Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik, Strategi Jitu Menghindari Hukuman Abadi : Pertobatan
Kepongahan untuk terus bertahan dalam kebiasaan-kebiasaan buruk membuat inti diri/pusat diri kita lumpuh bahkan mati yaitu hati kita.
Oleh : Pater Fransiskus Funan Banusu SVD
POS-KUPANG.COM- Renungan Harian Katolik Selasa 15 Juli 2025 PW Santo Bonaventura, Uskup dan Pujangga Gereja dari Pater Fransiskus Funan Banusu SVD merujuk pada Bacaan I: (Kel 2:1-15ab; Mzm 69:3.14.30-31.33-34; Mat 11:20-24).
"Pada Hari Penghakiman, tanggungan negeri Sodom akan lebih ringan daripada tanggunganmu." (Mat 11:24). Pahala, kita peroleh karena perbuatan baik yang kita perjuangakan dalam hidup.
Penghakiman atau pun hukuman terjadi atas diri kita sendiri karena mati-matian melakukan kebiasaan buruk atau kejahatan terhadap sesama. Karena itu kesalahan, dosa atau kejahatan yang kita lakukan pasti mengdatangkan penghakiman dan hukuman.
Hati tegar, keras kepala untuk tidak mau bertobat menyebabkan kesadaran nurani menjadi kerdil bahkan terbelenggu tak berdaya.
Kepongahan untuk terus bertahan dalam kebiasaan-kebiasaan buruk membuat inti diri/pusat diri kita lumpuh bahkan mati yaitu hati kita.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Selasa 15 Juli 2025, Celakalah engkau Khorazim dan Betsaida
Sementara orang-orang yang rendah hati yang mau bertobat dan mengandalkan Tuhan membiarkan hatinya hidup kembali.
Kita hindari sikap sombong yang selalu memicu kita untuk mengandalkan kekuatan diri sendiri dan memacu diri untuk lalai meninggalkan sesama bahkan apatis terhadap Tuhan.
Karena hati tegas, keras kepala untuk bertahan dalam keburukkan, menyebabkan Yesus tetpaksa mengecam beberapa kota. "Yesus mengecam kota-kota yang tidak mau bertobat meskipun di sana Ia melakukan banyak mukjizat. Ia berkata, "Celakalah engkau, Khorazim! Celakalah engkau, Betsaida!" (Mat 11:20-21a).
Kapernaum pun kena ancaman akan diturunkan sampai ke dunia orang mati. Dan pada Hari Penghakiman, tanggungan negeri Sodom akan lebih ringan daripada tanggungannya (Mat 11:23b-24). Kecaman keras, Yesus sampaikan untuk membuka kesadaran nurani untuk bertobat.
Sebab penghakiman terakhir menanti dan hukuman abadi pasti terjadi. Ajakan Tuhan untuk bertobat adalah murni untuk keselamatan kita. Dalam dan melalui pertobatan sejati kita bakal menghindari dua kenyataan ekstrim itu kelak yakni penghakiman dan hukuman.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 14 Juli 2025, Mengandalkan Pedang Roh
Kenyataan pahit kejahatan yang melukai kemanusiaan dan mencederai martabat luhur insan tak bersalah, termasuk kita di sini (kasus kekerasan dan pembunuhan), sesungguhnya mengungkapkan fakta bahwa manusia pembuat kejahatan itu tidak tegar, tidak kebal hukum, namun hatinya sudah mati, tinggal menanti pengadilan terakhir dan hukuman abadi yang akan menimpa.
Apakah sudah terlambat? Bagi Tuhan tidak ada kata terlambat jika orang mau bertobat kapan saja dan berani meninggalkan kemapanan kejahatan bagi sesamanya.
Ketika kejahatan bangsa Mesir bagi Israel makin keji, Allah punya strategi indah tersendiri untuk menyelamatkan bangsa yang tertindas ini pada waktunya. Strategi indah Allah itu, terwujud dalam diri Musa, walau sudah dihanyutkan oleh ibunya di Sungai Nil.
Namun oleh putri Firaun kotak bayi yang hanyut itu diambil lalu ibu kandungnya sendiri menyusu dia, setelah besar diserahkan kepada putri raja sebagai anak angkatnya dengan nama Musa. (Musa artinya: karena aku telah menarik dia dari air) (Kel 2:3-9).
Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 14 Juli 2025, Fokus Total Pada Tuhan
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.