Keracunan Makanan Bergizi Gratis

Kaji dan Cermati Program MBG di NTT, Ombudsman Minta SPPG Tidak Tertutup 

KEPALA Ombudsman Perwakilan NTT, Darius Beda Daton, SH meminta Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di NTT tidak tertutup soal MBG

POS-KUPANG.COM/RICHIE
PODCAST - Kepala SMPN 8 Kupang, Maria Th. Roslin S. Lana dan Kepala Ombudsman RI Perwakilan NTT, Darius Beda Daton bersama host jurnalis Pos Kupang, Ryan Nong dalam Podcast Pos Kupang, Kamis, (24/7/2025). 

POS-KUPANG.COM, KUPANG - KEPALA Ombudsman Perwakilan NTT, Darius Beda Daton, SH meminta Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di NTT tidak tertutup soal Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menelan ratusan korban di beberapa sekolah di NTT termasuk siswa dari SMPN 8 Kupang pada Selasa (22/7) lalu. 

Dalam Podcast Pos Kupang, Kamis (24/7), Darius Beda Daton mengungkapkan, sebagai pihak yang mengawasi persoalan-persoalan publik di NTT dirinya baru mendapatkan informasi pada hari Selasa sekitar jam 1 siang sementara kejadiannya sekitar  10 pagi. 

Dikatakan Darius Beda Daton, tim dari Ombudsman melakukan monitor di Rumah Sakit Mamami dam temuannya banyak sekali dan diperkirakan lebih dari seratus. 

“Pengamatan kami di lapangan tidak ada yang tidak sadar. Kami juga lihat bagaimana pelayanan rumah sakit terhadap mereka, lancar tidak ada masalah,” ujar Darius Beda Daton.

TERBARING - Sejumlah siswa SMPN 8 Kupang tengah terbaring di RSU Mamami Kupang akibat keracunan yang diduga dari menu MBG. Selasa, (22/7/2025). 
TERBARING - Sejumlah siswa SMPN 8 Kupang tengah terbaring di RSU Mamami Kupang akibat keracunan yang diduga dari menu MBG. Selasa, (22/7/2025).  (POS-KUPANG.COM/IRFAN HOI)

Menurut Darius Beda Daton, setelah mencuatnya kasus keracunan tersebut, pihak mendapat informasi dari orangtua. Informasi tersebut dinilai Ombudsman sebagai complain. 

“Pertama-tama kalau menerima laporan seperti itu saya akan koordinasi siapa yang bertanggung jawab. Namun  saya kesulitan mendapatkan informasi tentang nomor kontaknya koordinator program MBG di NTT,” aku Darius Beda Daton

Menurut Darius Beda Daton, sebelum terbukti secara ilmiah melalui pemeriksaan di laboratorium dikeluarkan, publik bisa saja menduga keracunan makanan tersebut dari makanan di luar program MBG

"Sama seperti yang dijelaskan Pak Kepala BPOM bahwa waktu sekitar 7 sampai 14 hari untuk melihat kalau penjelasan secara teknisnya. Mereka bilang kalau unsur kimianya bisa dilihat dalam waktu cepat tapi kalau mikrobiologi itu butuh waktu 7 sampai 14 hari. Jadi mohon bersabar untuk kita pastikan ini benar-benar berasal dari makanan dari program ini atau tidak. Tetapi kita menduga kuat bahwa karena ini kejadiannya massal, mereka juga makan makanan itu, ya dugaan kita dari situ," kata Darius Beda Daton. 

Baca juga: LIPSUS: Ratusan Siswa SMPN 5 Tolak MBG, Tiga Sekolah di SBD Keracunan

Di NTT sendiri, kata Darius Beda Daton, selain siswa SMPN 8 Kupang, siswa SDN Tenau Kupang sudah lebih dahulu mengalami keracunan seminggu sebelumnya dan langsung dibawa ke RS Angkatan Laut untuk dirawat. 

"Ada empat sampai lima orang. Nah saya sudah WA minta nama-namanya, berada di kelas mana. Saya sudah sampaikan ke Kepala Dinas Kesehatan mohon dicek ini di SDN Tenau. Jadi di Kupang ini sebenarnya SMPN 8 dan SDN Tenau.  Yang diopname ada sekitar empat sampai lima orang, di rumah ada sembilan orang, total belasan orang," terang Darius Beda Daton

Darius Beda Daton mengakui, pihak Ombudsman sejauh ini belum bernisiatif untuk mengecek MBG di sekolah karena selama ini perihal makanan basi dan sebagainya hanya untuk konsumsi internal sekolah, tidak terpublikasi keluar. 

"Saya biasanya mencermati semua masalah layanan publik itu melalui medsos. Tapi saya tidak pernah melihat ada orang protes tentang MBG ini sebelumnya kecuali hari Selasa itu sehingga saya belum ada inisiatif untuk melihat satu dua dapur sebagai contoh. Apakah mereka telah memenuhi standar pelayanan sebagai dapur di dalam SOP atau juknisnya MBG ini,”  tanya Darius Beda Daton. 

Baca juga: LIPSUS: 200 Siswa Keracunan MBG di SMPN 8 Kota Kupang, Dirawat di 3 RSU di Kota Kupang

Menurut Darius Beda Daton, berdasarkan juknis program MBG untuk SPPG ada SOP yang banyak sekali dan wajib dipenuhi. Misalnya mulai dari pemilihan bahan baku makanan, penyimpanan bahan baku makanan mentah, pengolahan dan seterusnya sampai pengelolaan air segala macam kemudian layout dapur semua diatur disitu,” tambahnya. 

Dikatakan Darius Beda Daton, sebagai pengawas harus memahami itu. Bila perlu cek di satu dua dapur untuk mengetahui dapur sesuai standar atau tidak. 

“Kemarin saya baru mengontak SPPG di Kelapa Lima 1 itu, saya ingin cek kira-kira standar yang ada di sana sudah sesuai juknis atau tidak. Sampai sekarang saya belum bisa (menghubungi) dia belum balas, baca juga belum, mungkin ada kesibukan lain," tukas Darius Beda Daton. 

Tampak sejumlah siswa-siswi SMPN 8 Kota Kupang dirawat di rumah sakit diduga keracunan konsumsi makanan bergizi gratis.
Tampak sejumlah siswa-siswi SMPN 8 Kota Kupang dirawat di rumah sakit diduga keracunan konsumsi makanan bergizi gratis. (POS-KUPANG.COM/RAY REBON)
Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved