Tour de EnTeTe 2025
Pulau Flores: Zamrud di Sabuk Biru Nusa Tenggara
Dari sini hingga Labuan Bajo di barat, Flores bagai untaian zamrud raksasa di hamparan biru lautan, terpahat oleh tangan vulkanik dan ilahi.
Oleh: Pascal S Bin Saju
Wartawan senior asal Nusa Tenggara Timur
POS-KUPANG.COM - Sebelum menjelajahi Pulau Flores, simaklah komentar Pastor Gregorius Neonbasu SVD, penekun teologi ekologis, dalam wawancaranya dengan Majalah Hidup (2021).
"Flores itu seperti beril kasar yang baru ditambang dari Gunung Egon. Ia perlu dipotong dengan kearifan lokal, digosok dengan pendidikan, lalu disematkan di mahkota Nusantara sebagai zamrud yang memancar."
Pemikiran aslinya – hasil refleksi teologi ekologis berbasis kearifan Sikka – tertuang dalam buku Flores: Faith and Earth (2019, Hal. 112): "Flores ibarat permata mentah. Gunung apinya mengajarkan kerendahan hati, lautnya mengingatkan pada keabadian."

Julukan "permata mentah" itu saya alihrupa menjadi "zamrud" – batu permata hijau yang menangkap spektrum hijau Flores: rimba tropis yang bergemuruh, sabana keemasan yang memantulkan mentari, perkebunan kopi rakyat yang berkilauan, dan puncak vulkanik yang menyapa langit.
Spektrum warnanya memikat: hijau zamrud Danau Kelimutu yang mistis, hijau lumut Wae Rebo yang teduh, hijau tosca Teluk Maumere saat plankton bloom bagai lukisan impresionis.
Potensi pertanian dan perkebunan, seperti kopi, kelapa, vanili, cengkeh, kakao, yang tersebar di seluruh pulau bagai permata di mahkota, menanti sentuhan bijak untuk menjadi tulang punggung ekonomi berkelanjutan. Setiap kabupaten menawarkan keunikannya sendiri.
Frasa "sabuk biru" terilhami kearifan masyarakat Lamaholot: Tana Wai Pitu (Tujuh Wilayah Laut) – klasifikasi adat berdasarkan fishing ground (Lamaholot Seafaring Traditions, Undana, 2019).
Kenyataan pun membuktikan: Flores dikelilingi empat cekungan laut (Flores, Sawu, Sape, Ombai) dan tiga palung dalam (Lembata, Sawu, Alor), yang merajut sabuk biru seluas 420.000 km⊃2; – urat nadi kehidupan yang menghubungkan Lamalera hingga Labuan Bajo.
Petualangan Jiwa dan Mata: dari Paus Hingga Naga Purba
Menyusuri Flores adalah ziarah indrawi yang memikat. Di sini, bumi tak hanya diam; ia bernyanyi melalui gegap gempita geologi dan kesucian iman Katolik.
Mari memulai petualangan dari kampung nelayan tradisional Lamalera, Lembata – tempat manusia berdansa dengan samudra.
Lamalera adalah opera epik laut nan spektakuler. Tebing vulkanik menjulang bak benteng purba di atas lautan biru kobalt, menjadi panggung abadi bagi tradisi Baleo.
Para nelayan dengan paledang (perahu kayu) dan tombak kayu menerjang ombak, mencerminkan harmoni penuh risiko antara manusia dan titans samudra.
Pesisir berbatu karangnya memantulkan cahaya keemasan senja, menyimpan potensi whale-watching yang menghormati keseimbangan alam.
Bergerak ke ujung timur Flores, Tanjung Bunga mempersembahkan kontras magis: bukit-batu gersang yang bermetamorfosis saat musim hujan menjadi karpet bunga liar berwarna-warni, bak pelangi yang turun ke bumi, dikelilingi air laut hijau pirus yang memesona.
Pantai Kuwa tersembunyi di Desa Waibaho menawarkan pasir putih perawan – kanvas surgawi bagi penangkap cahaya dan pencari kesunyian.
Dari sini hingga Labuan Bajo di barat, Flores bagai untaian zamrud raksasa di hamparan biru lautan, terpahat oleh tangan vulkanik dan ilahi.
Ia adalah mosaik hidup: gunung api yang menderu, danau mistis yang berbisik, pantai purba yang bercerita, dengan tanah subur yang menjanjikan kemakmuran bagi penduduknya.
Gunung api adalah arsitek sekaligus jiwa pulau ini. Abu vulkanik ribuan tahun menyuburkan bumi, melahirkan kopi berkualitas di Bajawa, Hokeng, dan Manggarai; sayuran hijau yang melimpah; serta perkebunan kelapa rakyat di Sikka bagai sabuk zamrud kedua.
Energi purba ini pun menyimpan amarah. Letusan Gunung Lewotobi mengingatkan kita pada tarian harmonis nan tegang antara manusia dan alam – sebuah simfoni yang menuntut kewaspadaan dan kebijaksanaan abadi.
Sebelum mencapai Maumere, Pantai Nangahale dan Waiara menyambut dengan hamparan pasir putih bak pita perak.
Di lepas pantai, Pulau Besar dan Kojadoi (Pangabatang) menawarkan taman bawah laut yang memukau – hanya 30 menit berlayar dari daratan Maumere.
Keajaiban sejati Maumere justru ada di daratan. Kota pelabuhan utama ini dikelilingi ribuan pohon kelapa yang menghijaukan perbukitan Sikka bagai "sabuk emas hijau".
Kelapa di sini adalah kehidupan – penyumbang minyak asli, gula kelapa organik, dan kopra berkualitas dunia.
Di kaki Gunung Egon (1.703 mdpl), Pemandian Air Panas Blidit menyemburkan energi geothermal dari perut bumi.
Air belerang bersuhu 40-60°C ini bukan hanya pemandian alami, melainkan janji energi terbarukan yang bisa menerangi Nusa Tenggara.
Tak kalah memikat, Pantai Koka di Paga menghadirkan paradoks keindahan: pasir putih halus, air jernih tosca, dan bongkahan batu vulkanik hitam yang melahirkan ombak selancar kelas dunia.
Gelombang setinggi 2-4 meter ini adalah magnit bagi para ksatria selancar internasional.
Legenda di Puncak Kelimutu
Naik ke ketinggian 1.639 mdpl di Ende, Danau Kelimutu memamerkan keajaiban geokimia: tiga kawah dengan air yang berganti warna (merah darah, hijau zamrud, biru langit) bagai mood ring raksasa.
Kabut pagi, bahkan terkadang hingga petang, menyelimutinya dengan selubung mistis, menguatkan legenda sebagai tempat peristirahatan arwah leluhur.
Ende masih menyimpan kejutan lain: Pantai Penggajawa. Di sini, hamparan batu hijau kebiruan (semi-precious stones) berkilauan bagai permata yang terserak, menciptakan simfoni visual saat ombak mengusap pantai. Sebuah laboratorium geologi terbuka yang memukau.
Di ketinggian 1.100 mdpl, Bajawa adalah surga agro-kultural. Lereng Gunung Inerie (2.245 mdpl) diselimuti kebun kopi arabika vulkanik yang menghasilkan kopi dengan body anggun, keasaman seimbang, dan aroma cokelat-rempah yang menggoda.
Kopi Bajawa yang terkenal itu berpusat, antara lain di sekitar kampung adat Gurusina dan desa Beiwali.
Sepuluh menit dari pusat kota, Desa Wawowae memagari kota Bajawa dengan hutan bambu raksasa yang luas.
Rumpun bambu ini adalah benteng alami penahan erosi sekaligus sumber kehidupan, yakni untuk kerajinan tangan, bahan bangunan, dan rebung yang lezat.
Gunung Inerie (2.245 mdpl) menjulang bak piramida alam. Saat senja menyapunya, ia menjelma menara emas yang menyala-nyala.
Di sekitar kaki gunung terdapat kampung adat Bena, Gurusina, Belaraghi, kampung Tolelala, mata air belerang Malanage dan air terjun Ogi.
Turun melalui jalan berkelok-kelok pendek ke Manggarai Timur melalui Wae Mokel, ada hamparan padang sabana yang luas, yang dikenal dengan Padang Mausui, Manggarai Timur.
Dari perbatasan hingga Borong, kota Manggarai Timur, vegetasi berubah lebat oleh perkebunan kopi robusta, kakao, dan vanili. Kopi Colol menawarkan karakter kuat dengan sentuhan earthy dan cokelat gelap memikat.
Ruteng, ibu kota Manggarai, menyambut dengan hawa dingin yang menyegarkan – dijuluki "kota terdingin Flores". Kabut pagi sering menyelimutinya hingga siang, menciptakan atmosfer kontemplatif.
Pesonanya tak terlepas dari lingko – sawah berbentuk jaring laba-laba legendaris yang menjadi bukti kearifan pengelolaan air komunal. Tak jauh dari sana, Wae Rebo.
Di Manggarai Barat, Cunca Rami menjulurkan tirai air setinggi 50 meter di tengah hutan tropis.
Jeramnya menyimpan potensi canyoning, sementara ritual "Wae Tumbang" yang tersembunyi di balik cipratannya menambah dimensi spiritual.
Memasuki gerbang barat Flores, Labuan Bajo menyapa dengan kemegahan, wajah pulau yang paling mendunia.
Kota ini adalah titik tolak menuju Taman Nasional Komodo – mahkota Warisan Dunia UNESCO.
Sungai Wae Rana menawarkan petualangan arung jeram Grade III-IV melalui gua purba dan ngarai hijau – rute terpanjang di Nusa Tenggara.
Di Pulau Komodo dan Rinca, naga purba (Varanus komodoensis) berkeliaran di savana kering bak setting film prasejarah.
Tapi keajaiban sesungguhnya ada di bawah laut: Pink Beach dengan pasir merah organiknya, Manta Point tempat pari raksasa berbalet anggun, dan Pulau Padar dengan pemandangan tiga teluk biru yang memotong napas.
Epilog: Mozaik Potensi yang Menanti Sentuhan
Flores bukan sekadar zamrud di sabuk biru. Ia adalah laboratorium hidup tempat geologi, agraris, dan energi bersatu dalam simfoni agung.
Pariwisata Alam & Petualangan
- Pantai & Laut: Perak Nangahale, zamrud Penggajawa, merah jambu Komodo
- Gunung & Danau: Kawah Egon yang berdesir, sunrise Kelimutu nan mistis, dan trekking Inerie yang menantang
- Petualangan: Whale-watching Lamalera, surfing Koka, arung jeram Wae Rana, diving Manta Point
Agrokultur Unggulan
Rangkaian gunung api membentuk tulang punggung Flores. Selain menghancurkan, abu vulkanik ribuan tahun menyuburkan tanah dan melahirkan sejumlah kekuatan agro-kultural:
- Flores Timur: Kopi Hokeng single-origin dengan asam anggur dan jambu mete
- Sikka: "Sabuk Kelapa" sepanjang pesisir, penghasil minyak virgin, gula kelapa organik, dan kopra.
- Bajawa-Ngada: Kebun kopi arabika terluas dengan cita rasa single-origin premium dan bambu dengan ekosistem berkelanjutan untuk kerajinan dan konstruksi.
- Manggarai: Lumbung kopi robusta, cengkeh, dan vanili – "emas cair" bernilai ekspor tinggi.
Energi Masa Depan
Geothermal dari Blidit hingga Wai Sano berpotensi menjadi renewable energy hub bagi Nusa Tenggara.
Setiap lereng gunung, hamparan kebun, dan gulungan ombak adalah undangan untuk merajut masa depan – tempat keindahan alam dan kesejahteraan menyatu dalam harmoni abadi.
Mari saksikan syair alam. Kelola warisannya. Di Flores, tiap fajar adalah ajakan untuk menorehkan keabadian. (*)
Simak terus berita POS-KUPANG.COM di Google News
Pulau Flores
Danau Kelimutu
Pascal S Bin Saju
Tour de EnTeTe 2025
zamrud
Gunung Inerie
Lamalera
Taman Nasional Komodo
Wisata NTT
pesona flores
Konser Musik, Atraksi Sanggar Budaya dan Pasar UMKM Meriahkan Finish Tour de EnTeTe di Labuan Bajo |
![]() |
---|
Pulau Sumba: Hamparan Sabana dan Benteng Budaya Nan Perkasa |
![]() |
---|
Tour de NTT Harus Jadi Agenda Tetap, Bukan Sekadar Event Musiman |
![]() |
---|
DPRD NTT Berharap Tour De Entete Harus Dipersiapkan Dengan Baik |
![]() |
---|
Pemkab MABAR Bersama DPRD Siapkan Anggaran Untuk Tour De EnTeTe |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.