Opini

Opini: Jejak Tanaman dalam Dunia Sihir dan Pengobatan Alternatif

Sihir dan pengobatan tradisional lahir dari keyakinan yang sama: bahwa alam menyimpan daya hidup. 

Editor: Dion DB Putra
DOK PRIBADI
Yoseph Yoneta Motong Wuwur 

Oleh: Yoseph Yoneta Motong Wuwur
Warga Lembata, Nusa Tenggara Timur

POS-KUPANG.COM - Sejak awal peradaban, tanaman menjadi guru pertama umat manusia dalam memahami tubuh dan alam semesta. 

Di berbagai belahan dunia, tumbuhan tidak hanya dimanfaatkan sebagai penyembuh fisik, tetapi juga dimuliakan karena kekuatan spiritualnya. 

Dari Mesir kuno hingga Nusantara, daun, akar, dan bunga tak sekadar direbus atau ditumbuk, tetapi diramu bersama doa, mantra, dan ritus, menjadikan batas antara sains dan spiritualitas menjadi samar.

Sihir dan pengobatan tradisional lahir dari keyakinan yang sama: bahwa alam menyimpan daya hidup. 

Tabib dan dukun menjadi jembatan antara dunia fisik dan metafisik melalui ramuan tanaman. 

Meski di Barat pengetahuan ini kerap dicap sesat, di banyak budaya lain, ia terus hidup sebagai warisan yang kini bangkit kembali dalam praktik pengobatan alternatif yang holistik dan alami.

Kebangkitan ini menunjukkan bahwa pengetahuan tradisional tak lekang oleh zaman. Justru ia menjadi pelengkap bagi pencarian keseimbangan batin dan jasmani di era modern. 

Dalam tubuh tanaman yang sederhana, tersembunyi perpaduan antara ilmu dan intuisi, antara warisan leluhur dan pencapaian ilmiah hari ini.

Antara Ramuan dan Racun

Setiap tanaman menyimpan potensi ganda: penyembuh atau pembunuh. Prinsip farmakologi “dosis menentukan racun” menegaskan bahwa bahkan zat sehari-hari seperti air pun bisa berbahaya jika dikonsumsi berlebihan. 

Tanaman seperti belladonna, aconitum, dan datura, misalnya, dapat menjadi analgesik dalam dosis kecil namun mematikan jika disalahgunakan,
dan kerap digunakan dalam praktik mistik untuk efek halusinogen.

Sayangnya, minimnya literasi dan dokumentasi membuat pengobatan herbal rentan disalahartikan. 

Banyak kasus keracunan terjadi akibat konsumsi tanaman liar tanpa pemahaman yang memadai. 

Hal ini menunjukkan pentingnya edukasi dan kehati-hatian dalam membedakan antara manfaat dan bahaya, agar tradisi tidak menjadi jebakan berbahaya.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved