sabda Yang telah menjelma menjadi manusia dan tinggal di padang-padang belantara bebukitan kampung-kampung pulau Sumba.
Pastoral- pastoral praktis yang ditangani oleh misionaris SVD periode kedua adalah pastoral Paroki dan dan pastoral pendidikan.
Paroki-paroki yang ditangani SVD kala itu adalah; Melolo, Lewa, Katikuloku, Kelembuweri, Tambolaka, Nggalu, Nggongi, Waepadi, Bondo Kodi.
Beberapa paroki yang dikelolah oleh SVD hingga hari ini, tinggal tiga saja; Paroki Santa Maria Magdalena Ngonggi, Paroki Sang Sabda Lewa, dan paroki St. Arnoldus Janssen Tambolaka. Ketiga paroki ini yang dirintis dan dikelola oleh SVD.
Selanjutnya Pastoral Pendidikan meliputi; pelayanan Pastoral pendidikan di dua lembaga pendidikan SMPK dan SMAK St. Yosef Freinademetz Tambolaka) milik SVD yang berilndung di bawah Yayayan Pendidikan St. Arnoldus Yansen Cabang Sumba.
Kedua lembaga ini hadir sebagai terang cahaya pengetahuan di tengah luka dan gelap dunia hari ini. SMPK St. Josef Freinademetz Tambolaka merupakan SMP terbaik yang ada di pulau Sumba, yang alumninya sudah study dan berkarya hingga luar negeri.
SMAK St. Josef Freinademetz, yang lazim disebut (SMAFREND- Tambolaka baru saja dibuka pada tanggal 5 Januari 2022, dengan motto, Lux Scentia (Cahaya dari ilmu Pengetahuan).
Tahun ini SMAFREND memasuki tahun keempat dalam berkanjang. Kedua lembaga pendidikan ini menjadi mercusuar bagi generasi di pulau ini.
Jejak-jejak misi misionaris SVD di pulau Sumba masih basah dan akan abadi terkenang di hati umat.
Pastoral-pastoral praktis yang dilakokan oleh misionaris perdana seperti pastoral pendidikan dan pastoral paroki masih membekas di hati umat.
Satu pastoral praktis yang akan abadi terukir di hati umat adalah membangun rumah dengan menggunakan batu putih.
Pada tanggal 8 September 2025, SVD sejagat merayakan 150 tahun kehadirannya di dunia dalam membumikan Sabda Allah yang menjelma menjadi manusia kepada semua manusia dan merayakan 40 tahun SVD berkarya di pulau Sumba dengan motto “Witnessing to the light From everywhere for everyone.” – Menjadi saksi terang cahaya dari segala arah untuk semua.” (*)
Simak terus berita POS-KUPANG.COM di Google News
Yohanes Mau
Societas Verbi Divini
Congregatio Sanctissimi Redemptoris
Uskup Weetabula Mgr. Edmund Woga CSsR
Societas Iesu
Pulau Sumba
Opini: Prada Lucky dan Tentang Degenerasi Moral Kolektif |
![]() |
---|
Opini: Drama BBM Sabu Raijua, Antrean Panjang Solusi Pendek |
![]() |
---|
Opini: Kala Hoaks Menodai Taman Eden, Antara Bahasa dan Pikiran |
![]() |
---|
Opini: Korupsi K3, Nyawa Pekerja Jadi Taruhan |
![]() |
---|
Opini: FAFO Parenting, Apakah Anak Dibiarkan Merasakan Akibatnya Sendiri? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.