Liputan Khusus

LIPSUS: Obat AIDS Sering Kosong di NTT, Ridho Herewila Layani ODHIV dengan Kasih 

Hampir setiap hari, rumahnya dipenuhi para ODHIV, orang dengan HIV/AIDS, yang berasal dari berbagai kabupaten/kota di Provinsi NTT. 

|
POS-KUPANG.COM/HO
Koordinator IMoF NTT Ridho Herewila 

Sementara di Kabupaten Manggarai Barat, total kasus baru  HIV/AIDS sejak tahun 2023 sampai Juli 2025 sebanyak 147 kasus.

"Tahun 2023 sebanyak 43 kasus, 2024 72 kasus. Sedangkan hingga Juli 2025 jumlah kasus baru sebanyak 32 kasus," ujar Kepala Dinas Kesehatan Manggarai Barat, Adrianus Oja.

Dikatakan, dari 147 kasus baru, pasien yang dilakukan rujuk keluar dari wilayah Kabupaten Manggarai Barat sebanyak 17. Sedangkan pasien yang dirujuk dari luar sebanyak 13.

Status pasien dalam perawatan dan pengobatan (PDP) sebanyak 54 kasus di antaranya gagal follow up atau pengobatanya tidak konsisten 19 kasus, meninggal 10 kasus dan blank atau tidak mendapatkan pengobatan setelah diketahui statusnya sebanyak 25 kasus. 

Kepala Dinas Kesehatan, dr. RA Karolina Tahun menyebutkan pemerintah terus berupaya mengoptimalkan zero AIDS meskipun tertatih tatih. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten TTS, tahun 2024 sebanyak 8.819 kasus yang terskrining. 

AIDS - Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten TTS, dr. Karolina Tahun mengatakan, pemerintah terus berupaya mengoptimalkan Zero AIDS meskipun tertatih tatih.
AIDS - Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten TTS, dr. Karolina Tahun mengatakan, pemerintah terus berupaya mengoptimalkan Zero AIDS meskipun tertatih tatih. (POS-KUPANG.COM/MARIA VIANEY GUNU GOKOK)

Dari jumlah tersebut sebanyak 79 orang orang dengan HIV (ODHIV) yang baru ditemukan, 65 ODHIV yang minum ARV, dan tiga orang meninggal. 

Sedangkan per Juli 2025, jelas RA Karolina Tahun, sebanyak 5.120 kasus yang terskrining, di mana sebanyak 46 ODHIV yang ditemukan, 30 ODHIV yang konsumsi ARV, dan 8 meninggal dunia.

Berdasarkan data ini, terjadi peningkatan kasus kematian dari tahun 2024 hingga Juli 2025.

RA Karolina Tahun menjelaskan, kelompok berisiko paling banyak di TTS yaitu ibu hamil, di mana ditemukan ketika dilakukan triple eliminasi  yaitu eliminasi HIV, Sifilis dan hepatitis.

"Ini kelompok berisiko dalam hal ini perilaku seks yang tidak sesuai atau yang menyimpang. Misalnya laki suka laki, kemudian wanita suka wanita. Tapi paling sering laki suka laki. kemudian yang bukan dengan pasangannya,tidak memakai alat pelindung. Itu yang paling berisiko, " ungkap RA Karolina Tahun. 

Baca juga: DPRD NTT Terima Naskah Akademik Rancangan Perda Inisiatif dari Yayasan Barakat

RA Karolina Tahun menyampaikan pengobatan ARV sendiri telah tersedia di puskesmas. Pihaknya juga telah melatih dua angkatan untuk penanganan kasus ini, baik itu dokter maupun analisnya. Kemudian bidan untuk puskesmas.

Sehingga jika menemukan pasien positif HIV, maka langsung mendapatkan pengobatan di puskesmas. Jika ada kasus infeksi akan dirujuk ke rumah sakit. Dan bertemu spesialis untuk mendapatkan obat-obatan. 

“Dinas kesehatan juga gencar melakukan sosialisasi pencegahan ABCDE untuk mencegah penularan HIV.  Pencegahannya ABCDE meliputi Abstinence yakni tidak melakukan hubungan seksual dengan yang bukan pasangannya, Be faithful atau setia dengan pasangan,  Condom atau menggunakan kondom, Drug No yaitu tidak mengkonsumsi narkoba, dan Education atau sosialisasi,  pencegahan dan pengobatan, " jelas RA Karolina Tahun. (vel/iar/any/rob/moa) 

*KPA NTT Tidak Ada Dana 

Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mengajak semua pihak untuk membantu pencegahan dan edukasi dalam menanggulangi HIV/AIDS.

Sumber: Pos Kupang
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved